Sore ini terasa berbeda dari biasanya, terasa lebih hangat. Teri merapihkan rambutnya yang terbawa oleh angin. Jantungnya serasa mencelos, sulit untuk membuatnya berdetak secara normal.
"Ter... pegangan ntar lo jatoh" yahsa memecah keheningan diantara mereka. Yup setelah insiden tadi, yahsa memutuskan untuk mengantar teri pulang.
Tanpa suara, teri langsung menaruh kedua tangannya diatas pundak yahsa. Tangannya mulai dingin, jantungnya semakin berdetak kencang. Yahsa memperhatikan dibalik kaca spion.
"Maksud gue disini..." yahsa menarik tangan teri ke bagian pinggangnya. Namun, reaksi teri berlebihan ia berteriak mengakibatkan motor yang mereka tumpangi oleng.
"Lo gila ya...nanti kita bisa jatoh" yahsa kembali menyeimbangkan motornya.
"Hehehe sorry kak..." teri hanya nyengir kuda, ia bingung ada apa dengannya hari ini.
***
"Makasih ya kak..." teri berdiri di depan pagar rumahnya. "Gak mau mampir?" tawarnya.
"Gak usah...gue buru buru" yahsa melihat pergelangan tangannya. "Gue duluan" yahsa melenggang pergi membelah jalan yang lumayan sepi.
Teri memasuki rumahnya, melihat kanan dan kiri mencari mamahnya. Tapi tidak terlihat, mungkin ada di kamarnya. Ia pun melanjutkan naik ke atas dimana kamarnya berada. Saat ia masuk, sungguh kaget bukan main. Sejak kapan kamarnya berubah menjadi kapal pecah. Ia mendengar gemericik air di dalam kamar mandi. Ia sudah bisa menebak siapa pelakunya.
Saat orang itu keluar dari kamar mandi, ia dikejutkan dengan sosok topeng monyet.
"MONYET..." ia berteriak sambil memukul monyet tersebut.
"Kampret lo...ini gue..." monyet itu membuka topengnya.
"Lagian ngapain sih lo teri pake topeng monyet segala" hani mengelus kepala teri yang tadi kena pukul.
"Tadinya gue mau kagetin lo, eh gue kena batunya"
"Hahahaha makannya jangan suka iseng"
"Lo ngapain disini?" teri berjalan ke arah ranjang.
"Nginep...orang tua gue lagi ke luar kota. Gue takut sendirian" hani ikut berjalan menuju ranjang.
"Ok...asal lo jangan berisik kalo lagi tidur" teri merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hani tersenyum menang, memang sahabatnya ini yang terbaik.
"Oh iya...dari tadi gue nungguin lo, gimana tadi?" hani tersenyum jail.
"Gimana apanya?" teri mengrenyitkan alisnya.
"Jangan pura pura gak ngerti, itu loh...bareng kak yahsa"
"Biasa aja" teri membalikan badannya memunggungi hani.
"Biasa ajanya liat gue...woah muka lo merah" hani membalikan tubuh teri.
"Apa sih...ini merah gara gara gue belom mandi" teri menutup wajahnya dengan bantal.
"Jangan ngeles...eh lo tau gak tadi pas lo ama kak yahsa pulang bareng" hani menarik teri supaya bangun.
"Emang kenapa?"
"Hahahaha gue ngakak ama ekspresinya si risa...uhhh kaya kambing mau ngelahirin...hahaha makannya jadi orang jangan suka kaya di sinetron sinetron, banyak drama" hani terus tertawa.
"Emang lo gak cemburu?" seketika hani menghentikan tawanya. Teri melihat perubah mimik wajah hani. Sedetik kemudian tawa hani pecah.
"Hahahaha gue cemburu ama lo...? Itu gak mungkin, gue sama kak yahsa itu udah lama pisah. Kami gak punya prasaan apapun, kan gue udah punya ayang erik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remora (END)
Teen FictionBersembunyi adalah solusi yang terbaik untuk saat ini. Mengubur perasaan yang sudah dirajut dengan begitu indah. Maukah kau menjadi hiu dan melindungi remora? Saling bergantung untuk bertahan hidup... . . .