3. Bimbang

120 34 6
                                    


Elysa keluar menuju kelas, ia mengacak frustasi rambutnya. Perasaannya kacau. Sedang tak bisa dijelaskan. Ia ingin sekali bolos hari ini, namun ia berpikir dua kali untuk melakukannya. Tak ada yang salah jika ia mengikuti pelajaran hari ini. Pikirnya. Walau perasaan yang berkecamuk sedang menikamnya.

Elysa memindahkan ranselnya dari bangku samping Ririn ke bangku pojok belakang. Ia berjalan dengan lemas sambil menenteng tas di tangan kanannya, kemudian menaruh tasnya asal pada meja.

Ririn memperhatikan tingkah laku Elysa. "Ah emang begitu, kumat lagi deh dia." Ririn menggeleng-gelengkan kepala.

"Mau ngapain lo Rin?" Milan berbasa-basi terhadap Elysa. Padahal ia mengerti, jika Elysa sudah duduk disampingnya, kalau bukan untuk tidur lalu untuk apalagi.

Milan mengambil gitar yang berada di samping bangkunya.

Jreeeeng

Kamu adalah bukti... Dari tampannya paras dan hati, kau jadi harmoni saat ku bernyanyi... Tentang terang dan gelapnya hidup ini... Kaulah bentuk terindah---

Belum sempat Milan menyelesaikan lagu "Bukti-Virgoun" yang dinyanyikannya iya sudah mendengar celotehan dari Elysa membuatnyaa mendengus kesal, dan mengembalikan gitarnya pada tempat semula.

"Bisa ga konsernya ditutup hari ini? Gue ngantuk!" bentak Elysa membuat sebagian siswi dikelas menoleh kearahnya.

Milan, teman dekat Elysa yang satu ini memang suka sekali bernyanyi, terutama genre pop, dan lagu-lagu barat yang sering kali dinyanyikannya dengan lirik yang ngaco.

Elysa menenggelamkan wajahnya pada kedua tangan yang telah ia topangkan pada tas diatas mejanya. Tak lama mengangkat wajahnya berusaha melihat keadaan sekitar dan kemudian mengalihkan pandangannya menatap tembok sebelah kanannya.

Milan yang merasa Elysa sudah tidur mencoba melihatnya memastikan bahwa ia benar-benar tidur atau tidak.

Jam pelajaran sudah berlangsung sekitar 20 menit. Pak Anji, guru fisika, hanya memberi tugas kemudian izin keluar untuk pergi sebentar katanya. Namun sudah bisa dipastikan, bahwa ia tak akan kembali. Membuat para siswa tak satupun mengerjakan tugas yang diberikannya. Namun sepertinya pengecualian untuk Farid.

"Yah pules kali ya dia? Ketutupan tas ga keliatan." Ucap Milan setelah melihat Elysa yang tak bergerak sedikitpun dari posisi semulanya.

"Gue kagetin seru nih kayanya," ucap Alvaro menghampiri Elysa dengan senyum jahilnya "gausah gila lo ah." ucap Milan menepis tangan Alvaro yang berusaha menggangu Elysa.

"Yaudah, gue gangguin lo aja ya?" Alvaro mengangkat sebelah alisnya kemudian menarik bangku kosong dan menaruhnya tepat disamping Milan. Bukannya menghindar, Milan justru menatap lekat ke arah mata Alvaro membuat Alvaro bergidik geli.

"Kita kaya di drama-drama gitu ya Al?" ucap Milan menahan tawa
"Banyak drama sih hidup lo."
"Apa sih Al, yaudah sono balik lo!"
"Kan gue belom gangguin?"
"Jadi gangguin ga nih?"

Ririn yang memperhatikan pertikaian kedua orang tersebut tersenyum tipis dari kejauhan.

Keduanya terkejut ketika melihat Elysa yang tiba-tiba bangun dari tidurnya. "El, itu si Alvaro yang berisik bukan gue El." Ucap Milan membela diri, menjaga-jaga supaya tidak terkena ocehan dari Elysa.

Milan dan Alvaro menyipitkan mata melihat kelopak mata Elysa yang sudah agak membengkak. Kemudian mereka saling bertatap satu sama lain seolah menaruh tanyba pada tatapan mereka.

Elysa beranjak pergi dari tempatnya. Milan dan Alvaro menatap punggung Elysa yang berlalu dengan pandangan bertanya-tanya.
"Paling ke kantin, kaya ga tau aja temen lo itu kalo ga tidur, makan, ngegangguin orang, marah-marah ah ribet lah pokonya." ucap Alvaro seperti menjawab pertanyaan dari raut wajah Milan.
"Biasanya dia ngajak Ririn" ucap Milan sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gausah dipikirin, banyak hal yang harus lo pikirin."
"Salah satunya?"
"Gue," ucap Alvaro menunjuk dirinya

"Anjir, hidup lo banyak drama!" teriak Ririn membuat hampir seluruh siswa kelas XI IPA 2 menoleh bersamaan ke arah munculnya suara teriakan tersebut.

"Cie merhatiin gue." ucap Alvaro mengedipkan sebelah matanya kepada Ririn. Ririn hanya mengedikkaan bahunya geli melihat kelakuan Alvaro. Ia bukan Milan yang bisa dengan santai meladeni Alvaro, si cowok tampan dengan sejuta godaan. Entah bagaimana jika pacarnya tahu akan kelakuannya. Atau mungkin Alvaro tidak memiliki pacar.

Ririn yang tiba-tiba teringat dengan Elysa yang keluar dengan raut wajah yang tak biasanya membuatnya beranjak dari bangkunya berniat menghampiri Elysa.

***

"Lo ngapain sih disini Din?" ucap cewek tersebut sebal terhadap orang yang sedang lahap makan dihadapannya. Namun, ia tak mendapatkan jawaban dari orang yang ditanyainya.

TBS

Jangan lupa voment pembaca yang cantik dan tampan :)

Salam gurih
@anvieda

The Most Complicated GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang