Kekaburan Bayang-Bayang

(5) I AM JUST INSECURE

"Hebat ya, lo, masih semester empat udah jadi MC di acara gede." Gue bener-bener nggak menanyakan apa pun tentang kabar orang di depan gue ini ketika dia pilih duduk di meja yang sama dengan gue dan Mas Gemma tempati.

Mas Gemma udah langsung caw ke meja lain begitu melihat teman yang ia janjikan tadi ada di meja seberang kita. Menyisakan gue berdua di tempat ini sama seseorang di depan gue.

"Gue nggak sehebat itu. Mereka pillih secara random karena bokap gue emang ada hubungannya sama acara ini," ucapnya dengan suara yang sama gue dengar lima tahun lalu. "Gimana kabar lo, Lang? You are really disappeared.''

Bukan disappear, tapi gue memang memilih menjauhi dunianya begitu gue dan dia nggak lagi dalam satu lingkungan.

"Baik. Gue masih sama kok, lempeng kayak dulu," jawab gue tanpa maksud merendah. Gue hanya insecure. Believe it. "Kayaknya, elo deh yang apa kabar, Ri. Lama nggak lihat, udah pangling aja gue."

"Alhamdulillah, dapet PTN." Ari mengembangkan senyum puas. "Dan dapet di perpajakan." Dan mungkin itu karena dia dapat apa yang ia cita-citakan sejak dulu.

Gue diem, nggak membahas apa-apa lagi. Pertemuan kita bener-bener out of the blue banget dan terlalu mendadak. Semuanya jadi awkward dan gue lelah sendiri jadinya.

"Gion udah umur berapa, Lang? waktu gue ke rumah dulu, dia masih dedek banget." Ari terkekeh geli, kayaknya dia lagi bayangin Gion yang dulu ompong yang sering dia lihat ketika anak-anak ekskul paskib—ekskul yang saat itu gue geluti—sering lihat selepas pulang ekskul dan pada memilih mampir ke rumah gue.

"Tiga belas," jawab gue singkat. "Lo masih sama Nita, Ri?"

Ari tersenyum masam. "Udah nggak. Dari dua tahun lalu udah putus." Gue mengangguk, nggak berniat untuk interupsi. "Lo... sama Leonita... masih temenan 'kan?"

Iya. Kita sedang bicara Leonita yang menjadi kembang buat temen-temen sekolah gue. Sekaligus teman gue.

Sound: Payung Teduh (Di Atas Meja)

22/01/'18