°02: Another World

3.1K 547 14
                                    

"Namamu park siyeon, bukan?" tanya seorang pria lanjut usia dihadapan siyeon. Atau lebih tepatnya, diatas siyeon.

"Iya" jawab siyeon singkat, dengan wajah khawatir.

"Menurut saksi mata, anda membunuh seorang anak kecil. Mengapa anda melakukan itu?" tanya algojo tadi sembari menatap rendag siyeon yang di dudukkan dilantai.

"Apa?! Gua-... Saya tidak membunuhnya! Saya bahkan tak mengenalnya, bagaimana saya mau membunuhnya?" bentak gadis itu tak terima.

Bukan hanya dia yang merasa tertekan disini, namun begitu juga dengan mama park yang sedari tadi menatapnya dengan cemas dari balik pembatas.

"Dasar pendosa! udah berbuat salah, masi juga ngga ngaku!"

"Benar! Dia pantas dihukum!"

"Jangan biarin orang seperti dia berkeliaran di negri ini!!"

Berbagai makian dari rakyat mulai terlontar kearah siyeon. Gadis satu itu masih tidak mengerti sama sekali.

Belum lagi sehari dia tinggal di kota ini, tapi hal aneh sudah terjadi. Dan satu lagi. Apa yang mereka maksud dengan negri ini? Bukankah ini hanya sebuah kota?

Gadis remaja itu sama sekali belum bisa mencerna apa yang telah terjadi kepadanya. Semua ini terlalu rumit, hingga kepalanya terasa sangat pusing.

TOK TOK TOK

Algojo memukul palunya, lalu semua orang yang ada diruangan ini langsung diam begitu saja.

"Sudah diputuskan. Park siyeon akan dipindahkan ke tempat yang seharusnya" ucap sang algojo dengan penuh karisma dan menegakkan badannya sombong.

Semua orang yang menyaksikan pernyataan itu, bersorak gembira tentu saja kecuali siyeon dan mama park.

"Pindah? Kalau gitu gua malah bersyukur. Lebih bagus gua balik ke rumah lama terus pergi dari kota ngga jelas ini" ucap siyeon dengan lantang.

Seketika, ruang persidangan senyap kembali. Semua mata memperhatikan siyeon, dengan ekspresi yang tak bisa digambarkan.

Satu satunya yang bisa digambarkan hanyalah ekspresi ibunya yang terlihat sangat takut, lalu bulir air mulai jatuh di pipinya. Tak lama, tubuhnya pun ikut terjatuh.

Kenapa?

Siyeon masih tidak mengerti. Kenapa lagi? Ada apa dengan tempat ini?

"HAHAHAHAHA! ANAK ITU MENYUKAINYA!! SUDAH TAK PERLU WAKTU LAGI. LANGSUNG SAJA LEMPAR DIA"

"BENAR!!"

Penduduk yang masih hadir disana kembali menghina dan memaki siyeon.

Tak lama, dua orang penjaga melepaskan ikatan di tangan siyeon, lalu menariknya paksa.

"apaan si? Lepaskan gua! Kemana lagi kalian mau bawa gua, hah?" berontak siyeon saat dua penjaga itu menariknya.

"Kami mau membawa kamu ke tempat surga para pendosa. Tempat yang ingin kamu kunjungi, gadis muda. Kabar baik bukan?" ujar salah satu penjaga itu sambil tersenyum sinis.

"Apa? Surga? Kalian mau bunuh gua?"

"Oh, ngga kok. Kami ngga mau menodai tangan suci kami untuk membunuh sampah seperti kamu. Lebih baik kamu mati dengan caramu sendiri" ujar penjaga yang satunya lagi.

Sesampainya mereka ditempat yang sepertinya sel tahanan, siyeon dilemparkan kedalamnya.

Tapi tunggu, kenapa sel ini memiliki tumpuan aneh dan tali dengan katrol?

Setelah dilihat lagi, sel ini memiliki sebuah tombol. Satu tombol merah, dengan tulisan hell diatasnya.

"Tekan tombol yang kamu lihat itu, terus kamu akan keluar" ucap penjaga itu, lalu pergi begitu saja.

Siyeon tentu saja tidak peduli. Mungkin saja itu hanya jebakan, yang bisa membunuhnya.

Dia tetap diam didalam sel yang lebih mirip elevator itu.

Dia tetap diam, sampai akhirnya kelaparan.

"Akh... Sejak siang gua belum makan apapun" gerutunya pelan sambil memegang perutnya.

Sejam kemudian, ia tak bisa menahannya lagi. Entah dapat pemikiran dari mana, siyeon menekan tombol merah itu.

Lima detik setelah ia menekannya, tak terjadi apapun.

"Sial... Mereka pasti cuma ngebodohin gue. Dasar keparat" gerutunya, lalu kembali tergeletak di lantai.

Baru saja ia memejamkan matanya untuk tidur, tiba tiba tempat itu bergeming.

"Ada apa sih-"

SSSSIIINNGGGG

Tiba tiba saja, tempat itu berdesing keras, sampai memekakkan telinga.

"AAKKHH!!!" siyeon menjerit sambil menutup telinganya, karena tak tahan dengan desingan itu.

TAP!

Tangan siyeon yang semulanya menutup telinganya, kini dengan tiba tiba terhentak ke lantai. Tubuh siyeon tak bisa bergerak. Seketika, tempat sialan itu jadi seperti memiliki tingkat gravitasinyang terlalu tinggi, bahkan untuk mengangkat jarinya saja siyeon kesulitan.

"Sial... Gravitasinya...." lirih nya.

Saat ini, ruangan itu seperti memiliki graitasi yang berlebih, dan semakin bertambah. sehingga tubuhnya tertarik ke lantai.

"Sial... Kepala gua... Sakit" lirihnya denga suara yang sangat kecil. Pandamgam matanyanya mulai sayup, lalu perlahan matanya tertutup. Dan, semuanya gelap.

>°°°°<














>°°°°<

Masih bisa ia rasakan kepalanya berdenyut dan sangat sakit. Siyeon mencoba membuka matanya perlahan, dan mulai terlihat tempat dimana ia berada sekarang.

Kota.

Gadis malang itu berada ditengah tengah kota, dan semua orang melewati siyeon yang tengah terbaring di tengah jalan tanpa peduki sedikit pun.

Apakah gadis itu benar benar telah keluar? Tapi kenapa tempat ini sangat asing? tempat ini bahkan sama sekali tidak mirip dengan kota tempat tinggalnya dulu maupun kota keparat itu.

"Heh, lo penghuni baru?" tanya seorang pria yang sepertinya seumuran dengan siyeon.

"Iya" jawabnya tanpa tau apa yang tengah dijawab.

"Kalau gitu, selamat datang. Nama gua seungmin" ujarnya sambil menjulurkan tangannya kepada siyeon.

Tentu ia menyambutnya, karena tau dia juga bermaksud membantunya berdiri.

"Ah, iya. Nama gue siyeon" ujarnya setelah bisa berdiri.

"Salken. Lo sudah punya rumah?" tanya seungmin.

"Ya udahlah. Gua tinggal bareng mama, tapi..." siyeon ingin melanjutkan kalimatnya sampai habis, tapi melihat air wajah seungmin yang semula tersenyum berubah menjadi poker face, ia menghentikan kalimatnya.

Seungmin menatapnya hampir tak percaya, lalu berkata "lo... Masih ngga tau sekarang lagi dimana?"

Siyeon mengernyitkan dahinya bingung, lalu menjawab "peaceful land bukan?"

Seungmin menggeleng lemah, lalu berkata dengan pelan "lo lagi ada di sinner paradise. Dunia yang dibuat untuk para pendosa."

"Apa?"

>~~~~<

TBC

Sinner paradise | 00 line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang