2. Makasih telah mengerti

160 38 8
                                    

Seburuk apapun teman, pasti ia punya sisi yang ingin dimengerti.

'Kriiing kriiing kriiing'

bel berbunyi tiga kali, pertanda bahwa proses belajar mengajar telah selesai hari itu , murid-murid bersorak gembira terutama kelas XI IPA 2 karena mereka merasa bosan harus mengerjakan soal-soal yang berisi cerita, pendeskripsian dan lain sebagainya sebanyak itu.

Lain halnya dengan Farid, jika yang lain saat ini sedang memasang raut wajah bahagia, mungkin Farid satu-satu nya manusia di kelas itu yang sedang menekuk wajahnya. Mengapa bel harus berbunyi secepat itu, padahal tinggal sisa beberapa nomor, dan ia telah menyelesaikan tugas yang diberi oleh Bu Raini tersebut.

"Buat PR ya, kumpulkan nanti kalau ada jam pelajaran Ibu lagi" perintah Ibu Raini,

"Iyya buuu..." jawab sekelas hampir serentak.

Bu Raini pun berlalu meninggalkan kelas.

***

Cewek itu baru saja turun dari angkutan umum yang baru saja dinaikinya, ia menyeka keringat didahinya, kemudian menatap jam yang berada ditangan kirinya   "jam 12:48 pantes panas." ucapnya kemudian
Ia teringat kejadian tadi pagi,   "kalo dipikir-pikir..." Elysa menjeda kalimatnya kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju ke rumahnya.

Elysa berada dikamarnya, dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya, ia merogoh sakunya mengambil sesuatu dari sana, dan kemudian mencari sebuah nama di daftar pencarian kontak berniat menghubunginya
"Rin, kerumah gue Rin, sekarang Rin!" ucap Elysa kemudian setelah merasakan getaran pada handphonenya. Yang berarti orang yang di telepon telah menjawab teleponnya
"Halo, iyya, ga kedengeran El, putus-putus nih kayanya." Ucap Ririn di seberang sana dan kemudian sambungan teleponnya terputus.

Elysa berbaring, ia merasa enggan untuk mengganti seragamnya, ia memutuskan untuk tidur, selang beberapa detik, ia teringat dengan motornya yang tadi pagi ia titipkan di bengkel -atau lebih tepatnya Farid yang menitipkan- membuatnya terperanjat kaget, kemudian terduduk dari posisi semulanya "Ya ampun, motor gue!" teriak Elysa tak lama kemudian langsung keluar dari kamarnya menuju bengkel.

***

Tok tok tok
Elysa mengetuk pintu rumah temannya tersebut, namun tak ada jawaban dari si pemilik rumah, kali ini ia merasa bosan, ia menyandarkan tubuhnya pada pintu, beberapa detik kemudian ia menarik nafas panjang "Huuuuffttt, kalo gue ketok ga keluar juga, gue pulang" celoteh Elysa sambil mengarahkan tangannya ke pintu rumah Ririn. 'Tok tok tok' namun tetap saja tak ada jawaban.

Mungkin Elysa sedang tak ingin menepati omongannya barusan. Ia justru terus berulang-ulang mengetuk pintu rumah Ririn sembari memasang raut kesal pada wajahnya. Sesekali ia mencoba membuka knop pintu, namun kenyataannya pintu runah Ririn terkunci.

Lelah ia menunggu, ia menarik kursi yang berada di depan rumah Ririn dan menyandarkan tubuhnya pada kursi tersebut. Suasana rumah Ririn dengan pohon belimbing didepannya, membuat cuaca panas yang menyengat pun tak lagi terasa. Elysa seakan bisa menghirup udara segar di tengah-tengah panas yang menyelusup masuk diantara sela-sela dedaunan.

"El, woy!" teriak Ririn pada kuping Elysa, membuat Elysa terperanjat kaget, dan terbangun dari tidurnya. Ya, Elysa ketiduran. Di kursi, di rumah Ririn. Tak usah tanya mengapa. Elysa lelah, suasana rumah Ririn yang nyaman pun menjadi alasan ia terlelap disana.

"Lo masih pake seragam gini? Lo kenapa lagi El? Lo ada masalah? Apa lo yang bikin masalah? Aduh sumpah El, bingung gueee." rentetan pertanyaan di ajukan oleh Ririn yang seperti menginterogasi sahabatnya tersebut, sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Seperti drama. Memang, teman Elysa yang sangat dekat dengannya ini sangat cerewet, jika ia sedang marah suaranya bisa berkali-kali lebih nyaring melebihi suara Elysa, namun daripada itu semua ia sangat menyanyangi Elysa.

The Most Complicated GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang