5. With them

607 30 2
                                    

Tak terasa sudah 1 bulan Thata merasakan bangku SMA. Dia mulai merasakan banyaknya tugas yang diberikan oleh guru-gurunya. Walaupun termasuk siswi yang pandai, tak urung juga dia mengeluh karena sudah pusing memikirkan tugas yang tidak ada habisnya.

"Mamaaaaaaa." Thata mengusap wajahnya sendiri dengan kasar. Tak lupa dengan mengacak-ngacak rambutnya sendiri bak seperti singa yang baru bangun. Hehehe
"Ini kenapa nggak kelar-kelar coba. Tugas 1 selesai datang satunya lagi." Masih sama seperti lagi, Thata tetap mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Aduhh, anak mama kenapa ini. Rambutnya astaga." Mama datang dari dapur sambil membawa jus jeruk.

"Ini minum dulu, biar pikiran kamu adem dan gampang mikirnya." Mama duduk di sofa ruang keluarga sambil menarik salah satu majalah untuk dibacanya.

Thata memang membawa tugasnya di ruang keluarga. Dia malas mengerjakan di kamar, karena pasti sendirian. Kalau disini ada mamanya yang menemani.

Mamanya memang sering bersantai kalau sore-sore begini. Kadang juga ditemani Thata atau papa Jason kalau sudah pulang dari kantor.

Meninggalkan tugasnya, Thata yang duduk di karpet bawah pindah duduk di samping mamanya sambil memeluk tubuh mamanya.

"Ma, capek." Thata mulai bermanja dengan mamanya.

"Sabar aja. Dulu mama juga kayak kamu waktu SMA, tugasnya banyak." Mama mengusap rambut Thata dengan sayang. "Makanya, kalau di kasih tugas jangan ditunda-tunda ngerjainnya. Jadinya numpuk-numpuk kayak gini." Mama menambahkan lagi.

Memang tugas Thata sebagian diberikan di minggu kemaren, tapi berhubung masih malas mengerjakan jadi ditunda dulu.

"Hehe. Iya ma. Lain kali nggak gini deh." Merasa dirinya salah, Thata hanya menampikan deretan giginya pada mamanya sambil mengeratkan pelukannya lagi.

Mama hanya menggelengkan kepala melihat putrinya yang manja ini.

"Lah ini kenapa adek peluk mama kayak gitu sih." Tiba-tiba Ando datang.

"Yee, kenapa sih bang. Mama aja nggak protes juga." Thata memanyunkan bibirnya.

Tanpa menjawab Thata, Ando langsung memeluk 2 wanita yang disayanginya itu.

"Aaaa, abang kenapa ikut-ikutan. Sesak ini aku." Masih mengindahkan perkataan Thata, Ando tetap memeluk keduanya.

Dilain tempat, Jason yang baru pulang dari kantor memasuki rumahnya. Dia mengucapkan salam. Biasanya setelah mengucapkan salam, istrinya akan keluar untuk menyambutnya. Namun kali ini tidak. Kemana istrinya? Karena tidak mendapati istrinya, dan rumah kelihatan sepi, Jason langsung masuk.

Saat melewati ruang keluarga, dia dibuat kaget dengan kelakuan kedua anaknya yang saling berebutan memeluk mamanya.

"Aa abang, ngapain rebut-rebut mama sih. Aku dulu tadi yang peluk juga." Thata berusaha menarik tubuh Ando yang sedang memeluk tubuh mamanya.

Karena berniat mengerjai Thata, Ando berbalik malah memeluk Thata dengan erat.

Melihat itu, Jason hanya geleng-geleng kepala.

"Astaga, kalian ini."

"Papaa, tolongin adek dong. Lepasin tangan bang Ando. Sesak napas ini." Thata merengek pada papanya.

Jason meletakkan tas kerjanya di meja lalu duduk di samping istrinya. Dia memeluk istrinya dan meraih kedua anaknya untuk ikut dipeluk juga. Jadi sekarang mereka berempat berpelukan.

"Udah lama ya, kita nggak quality time berempat. Papa sibuk kerja dan kalian berdua sekolah juga. Papa jadi kangen." Jason membuka percakapan.

"Hmm, dinner yuk pa." Tiba-tiba Thata menyelutuk. "Udah lama juga kita nggak makan diluar." Tambahnya.

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang