Malam yang begitu sunyi, suara daun yang saling bergesekan menjadi alunan yang pas untuk malam ini. Kedua insan manusia tengah berada dibawah remangan lampu taman. Mereka hanya saling diam dalam waktu yang cukup lama.
Entah yahsa maupun teri enggan untuk membuka suara. Lebih baik diam, daripada bersuara akhirnya akan membuka luka kembali.
Tapi yahsa harus menepis itu, ia ingin semuanya selesai. Rindu, sakit, dan rasa cinta begitu menyiksanya secara bersamaan. Yahsa sudah tak sanggup untuk memendamnya. Yahsa menyadari bahwasannya karma itu berlaku. Niatnya hanya ingin mempermainkan tapi dia sendiri yang terjebak.
"Teri...gue pengen ngejelasin masalah kita" yahsa memberanikan menatap teri yang sedari tadi hanya diam menunduk sembari memainkan tangannya.
"Bukannya udah jelas ya? Kalaupun belum, plis sampe sini aja. Gue gak mau semakin sakit denger penjelas lo" teri mengangkat wajahnya.
"Dengerin gue dulu, gak lama kok" yahsa menatap penuh harap.
"Yaudah cepet jelasin"
"Emang awalnya gue cuma jadiin lo alat buat deketin hani lagi, gue belum move on"
"Berarti lo...tega banget sama gue" teri langsung memotong omongan yahsa.
"Gue belum selesai"
"Udah cukup...gue gak mau denger lagi. Dasar brengsek" teri beranjak dan langsung melangkah pergi, namun kakinya kembali terhenti.
"Emang awalnya gue brengsek, tapi gue jatuh dalam permainan gue sendiri. Gue suka sama lo, mungkin sekarang berubah jadi cinta. Gue jatuh cinta sama lo teri" yahsa berteriak ditengah sunyinya taman.
Teri mengepalkan tangannya kuat-kuat. Entah apa yang ia pikirkan, ia terlalu kalut. Dalam hatinya yang paling dalam ia bersorak, bahkan hatinya sekan membuncah.
Tapi ia segera menggelengkan kepalanya, sekarang permainan apa lagi? Apakah yahsa tidak puas menyakitinya? Teri sekuat tenaga melangkah untuk meninggalkan taman tersebut.
Suara yang sangat lirih kini terdengar ditelinganya.
"Gak papa lo gak terima maaf gue, cowok kaya gue gak pantes dimaafin. Tapi yang harus lo tau, perasaan gue bener-bener tulus. Mungkin sudah terlamabat, lo sudah menutup tempat dihati lo serapat mungkin. Gue berharap semoga masih ada sedikit celah buat gue masuk"
Teri membalikan tubuhnya, sekarang mereka berhadapan. Mata teri sudah memerah, ia menatap kedalam mata yahsa. Mencari kebohongan disana. Tapi yang ia temukan hanyalah tatapan ketulusan. Tatapan yang dulu sangat ia damba.
"Kalo gue buka sedikit satu celah apa yanga bakal lo janjiin?"
Yahsa terkejut dengan pertanyaan teri. Apa mungkin masih ada kesempatan?
"Gue gak bakal janjiin sesuatu yang gak pasti. Tapi percayalah gue bakal mencintai lo sepenuh hati dan buat hari lo penuh bunga. Tentu saja gue gak bakal nyia-nyian lo lagi" mata yahsa nampak mengeluarkan binar kebahagiaan.
"Gue gak bisa percaya sama lo" teri menunjukan muka datarnya.
"Ya gue tau, gak bakal mudah percaya sama orang yang udah ngebohongin lo" yahsa menundukan kepala.
"Percaya sama orang itu gak boleh, namanya musrik. Percaya tuh sama yang diatas"
Yahsa langsung mengangkat kepalanya, dan ia menemukan senyum yang tak pernah ia lihat lagi selama beberapa minggu ini.
"Berarti gue dikasih tempat lagi"
"Sejak awal sampe sekarang tempat lo gak berubah"
Grep
Yahsa langsung memeluk tubuh teri, entah bagaimana ia mengekspresikan kebahagiaannya. Ini sangat membuatnya bahagia melebihi saat dirinya mendapat juara kompetisi karate.
"Berarti sekarang kita balikan?"
Teri mengangguk disela acara pelukan mereka, ia juga merasakan hal yang sama seperti yahsa. Sangking senangnya ia serasa akan melayang.
"Makasih...makasih...makasih" yahsa mengeratkan pelukan mereka.
"Ahhhh gue sesek napas" teri pura-pura menggap-menggap. Dengan sigap yahsa langsung melepaskan pelukan mereka. Ia memeriksa tubuh teri. Tapi yang diperiksa malah terkekeh.
"Sekarang pacar gue pinter akting ya" yahsa merangkul pundak teri, dan tangan satunya menangkup pipi teri.
Dengan refleks teri menyikut perut yahsa, ia langsung mengaduh kesakitan.
"Aduh maaf, gue lupa kalo lagi sakit" teri memeriksa perut yahsa dengan ragu-ragu. "Ayo duduk dulu disana" teri menunjuk salah satu bangku ditaman tersebut.
"Diem, jangan kemana-mana...gue mau ke apotek dulu" sebelum yahsa menolak, teri sudah melarikan diri.
Tak menunggu terlalu lama, teri datang dengan bungkusan kantong plastik warna putih dan dua kaleng minuman soda.
"Sini!" teri menarik wajah yahsa kearahnya. Perlahan ia menorehkan anti septik disekitar bibir yahsa.
"Auuu" ringis yahsa
"Lagian ngapain sih pake acara brantem-branteman segala. Lo tuh udah gede bentar lagi lulus" teri menekan kapas itu terlalu kuat. Sehingga yahsa kembali meringis.
"Ini tuh gara-gara fans lo, tiba-tiba maen sruduk aja. Kalo udah siap, gue gak bakal sebabak belur ini"
Teri menatap wajah yahsa, ia memandangi wajah yang sangat tampan dalam jarak sedekat ini. Namun acara pandangan tersebut harus rusak dengan tingkah yahsa. Ia meniup mata teri.
"Jangan lama-lama...ntar lo diabetes" yahsa tertawa saat melihat semburat merah memenuhi wajah teri. "Auuuuu sakit" teri menekan kapas dibibir yahsa lebih kuat.
"Makannya jangan suka godain orang"
"Gak papa kalo pacar sendiri" yahsa menunjukan cengirannya.
"Udah ya gue mau pulang, udah malem nanti mamah nyariin gue" teri membereskan sisa obat yahsa.
"Biar gue anter, kebetulan gue bawa motor. Sebelah sana deket pager taman" yahsa menunjuk dimana motornya berada.
"Gak usa-"
"Gak ada penolakan, ini termasuk kedalam janji gue. Buat memastikan lo baik-baik aja" yahsa meraih tangan teri dan menautkan tangan mereka. Teri memperhatikan tangan mereka yang saling bertautan, ia tersenyum.
"Ngomong-ngomong kapan kita bakal mengakhiri bahasa lo-gue" yahsa berhenti didepan motornya.
"Kapan-kapan entah kapan" teri tertawa melihat ekspresi yahsa yang merengut. Kenapa yahsa sangat menggemaskan.
"Silahkan tuan putri" yahsa mempersilahkan teri untuk menaiki kuda kesayangannya. "Nih pake jaketnya" yahsa memeberikan jaket kepada teri.
"Jaket lo aja yang waktu dulu belum gue kembaliin, sama celana trainingnya. Trus ini lagi..."
"Yaudah balikinnya sekalian, atau mau nyicil juga gak papa" yahsa terkekeh dibalik helmnya. Dan mereka melaju dijalanan.
Malam ini telah menjadi saksi kembalinya kedua insan tersebut.
TBC
Yeyy mereka kembali bersatu...hm bau bau mau ending 😂
Voment 🙏🙏🙏 makasih semua
KAMU SEDANG MEMBACA
Remora (END)
Teen FictionBersembunyi adalah solusi yang terbaik untuk saat ini. Mengubur perasaan yang sudah dirajut dengan begitu indah. Maukah kau menjadi hiu dan melindungi remora? Saling bergantung untuk bertahan hidup... . . .