Enam

155 89 84
                                    

Ketika pertemuan tidak sengaja menjadikan takdir kita untuk bersama, aku yakin, di situ semuanya bermula.

***

"Kita dapat, Yan! Kita dapat!" teriak seseorang yang tengah berlari menghampiri Ardian.

"Dapat apa?"

"First job!"

"Serius lo?" tanya Gio yang sedari tadi duduk di sebelah Ardian.

"Opening aja belum loh, Sen. Masa udah ada yang mau pakai kita aja?" tanya Ardian ragu. Ini temannya nggak ngayal?

"Nah itu."

"Nyogok ya lo?"

"Ck. Gue diam-diam promosi tau! Emang kalian," ucap Arsen menatap dua orang itu bete.

Gio dan Ardian mendadak sumringah, tidak mempedulikan nyinyiran Arsen.

"Sip! Kapan?" tanya Ardian.

"Secepatnya,"

"Siapa?" tanya Gio.

"Ada teman kelas gue. Dan lo Yan, lo bisa andil karena kali ini foto objek mati."

"Iya? Foto apa?"

"Baju,"

Ardian dan Gio ber-oh ria sebelum kemudian Ardian menatap kedua temannya ragu.

"Kenapa lagi?"

"Jangan bilang lo nggak mau foto baju juga."

"Gue penggal juga lo lama-lama."

"Ck! Bukan. Gue nggak ada kamera."

Kalimat Ardian membuat Gio dan Arsen bengong. Ardian hanya nyengir lebar, "salah satu di antara kalian ada yang punya kamera lebih?"

Pertanyaan Ardian di balas dengan pandangan garang oleh keduanya.

"Kemana coba kamera lo?"

"Semiskin itu lo sampe jual kamera?"

Ardian menghela napas, "nggak, kamera gue rusak. Lensanya ancur. Dan ya, gue semiskin itu sampe nggak bisa beli lensa yang super mahal itu," kata Ardian sinis.

Gio dan Arsen meringis mendengar kalimat tajam Ardian dan menatapnya meminta maaf, "yaampun, Yan. Bercanda kali. Baper amat sih."

"Ada, gue ada. Udah tenang aja elah kayak nggak punya teman aja lo."

Ardian tertawa, "HAHA. Nggak-nggak, gue pasti beli, cuma ya sayang aja duitnya kalau padahal ada yang mau beliin."

Arsen melotot, "nggak. Bukan gue."

Gio ikut melotot, "wah ini pinjaman loh Yan, bukan gue kasih ke lo."

"Aduh bego. Siapa nyuruh kalian juga? Dia, cewek yang gue tolong kemarin. Eh- bukan gue tolong juga sih. Nggak tau lah! Pokoknya itu," kata Ardian yang juga bingung bagaimana menjelaskan kejadian beberapa hari lalu.

Kedua temannya berdeham dan di balas dengan mata melebar Ardian.

"Jangan salah paham, bukan siapa-siapa," sanggahnya cepat.

"Bukan siapa-siapa gimana?"

"Kalau bukan siapa-siapa ngapain beli-beliin lo hayo?"

Ck. Apa boleh buat, akhirnya Ardian meceritakan kejadian waktu lalu.

"Ini kenapa ngakak ya?"

"HAHA YAN LO BEGO AMAT."

"Gue mana tahu kalau dia nggak mau bunuh diri, cunguk?" bela Ardian dan menjitak kedua kepala temannya.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang