Jenis kanker yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan paling ditakuti adalah leukemia atau kanker darah. Hal itu pula yang dirasakan oleh Aditya Pria Ramadan (7). Aditya mengidap penyakit tersebut sejak tiga tahun lalu.Perjuangan panjang Aditya selama masa kritis dan pemulihan yang telah dilalui tiga tahun belakangan tidak selalu berjalan manis. Anak pertama dari pasangan Gunadi (40) dan Sadah Hodijah (32) ini pertama kali mengalami gejala-gejala leukemia saat bulan Januari 2012.
Saat itu, Aditya atau yang biasa dipanggil Adit masih berumur empat tahun. Gejala pertama yang ditemukan oleh ayahnya, Gunadi, adalah suhu badan yang tinggi seperti demam disertai batuk dan pilek.
"Waktu itu, Adit panas sekali badannya. Saya langsung bawa ke rumah sakit, di Rumah Sakit Usada Insani," kata Gunadi kepada Kompas.com di kediamannya di Kampung Parigi, Curug, Tangerang, Jumat (6/2/2015).
Sesampainya di rumah sakit, Adit pun menjalani perawatan. Setelahnya, dia didiagnosa terkena penyakit anemia aplastik, yaitu sebuah kondisi yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi sel darah baru.
Bagi orang yang terkena penyakit ini, berisiko tinggi mengalami infeksi dan pendarahan yang tidak terkontrol. Namun, karena keterbatasan alat, Adit pun dirujuk ke rumah sakit lain. Pilihan jatuh pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
Berbeda dengan yang disampaikan di rumah sakit sebelumnya, kali ini, Adit didiagnosa terkena penyakit thalasemia. Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang disebabkan kurangnya produksi hemoglobin (sel darah merah) karena kerusakan gen dalam tubuh.
Penyakit ini termasuk banyak di Indonesia. Dirasa masih memiliki keterbatasan penanganan pasien, Adit pun dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Pada akhirnya, keluarganya tahu kalau Adit mengidap kanker darah atau leukemia.
Menurut Gunadi, berdasarkan penjelasan dokter, ada jenis-jenis leukemia, dan Adit mengidap jenis yang paling ganas.
"Kata dokter ada leukemia CML (Chronic Myelogenous Leukemia), ALL (acute lympoblastic leukemia), dan AML (acute myelogenous leukemia). Adit kena yang AML. Biasanya, teman-temannya di Cipto yang kena leukemia juga enam bulan sudah lewat (meninggal)," ucap Gunadi.
Sejak saat itu, kondisi berubah. Selama 1,5 tahun berjalan, merupakan masa kritis Adit. Gunadi yang bekerja di perusahaan kelapa sawit di Kalimantan Tengah pun terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya agar dapat setiap saat menemani Adit di rumah sakit.
Gunadi yang merupakan karyawan tetap di perusahaan tersebut sebelumnya pernah memberi tahu soal kondisi anaknya, tetapi perusahaan tidak memberikan uang pesangon. Dengan kondisi seadanya saat itu, Gunadi bersama istri mulai membiayai perawatan Adit.
Untuk kemoterapi, biaya awal sudah sampai Rp 50 juta lebih. Uang tabungan pun pertama-tama hampir digunakan semua. Tetapi, perawatan tidak sampai di sana. Adit harus menjalani proses lainnya sampai lima tahun lamanya.
Dalam perjalanan menuju tahun kedua perawatan, Gunadi mulai kesulitan biaya. Harta benda satu per satu mulai dijual. Mobil Toyota Avanza bekas yang baru dibeli dua bulan dan sepeda motor Honda Beat pun rela dijual demi biaya perawatan Adit.
Harta benda lainnya termasuk perhiasan dan barang-barang lain miliknya yang ada di rumah. Gunadi bersama istri, Adit, dan adiknya Kiki (1) tinggal di rumah milik ibu Gunadi di Kampung Parigi, Curug, Tangerang.
Rumah tersebut merupakan rumah keluarga besar yang juga ditinggali oleh saudara-saudara Gunadi.
Mereka, para kerabat, ikut membantu Gunadi tetapi hanya semampu mereka saja. Waktu terus berjalan, dan biaya yang dibutuhkan masih banyak.
Akhirnya, muncul keinginan Gunadi untuk menjual organ tubuhnya. Dia pun telah menandatangani surat perjanjian dengan salah satu rumah sakit di Jakarta untuk mendonorkan kornea matanya saat dia meninggal nanti.
Selain itu, dia juga sudah memuat posting-an di Facebook untuk mencari siapa yang bersedia membayar ginjal miliknya.
Posting tersebut sudah ada tujuh bulan yang lalu dan besok Gunadi akan bertemu peminat tawaran ginjalnya untuk pertama kali.
"Untuk anak, saya lakukan semuanya. Kalau perlu, saya tukar nyawa saya supaya anak saya bisa hidup," ujar dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Go Away Cancer
Short Storykumpulan kisah, cerita, pengalaman penderita kanker saat penyakit itu mulai menggerogoti tubuh mereka Di ambil dari kisah nyata Kisah ini Berasal Dari indonesia dan Luar negeri. Semoga Kisah ini bisa menginspirasi banyak orang tentang nikmat keseha...