9. gadis kecil pengidap kanker otak

124 12 0
                                    

Aku seorang gadis penderita kanker otak.

Semuanya ini berawal ketika aku masih berada di kelas 9. Hari senin pagi. Seperti biasanya, sekolahku melaksananakan rutinitas wajib. Upacar bendera. Tidak ada yang berbeda selama pelaksanaan upacara berlangsung. Semua berjalan dengan lancar. Bahkan semuanya lebih tertib dari senin sebelumnya.

Entah apa yang terjadi. Entah ini memang takdirku. Entah ini sebuah karma. Yang jelas ini cukup menyiksaku. Pada saat menghormat bendera, tiba-tiba saja tanganku terjatuh dari kepalaku. Tubuhku menjadi lemas. Aku tidak bisa mengangkat tanganku lagi. Tubuhku menjadi kaku. Aku berusaha untuk menaikkan tanganku agar guruku tidak memarahiku. Tapi apa dayaku? Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya air mataku turun dan aku terjatuh begitu saja. Semua teman-temanku langsung memandangku. Aku menunduk. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ini benar-benar menyedihkan.

***

Orangtuaku bukanlah orang yang tidak mampu. Bahkan, bisa dibilang hidupku ini sangat berkecukupan. Apa saja yang aku minta, pasti orangtuaku membelikannya. Aku anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Aku bisa memiliki benda apa saja yang ingin aku miliki. Tapi hanya satu yang tidak bisa aku miliki, perhatian dari orangtuaku.

Kadang aku berpikir, buat apa aku miliki semua benda mewah ini kalau aku tidak bahagia? Orangtuaku sering berpergian keluar negeri ataupun ke luar kota. Jarang sekali mereka memberikan waktu untukku. Bahkan untuk makan malam pun, kadang mereka tidak bisa. Terlalu banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Aku tau mereka melakukan ini semua untukku. Tapi aku tidak membutuhkan ini.

Sering kali aku menangis ketika aku terjaga dari tidurku. Ku lihat foto-foto yang mengingatkanku pada masa kecilku. Dulu, waktu aku masih kecil. Mereka berbeda. Mereka memberikan semua kasih sayang mereka padaku. Ibuku memang dinyatakan tidak akan bisa mengandung lagi. Itulah sebabnya mengapa mereka sangat memanjakanku. Tapi terkadang, aku merasa kesepian ketika orang tuaku sedang berpergian. Kadang aku hanya ditemani oleh asisten ibuku. Dia orang yang baik. Dia sudah bekerja dengan ibuku sejak aku masih berumur 3 tahun. Dia orang yang perhatian. Bahkan, dia lebih perhatian dari ibuku sendiri.

***

Malam ini aku harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku. Apakah penyakit ini semakin membaik atau bahkan sebaliknya? Tapi malam ini orangtuaku membatalkan penerbangan mereka karena menurutnya, pekerjaannya lebih penting dari anaknya. Terpaksa aku pergi dengan asisten ibuku. Selama diperjalanan, aku hanya diam. Lebih tepatnya merenung. Ku pandang pemandangan dari kaca mobil. Ternyata aku masih lebih beruntung dari mereka. Mereka bahkan harus bekerja sendiri untuk mengenyangkan perut mereka. Apakah orangtua mereka tidak peduli? Setidaknya, aku merasa lebih beruntung walaupun aku penyakitan, tapi aku mempunyai orangtua.

Semenjak 1 tahun yang lalu, rumah sakit menjadi salah satu tempat yang aku benci. Aku tidak suka berada di tempat ini. Banyak tangisan anak-anak. Tidak ada kebahagiaan di tempat ini. Apalagi orang yang kita cintai tidak ada disini.
Aku berjalan perlahan ditemani asisten ibuku. Menuju ke ruangan dokter spesialis kanker otak. Aku merasa aku orang yang lemah ketika tubuhku dibalut jarum suntik. Ketika aku harus berjalan menggunakan tongkat ataupun kursi roda. Kakiku kaku. Tidak bisa digerakkan sama sekali. Aku selalu berharap ketika aku bangun, semuanya akan berubah. Tapi ternyata ini lebih dari sekedar sebuah mimpi buruk. Inilah hidupku. Bagaimana pun juga, aku harus menjalaninya semampuku.

Sebenarnya aku masih sedikit lebih beruntung dari pengidap kanker otak lainnya. Aku masih bisa berbicara walaupun terkadang bibirku terasa kaku. Rambutku memang selalu rontok, tapi setidaknya aku masih mempunyai rambut. Darah juga sering keluar dari hidungku. Tapi tidak terlalu banyak. Aku juga lupa dengan nama-nama teman dekatku karena sudah 1 tahun lebih aku tidak pernah bertemu mereka lagi. Tapi terkadang ada beberapa temanku yang datang menjengukku. Mereka sungguh baik, bukan? Meskipun aku mengingat mereka hanya samar-samar. Tapi mereka masih mengingatku. Aku bersyukur bisa mempunyai teman seperti mereka.

Please Go Away CancerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang