Sudah beberapa minggu setelah kejadian itu, sekolah Sana mulai melaksanakan serangkaian ujian.
Dan selama itu pula Sana harus terbiasa sama keempat sahabatnya yang sampai sekarang masih mengabaikannya.
Bukan mengabaikan, mungkin benar-benar nggak mau bergaul lagi sama dia.
Tapi tak apa, selama itu nggak mengganggu belajarnya, Sana akan berusaha tetap fokus dengan ujiannya.
Yang ia inginkan hanya lulus, lalu setelah itu kembali ke negeri asalnya, Jepang.
Iya, Sana nanti niatnya mau kuliah di Jepang dan tinggal bareng orang tuanya.
Gimana dengan Daniel?
Sana sendiri selalu mencari jalan 'alternatif' agar bisa terhindar dari Daniel.
Misalnya Daniel nungguin Sana di gerbang belakang sekolah, mungkin lebih baik Sana tidak pulang lewat situ.
Begitu terus sampai akhirnya Daniel tak lagi mengikutinya. Sana pikir, Daniel sudah lelah mengikutinya.
Bukankah itu bagus? Tapi hati Sana nggak bisa berbohong kalau dia juga mengiginkan pemuda itu.
Bisa dibilang, Sana juga mencintai Daniel.
⤵⤵⤵
Hujan.
Sekarang memang sering hujan. Sana paling suka mendengarkan suara hujan. Walau gitu, Sana takut petir.
Padahal sudah jam pulangan, sekolah sudah sepi tapi Sana masih belum pulang.
Gadis itu masih berdiri di depan kelas, memperhatikan awan mendung dan juga hujan yang sudah turun beberapa belas menit yang lalu.
Lalu akhirnya memekik takut sendiri kala ada kilatan petir diikuti suara guntur yang begitu keras.
Dia cepat-cepat memasuki kelasnya, dan saat itu pula dia baru sadar kalau Daniel masih di sana.
Pemuda itu bersender di tempat duduknya dengan kaki yang ia naikkan keatas meja sambil memainkan hapenya. Sudah kayak rumah sendiri.
Sana bingung sendiri, mau kabur tapi Daniel udah ngeliatin dia sekarang.
"... belum pulang lo?" Tanya Sana, awkward.
Daniel menggeleng, "lagi males." Jawabnya "Lo sendiri?"
"Gue... nungguin hujannya reda. ah maksud gue, ngeliatin hujan turun."
Daniel mengangguk-angguk lalu tersenyum, sebenernya dia juga sengaja untuk nggak pulang. Alasannya ya hanya karna Sana juga belum meninggalkan kelas.
Sana sendiri berusaha menata perasaannya yang hampir berantakan. Entah kenapa dia kangen sama senyuman Daniel yang lebih seperti seringaian.
"Pulang sama gua aja apa?" Ucap Daniel, sudah berdiri bersiap-siap untuk keluar kelas.
Sana masih bengong, "...hah?"
Daniel nggak jawab malah langsung narik tangan Sana untuk pergi meninggalkan kelas.
Perasaan Sana langsung berantakan.
⤵⤵⤵
Demi apa Daniel tiba-tiba narik Sana buat pulang bareng.
Kebayang nggak sih gimana canggungnya Sana di dalam mobilnya Daniel????
Padahal Daniel udah putar radio tapi tetep aja suasananya canggung.
Mana Daniel sengaja lambat-lambatin jalan mobilnya lagi. Bukan apa-apa, Daniel cuman pengen berdua sama Sana cukup lama.
Walau ujung-ujungnya juga mereka sampai di kediaman Sana dan Sana harus turun.
"Makasih ya." Kata Sana sebelum akhirnya tangan Daniel menahannya.
"Sana..."
Sana noleh, "Apa?"
Sana tiba-tiba ngerasa ngalamin deja vu, waktu itu juga lagi hujan dan saat Sana pengen turun dari mobil, Daniel menahannya. (yang lupa ada di chapter 5)
"Lu percaya 'kan kalau yang sebarin foto itu bukan gua?" Tanya Daniel, sambil natap Sana.
Sana ngangguk, dia yakin pelakunya bukan Daniel. Kalau pun Daniel, Sana sudah memaafkannya. Sana sendiri bukan tipe orang yang pedendam.
"Iya, gue percaya kok bukan lo orangnya. Tenang aja." Jawab Sana sambil senyum. "Udah itu aja 'kan? Gue turun ya."
"Bentar, masih ada."
"Apaan?"
Daniel maju dan mengikis jarak diantara mereka. Sana diam mematung, jantungnya berdetak dua kali lebib cepat.
Walau cuma lima detik, tapi berdampak besar baginya.
Ini bukan pertamakalinya Daniel mengecupnya, tapi pertamakalinya Sana merasakan dadanya begitu sakit.
Ciuman itu seperti pertanda kalau ini yang terakhir. Terakhir dalam arti Daniel nggak akan mengganggu atau mengikutinya lagi.
"Sebenarnya gua udah lama pengen bilang ini tapi lu selalu ngehindar, semoga lu baik-baik aja tanpa gua, San." Tutur Daniel.
Sana menggigit bawah bibirnya, menahan tangisnya, "iya maafin gua juga yang udah ngehindarin lo akhir-akhir ini. Dan lo juga harus baik-baik aja tanpa gua, jangan jadi playboy, karna kebanyakan cewek nggak suka cowok yang playboy."
Daniel terkekeh, Sana juga ikut-ikutan terkekeh walau matanya kini berkaca-kaca.
"Sudah sana gih, masuk." Suruh Daniel.
Sana nurut dan akhirnya keluar dari mobil Daniel dan berlari kecil memasuki halaman rumahnya sambil menunduk, menyembunyikan tangisnya.
____
14.01.2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar ✔
FanficDaniel ft. Sana Daniel menemukan sebuah rahasia terbesar Sana. Rahasia itu dapat menurunkan popularitas Sana di sekolah jika seluruh teman-teman se-gengnya tahu. #1 Saniel [08.06.2019] #62 ceritapendek [29.06.2019] Start : 30 Desember 2017 End :...