7. Hukuman

542 23 0
                                    

Dengan tidak sabar Aprilia membuka pintu ruang UKS. Devano membopong Thata dan Aprilia membuntuti di belakangnya. Kedua orang itu dibuat khawatir dengan keadaan Thata yang pingsan secara tiba-tiba.

Setelah pintu terbuka, Devano langsung membaringkan tubuh Thata dengan hati-hati. Thata juga langsung diperiksa oleh petugas PMR yang sekarang lagi bertugas.

Namun saat petugas kesehatan yang bertugas memeriksa Thata, Vano buru-buru mencegahnya.

"Heh, mau ngapain lo!!" Cegah Vano sambil memegang lengan cowok itu.

"Lo gimana sih, ya mau meriksa Thata lah bego." Lia geram sendiri melihat kelakuan Vano.

"Ya kenapa harus dia. Gue maunya cewek aja yang meriksa Thata. Enak aja dia pegang-pegang. Nggak mukhrim!!"

"Udah kak, periksa aja si Thata." Ucap Lia pada petugas itu. "Dan lo, buruan keluar!!" Tunjuk Lia pada Vano.

"Ehh, tapi.." belum selesai Vano menyelesaikan kata-katanya, Lia menyeret paksa Vano untuk keluar dari ruang UKS.

****

Selama Thata pingsan, Lia dan Vano setia menunggu di kursi samping Thata ditidurkan. Mereka menunggu dengan cemas. Berharap Thata segera sadar.

Saat Thata mulai menunjukkan tamda-tanda akan sadar, Lia langsung berdiri dari kursinya. Begitu juga dengan Vano.

"Tha. Loe udah sadar." Lia sambil menepuk-nepuk pelan pipi Thata.

"Hmm. Gue kenapa bisa disini sih?" Tanya Thata sambil berusaha duduk yang dibantu oleh Vano.

"Loe tadi pingsan gara-gara dijemur di lapangan. Pasti loe nggak sara.." Belum selesai Lia berbicara, yang terdengar selanjutnya adalah teriakan dari Thata.

"Ngapain loe disini juga!! Ngapain juga pegang-pegang gue. Mau modus ya lo!!" Teriak Thata bertubi-tubi.

"Ehh busett. Cepet banget loe sehatnya." Vano mengusap-usap kedua telinganya karena lengkingan dari Thata tadi masih terngiang. "Gue dari tadi nungguin lo yang lemah gak berdaya, muka juga pucet banget kayak pocong dan sekarang lo teriakin gue. Bener-bener ya lo!"

"Ya emang gue nyuruh lo nungguin gue sampai sadar. Gue juga nggak mau kali pingsan-pingsang kayak gitu."

"Udah-udah nggak usah berantem. Loe baru sadar juga. Mending sekarang kita kekantin. Lo makan aja dulu." Lia menengahi pertengkaran keduanya.

"Yaudah ayok. Gue juga lapar ini." Thata mulai turun dari ranjang UKS dan segera memakai sepatunya.

Setelah selesai, dengan semangat 45 Thata menggandeng Lia untuk segera menuju kantin. Tanpa memperdulikan Vano, Thata langsung pergi.

"Cepetan Li. Perut gue udah meronta minta diisi."

"Loe nggak kayak orang yang habis pingsan kalo gini. Urusan makan aja cepet lo."

"Ye, bodo. Yang penting gue kenyang." Balas Thata sambil nyengir.

"Tapi kalau dipikir-pikir, alay bener ya gue. Habis dihukum pingsan. Kayak FTV-FTV gaje yang selalu tayang di tv."

"Kalo ngomong." Lia menepuk mulut Thata dengan tangannya. "Orang kalo sakit ya nggak bisa dibilang alay lah. Mana ada orang yang mau sakit."

"Hehe, iya-iya."

Tak terasa mereka sudah sampai di kantin. Disini masih lumayan sepi, karena jam istirahat pertama sudah habis. Untuk istirahat kedua masih 15 menit lagi.

"Loe duduk aja, gue yang pesenin makanannya."

"Uhhh, baiknya sahabat gue." Thata mencubi gemas kedua pipi Lia. "Yaudah, gue mau siomay sama jus jeruk."

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang