SELVI, yang bulan lalu genap berusia 23 tahun, memang tidak seperti mahasiswi kebanyakan. Butuh perjuangan bagi Selvi untuk menyelesaikan pendidikannya.
Sulung empat bersaudara anak pasangan Yohanes Septinus Sahureka (52) dan Dewi Ismarlupi Yuniastuti (50) ini mengidap penyakit kanker timomi stadium empat sejak 2014. Selama proses penyelesaian pendidikan, Selvi harus berjuang melawan rasa sakitnya.
Mengenakan sweter abu-abu tipis dan penutup kepala, Selvi menceritakan perjuangannya menyelesaikan pendidikan. Saat-saat awal kanker mulai menggerogoti tubuhnya, ia sempat terpaksa mengorbankan waktu kuliahnya selama satu semester di semester VII untuk menjalani pengobatan. Namun, tekadnya menyelesaikan kuliah membuatnya terus berjuang.
"Saat kembali kuliah, sering terdengar orang-orang bilang bahwa sepertinya saya enggak akan selesai (kuliah, Red). Saya enggak mau menyerah," ujarnya kepada saya di kediamannya di Jalan Mulia Graha RT 15/15, Kelurahan Margasari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, Jumat (7/10).
Awal 2016, Selvi akhirnya masuk semester akhir dan mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusannya. Tak ingin menunda pendidikan untuk kedua kalinya, Selvi pun mulai mengerjakan tugas akhirnya dalam bentuk buku.
"Awalnya ada dua ide, buku soal bintang-bintang dan buku soal kanker. Semuanya diajukan dan disetujui. Cuma, seiring berjalannya waktu, saya memilih soal kanker saja, sekalian ingin berbagi pengalaman saya," katanya.
Sejak itulah, ia mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dan rutin ke kampus menemui dosennya untuk bimbingan. Walhasil, sidang pertama dan kedua tentang judul buku dan konsep buku bisa dilaluinya dengan lancar meski untuk itu ia harus menahan rasa sakit.
Namun, memasuki tahap penyelesaian tugas akhir, kondisi tubuhnya makin menurun sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. "Penyelesaian tugas akhir itu akhirnya terpaksa saya kerjakan di rumah sakit. Di atas kasur, laptop saya pegang setiap saat. Jadi, pagi-pagi setelah sarapan, saya mengerjakan tulisan, lalu siangnya istirahat sebentar, lanjut lagi mengerjakan. Sampai-sampai, perawat bawel mengingatkan saya supaya tidak terlalu lama mengerjakan tugas," katanya.
Beruntung, Selvi memiliki teman-teman yang setia menemani. Bahkan, teman-temannya itu datang ke RS Borromeus untuk membantu Selvi mengetik kata demi kata untuk dijadikan buku.
"Jadi teman yang mengetik, saya yang ngomong. Memang butuh perjuangan banget," kata Selvi sambil tersenyum.Namun, perjuangan Selvi berbuah manis. Ia berhasil menyelesaikan buku berjudul Tekad Istimewa Melawan Kanker setebal 99 halaman.
"Buku itu berisi pengalaman saya dan pengalaman orang lain seperti saya. Jadi, waktu pengumpulan bahan, saya datang ke komunitas penderita mendengarkan pengalaman- pengalaman mereka. Intinya, buku ini tentang bagaimana orang-orang melawan penyakit kanker, supaya orang yang baca nantinya termotivasi buat melawan kanker," katanya.Meski akhirnya ia berhasil menyelesaikan buku itu, menurut Selvi, ketika itu ia masih diselimuti rasa waswas. Kondisinya yang lemah ketika itu membuatnya tak mungkin datang menghadiri sidang tugas akhirnya.
"Jadi, waktu itu Mamah yang bawa buku ke kampus. Dikasihkan ke dosen pembimbing. Jadi, penilaiannya langsung. Saya awalnya cemas takut enggak lulus, sebab tidak ikut persentasi," katanya.
Namun, rasa waswas Selvi terbayar. Hasil karyanya itu diberi nilai 82 oleh dosen-dosen yang menguji.
"Waktu masih di rumah sakit, saya dapat pesan melalui WhatsApp dari dosen pembimbing yang menyatakan saya lulus. Saya sangat kaget, awalnya enggak percaya karena tidak ikut sidang. Tapi ternyata benar," katanya.Kebahagiaan Selvi bertambah karena ia tidak hanya lulus, tapi lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,54.
"Ini berkat Tuhan. Besok (hari ini, Red) saya akan diwisuda, saya akan datang. Sudah persiapan kebaya," katanya.
Selvi mengatakan, apa yang ia lakukan adalah bukti bahwa penyakit kanker tidak harus menjadi penghalang untuk berprestasi. "Saya pingin buktiin kalau saya bisa meskipun saya punya penyakit seperti ini," katanya.
Dewi, ibu Selvi, mengaku sangat bangga dengan apa yang diperbuat oleh putrinya. "Sejak dia sakit, saya bilang ke dia fokus dulu sama penyakitnya biar sembuh. Urusan kuliah nanti bisa dikejar. Tapi dia anaknya semangat terus ingin kuliah. Ya, ini hadiah paling indah buat saya, perjuangan dia tidak sia-sia," katanya.
Selain di RS Borromeus, Selvi juga menjalani perawatan rutin di RS Siloam Jakarta. "Sekarang masih tahapan kemoterapi. Lima kali lagi kemoterapinya," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Go Away Cancer
Short Storykumpulan kisah, cerita, pengalaman penderita kanker saat penyakit itu mulai menggerogoti tubuh mereka Di ambil dari kisah nyata Kisah ini Berasal Dari indonesia dan Luar negeri. Semoga Kisah ini bisa menginspirasi banyak orang tentang nikmat keseha...