20. Lima tahap fase hidupku

31 2 0
                                    

Endri Kurniawati, menghadapi kenyataan pahit tersebut. Seperti orang kebanyakan, dia sempat merasa down di titik paling rendah dalam hidupnya. Bagaimana tidak, dia divonis mengidap kanker stadium 2A di saat banyak rencana masa depan yang ia persiapkan secara matang.

Lalu, bagaimana perjuangannya sehingga ia bisa bangkit kembali? Simak ulasannya berikut ini ya.

1. Merasa dekat dengan kematian, Endri mulai membagi-bagikan warisannya

Down, menangis, merasa hidup sudah habis. Begitu rasanya. Bahkan, Endri sempat membagi-bagikan warisan yang dia punya. Baginya, pengidap kanker sepertinya bisa menemui ajal kapan saja. Meski demikian, ia masih ingin berjuang keras melakukan sebaiknya, pengobatan akurat dengan dokter terbaik, mengusahakan semuanya secara terukur, dan tercepat.

"Aku sudah diberi nyawa, amanat itu harus kupegang. Down iya, tapi manusia harus berusaha," kata alumni Universitas Airlangga Surabaya itu.

Bukan tanpa alasan dia membagi-bagian warisan sedini mungkin. Kata Endri, "Aku tak punya anak, aku juga bukan seorang guru." Padahal ada tiga amalan yang pahalanya terus mengalir meski manusia sudah tak lagi hidup di dunia. Di antaranya ilmu yang bermanfaat, doa anak saleh, dan amal jariyah.

Ya satu-satunya yang aku punya hanya amal jariyah. Aku juga gak punya anak," ujarnya.

Sejak divonis kanker pada 2012 lalu, rasanya ia harus menyiapkan kematian secara tergesa-gesa. Tak ada yang tahu kapan usianya berakhir di angka berapa, apalagi ada monster jahat bergelayut di badannya. Begitu katanya.

Kalau kamu mengira Endri memiliki gaya hidup tidak sehat dan suka makan junk food, kamu salah besar. Sejak kecil, perempuan kelahiran Madura itu, tak pernah sembarangan soal hidupnya, termasuk makanan dan minuman yang ia konsumsi. Ia berolahraga secara teratur, bahkan tergabung sebagai anggota karate, tidak minum soda atau alkohol, tidak merokok, dan tidak banyak makan makanan yang digoreng.

"Saya punya lambung sangat sensitif, sehingga harus benar-benar menjaga pola makan. Tidak pernah jajan sembarangan atau pinggir jalan," tuturnya.

Namun, kembali lagi kepada Tuhan, pemilik segala kehidupan. "Gak semua yang kita usakan bisa kita kontrol juga hasilnya. Di kantor, saya dijuluki perempuan paling sehat hidupnya, tapi toh akhirnya kena kanker juga."

Usut punya usut, sel kanker yang hinggap di tubuhnya bukan akibat gaya hidup yang keliru. Tapi, faktor keturunan membuatnya merasakan "jatah" serupa.

2. Bermula dari rasa lelah sepanjang hari dan penemuan benjolan kecil

Kanker di tubuhnya diketahui sejak 2012 lalu. Dia merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya. Dulu, ia sangat kuat. Olahraga 4-5 kali dalam sepekan, bekerja seharian di kantor, belum lagi berdagang batik di pagi hari sebelum ngantor dan weekend. Namun, ia tak lagi mengenali tubuhnya beberapa pekan sebelum menemukan benjolan kecil sekitar 2,5 centimeter di payudaranya.

Ia merasa kelelahan sepanjang hari, bahkan setelah bangun tidur. Badannya tak pernah lagi merasa bugar. Selalu saja capek yang teramat sangat. Tak cuma itu, dia juga kerap merasa mendadak kedinginan parah di saat matahari Jakarta sangat terik. Bertumpuk selimut dan jaket tebal, baju berlapis, hingga kaos kaki tak mampu menghangatkannya.

Sempat rawat inap hampir sepekan di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat, Endri merasa tak ada perubahan sama sekali. Dokter mendiagnosanya sakit typus, padahal hasil laboratorium menyatakan darahnya sangat bagus, termasuk trombositnya.

Hingga suatu hari, ia tak sengaja menemukan benjolan kecil di payudaranya saat mandi. "Oh, mungkin karena menstruasi," pikirnya waktu itu. Dia menunggu hingga sepekan ke depan. Biasanya, masa-masa menstruasi, kondisi tubuh wanita sering mengalami anomali. Sayangnya, benjolan itu tak beranjak meski menstruasinya telah berakhir sepekan kemudian.

Please Go Away CancerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang