Dengan langkah berat, teri terus mengikuti hani yang menarik tangannya. Sedangkan kedua lelaki itu setia mengikuti kemana mereka akan pergi.
Tepat didepan rumah hantu mereka berhenti. Melihat penampakan didepannya saja sudah sanggup membangunkan bulu kuduk teri. Bisa bisanya hani membawa teri ketempat seperti ini, diakan tau bahwa teri sangat penakut.
"Udah yuk...liat depannya aja" teri mencoba menarik lengan hani, namun langsung ditahan oleh si empu.
"Masa kita jauh jauh cuma liat depannya doang, gak asik dong"
"Iya hani...kita ke tempat lain aja, kan masih banyak wahana yang lain. Kasian mukanya tuh udah pucet" juki menunjuk teri.
"Tapi kan..." hani melemahkan suaranya.
"Yaudah ayo...gue coba lawan rasa takutnya" teri mencoba tersenyum selebar mungkin. Menutup rasa takutnya yang sulit dikontrol.
Yahsa hanya menyaksikan mereka, karena ia tak masalah akan menaiki apa. Tapi ia sedikit khawatir melihat wajah tegang teri.
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk masuk. Hani terlebih dahulu membeli tiket.
Petugas menunjuk arah kereta yang akan membawa mereka, setiap gerbongnya hanya muat untuk dua orang. Dan gerbongya menggandeng dua. Hani menarik ka juki untuk duduk bersamanya didepan. Sedangkan teri dan yahsa duduk dibelakang mereka.
Perlahan kereta bergerak, lajunya seperti siput. Sangat lama, tentu saja namanya juga rumah hantu. Teri menggengam kedua tangannya diatas paha.
Bayangan hatu hantu seram bermunculan dikepalanya. Apa penampakannya seperti valak, atau hantu hantu indonesia seperti kuntil anak, pocong, atau hantu upin ipin si nenek kebayan.
Teri menggeleng cepat, pikirkan saja ia sedang berada di konser BTS. Bayangkan wajah hantunya seperti wajah member membernya yang tampan. Teri meminta maaf dalam hati, tak bermaksud menyamakan biasnya dengan wajah hantu yang menyeramkan.
Yahsa terus memperhatikan teri, ia tersenyum melihat ekspresi teri yang berubah ubah. Kadang wajah itu tegang, kadang senyum senyum sendiri.
Mereka sudah melewati korden hitam yang menjadi pembatas antara dunia luar dan dunia para hantu jadi jadian. Penampakan pertama adalah tidak terlihat apa apa, sangat gelap.
Yahsa hampir terlonjak ketika sebuah tangan menggenggamnya sangat erat. Ia pikir hantu yang menggengamnya, ternyata itu teri.
Push
Sebuah lampu menyala, tampaklah sebuah patung yang menyerupai iblis, sama sekali tidak bergerak.
"Apaan tuh...hantunya juga gak serem" yahsa bersuara, mencoba meyakinkan teri yang sedari tadi menunduk.
Teri perlahan mengangkat kepalanya, ia bernafas lega. Ternyata yahsa tidak berbohong. Memang hantunya tidak seram.
Saat menyadari tangannya sedang menggenggam tangan yahsa, teri segera melepas genggamannya.
"Maaf"
Sepertinya yang didepan tak terusik apapun, mereka hanya diam tak bersuara. Juki menatap kedepan, begitupun dengan hani.
Mereka sudah melewati tantangan pertama. Masih banyak hal yang mengejutkan didepan sana. Saat menikmati gelapnya ruangan ini. Tiba tiba mereka dikagetkan dengan sosok wanita berbaju putih dan berambut panjang. Hantu itu langasung keluar tanpa aba aba. Seketika mereka langsung teriak histeris. Tak terkecuali yahsa dan juki yang notabennya adalah cowok. Yang diidentikan dengan sosok pemberani.
"Dasar setan...kenapa muncul gak bilang bilang" yahsa mengelus dadanya yang berpacu sangat cepat.
"Ahh bisa gila gue...ini masih lama ya" teri sudah tak kuat, kalau ada kamera rasanya ia ingin membaikan tangannya seperti yang ada di acara uji nyali.
"Sabar teri...lo peluk aja sebelah lo" hani menengok kebelakang. Percuma, disini sangat gelap tak terlihat siapapun.
Sedangkan juki, mencoba sekuat mungkin menahan rasa takutnya. Sedari tadi ia ingin mengumpat, tapi nanti itu akan meruntuhan image cool nya.
Terdengar suara tawa yang memekik ditelinga mereka. Teri langsung menutup matanya menggunakan kedua telapak tangannya.
Dong
Suara gong yang ditabuh tepat ditelinga mereka, dan sentuhan yang mengusap pundak mereka. Kian menambah horornya rumah hantu ini.
Tiba tiba ada yang berbisik ditelinga teri, ia langsung berteriak dengan reflek memeluk yahsa yang juga sedang ketakutan.
Mendadak yahsa terpaku, rasa takut yang sedari tadi melandanya berubah menjadi rasa panas dingin. Seperti musim panca roba.
Suara tawa dan gembrengan yang entah dari mana, mendadak menjadi lantunan lagu yang romantis. Jantung yahsa berpacu, tapi bukan yang tadi ia rasakan. Ini sangat membuat perutnya dihuni oleh beribu kupu kupu. Apakah ia akan terbanga dengan sayap mereka?
"Gue pengen lari...ini kereta lama banget" teri berbicara tanpa melepas pelukannya. Matanya tertutup sempurna.
Setelah menempuh horornya didalam, akhirnya kereta yang sangat lambat ini keluar juga. Juki dan hani menengok ke belakang. Mereka tercengang dengan teri yang memeluk yahsa sangat erat.
Yahsa menepuk pundak teri, teri berteriak sangat kencang sambil meronta ronta.
"Heh...buka mata lo, kita udah keluar" teri membuka matanya, betapa malunya ia ternyata tadi itu yahsa, dia kira yang menepuknya adalah hantu.
Tunggu dulu...berarti tadi yang gue peluk. DIA...kak yahsa
"Sampe kapan lo mau duduk disitu? Lo mau masuk lagi?" suara hani membuyarkan lamunannya. Ia melihat yang lain sudah turun dari kereta dan hanya dia yang duduk disini.
"Ogah..."
Teri langsung turun dari kereta, ketika tatapannya bertemu dengan yahsa. Teri langsung membalikan tubuhnya, ia melangkah keluar terlebih dahulu. Meninggalkan yang lain. Sangat memalukan...apakah ia harus pura pura lupa ingatan, ketika yahsa membahasnya.
Teri memukul kepalanya, kenapa otaknya mengintrupsi tubuhnya untuk memeluk seseorang.
"Teri tunggu" hani mengejar teri yang sudah jauh didepan mereka.
Kini tersisia dua laki laki yang berjalan beriringan. Mereka keluar seperti tidak terjadi apa apa.
"Hebat juga ya lo, teriak cuma satu kali" yahsa mencoba memecah keheningan.
Juki hanya tersenyum, ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Lo punya hubungan sama teri? Kayanya deket banget" yahsa kembali bersuara, pertanyaan yang sudah lama ia ingin tanyakan pada teri. Tapi tak pernah ia mendapat jawabannya.
Juki menghentikan langkahnya, ia menatap yahsa yang tampak serius dengan pertanyaannya.
"Kita cuma temen, gue temen abangnya juga. Jadi gue kenal dia dan berteman"
Yahsa mengela nafas lega, pikirannya yang membuat cerita tentang mereka ternyata salah.
"Tapi kan takdir ini gak bisa ditebak, siapa tau besok gue sama teri pacaran" juki langsung meninggalkan yahsa yang terpengarah dengan kalimatnya barusan.
Berarti dugaannya selama ini benar, ternyata juki menyukai teri. Yahsa bisa menebak dari cara juki menatap teri.
.
.
.
TBC
Hai...makasih semua 😘
Jangan lupa tinggalkan jejaknya teman teman
Sampai jumpa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Remora (END)
Ficção AdolescenteBersembunyi adalah solusi yang terbaik untuk saat ini. Mengubur perasaan yang sudah dirajut dengan begitu indah. Maukah kau menjadi hiu dan melindungi remora? Saling bergantung untuk bertahan hidup... . . .