Ddrrrtt
Ddrrttt , ddrrttt
Ponsel Thata yang ditaruh di laci mejanya bergetar. Tapi dia tidak berani mengangkat telpon itu. Jangan kan mengangkat, melihat siap yang menelpon saja Thata tak berani.
Sebenarnya bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Tapi semua penghuni di kelas Thata belum diperbolehkan keluar kelas. Mereka juga masih mendengarkan bu Lasmini yang sedang menerangkan pelajaran. Tadinya sudah ada yang protes karena sudah waktunya pulang, namun beliau tetap melanjutkan pelajaran. Nanggung katanya, sebentar lagi selesai.
Thata melirik untuk melihat wajah-wajah temannya. Semuanya tampak lesu.
"Duh, siapa sih yang nelpon?" Gerutu Thata.
"Ini bu Las kenapa nggak selesai-selesai juga sih?"
Melihat gelagat Thata yang sudah tidak tenang, Vano menolehkan kepalanya.
"Lo ngapain sih? Ngedumel mulu dari tadi."
"Itu kenapa bu Las nggak selesai-selesai sih? Udah jam nya pulang jugak."
"Kayak nggak tau aja lo."
"Oke anak-anak. Sekian dari ibu, jangan lupa belajar dan lusa pagi tugasnya harus sudah ada di meja ibu. Mengerti?" Bu Las mulai mengakhiri pelajarannya.
"Mengerti bu." Jawab serempak satu kelas.
"Selamat siang." Salam bu Las.
"Siang bu." Jawab lagi serempak satu kelas.
"Fyuhh, akhirnya kelar juga." Lega Thata. Sebenarnya dari tadi Thata takut ketahuan oleh bu Las kalau ponselnya bergetar. Bisa-bisa di sita kalau ketahuan.
Thata menarik ponselnya dari laci meja. Ternyata abangnya yang sedari tadi menelpon. Saat Thata akan menelpon balik, bang Ando sudah menelpon lagi.
"Halo bang, ada apa?" Tanya Thata.
"Kamu ntar pulang sendiri ya, atau nggak bareng Lia aja. Abang nggak bisa nganter pulang kamu." Jelas bang Ando.
"Yah, lagi kan. Kemaren juga nggak bisa pulang bareng, sekarang juga gitu. Mau kemana sih abang." Kesal Thata.
"Abang ada acara sama teman."
"Siapa? Sama bang Arga atau bang Reno? "
"Kamu kira teman abang 2 kucrut itu doang?""Yah, emang 2 itu kan yang sering keluar sama abang. Akhhh, jangan-jangan abang mau pacaran ya?" Tebak Thata.
"Eh.. ehh enggak kok." Jawabn bang Ando dengan agak kikuk.
"Kalau bohong gimana bang?" Pancing Thata, pasalnya Thata mulai curiga kalau abangnya itu sedang dekat dengan cewek. "Awas kalau abang bohong." Tambahnya lagi.
"Iya-iya. Udah ya." Segera tanpa menunggu jawaban Thata, bang Ando langsung menutup telpon.
"Ishhh, kebiasaan deh." Gerutu Thata lagi.
"Lo juga kebiasaan ya, apa-apa pasti ngedumel." Vano yang menyahuti.
"Lo juga sama, lo slalu ngejawab apa omongan gue. Padahal gue nggak nanya ke lo." Sinis Thata.
Vano hanya geleng-geleng kepala. Dia bangun dari kursi sambil menyampirkan ranselnya di satu bahunya.
"Udah, ayok pulang." Ajak Vano.
"Lah, emang gue mau pulang sama lo."
"Kalau nggak sama gue, mau pulang sama siap lo. Lia nggak masuk hari ini, jadi daripada lo naik ojek atau lainnya mending sama gue." Jelas Vano panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me
Teen Fiction"Gak usah khawatir,aku baik-baik aja". ~ Thalitha Desyira "Gak usah bohong,loe gak baik-baik aja". ~ Devano Putra Wijaya