Cinta,
Membuat yang salah menjadi benar.
Membuat yang buruk menjadi indah.
Dan membuat yang pantas menjadi buta.***
Hazel sudah memacu mobilnya menuju butik Bianca. Dalam keadaan jalanan yang sedang bersahabat ini, tidak butuh waktu lama baginya untuk tiba. Baru memarkir mobilnya, matanya tertuju pada dua sosok di seberang jalan yang hendak menyeberang.
Salah satu di antaranya sangat dikenal Hazel dan yang satunya belum pernah dilihatnya. Benar, mereka adalah Bianca dan Ardian. Gadisnya dengan orang asing.
Melihat tangan Ardian yang sedang merengkuh pinggang Bianca membuat Hazel turun dari mobilnya dengan cepat dan segera menghampiri mereka berdua yang telah berada di pintu masuk butik Bianca.
Setelah melangkah masuk, "ini ada apa?" tanya Hazel dan memegang lengan kanan Bianca.
"Maaf tapi ini cewek gue," kata Hazel menatap tajam Ardian yang tidak segera melepaskan tangannya dari Bianca.
Ardian cukup kaget melihat pria di hadapannya. Ini kan pria di cafe itu? Sudah pasti dia tidak mengingat Ardian.
"Jel-"
Ardian segera sadar dari keterkejutannya.
"Oh, oke. Sori. Nggak bermaksud gimana-gimana, tapi ini cewek lo mending duduk dulu," kata Ardian dan baru melepaskan rengkuhannya dari Bianca setelah dirasa Hazel sudah mengambil alih untuk menopang Bianca.
Melihat wajah lesu Bianca, Hazel cemas. "Kamu nggak papa?" tanya Hazel memandang wajah Bianca lekat.
Mendengar pertanyaan tersebut, Erick yang semula sibuk menata ulang butik Bianca ikut menimbrung.
"Loh, sayang kamu kenapa?" tanya Erick ikut cemas.
Bianca hanya diam sambil memegangi lengannya.
Hazel mendudukkan gadisnya dan tatapannya beralih ke cowok asing di hadapannya.
"Lo apain cewek gue?" tanya Hazel tak bersahabat.
"Hampir ketabrak-"
"Lo yang nabrak?"
"Mas, sabar. Ini saya mau cerita," kata Ardian mulai lelah berbicara dengan pria yang diketahuinya sebagai pacar Bianca.
Terdengar helaan napas Hazel, mencoba meredam perasaannya. "Oke, lanjutin."
"Jadi, sori sebelumnya kalau gue bikin tangan dia keseleo-" perkataan Ardian membuat Hazel geram.
Ardian hanya memilih melanjutkan perkataannya. "Dia mau beli makan tuh di seberang, terus nggak tau dia budeg atau gimana, dia nggak sadar ada truk mau nabrak dia. Gue yang kebetulan lihat, refleks aja lari terus narik dia sampai nyungsep di terotoar," jelas Ardian.
Hazel yang semula geram mendengar ucapan Ardian yang membuat tangan Bianca terkilir dan mengatai gadisnya budeg, sekarang menatap Ardian ragu.
Melihat itu Ardian hanya mendengus.
"Cantik, bagian mana yang sakit? Sini aku pijetin," kata Erick dan mulai memijat lengan Bianca.
Bianca meringis menahan sakit. Jelas saja, keseleo pasti sakit.
"Pelan, Erick," ucap Hazel dan dijawab senyuman oleh Erick.
"Sori gue nggak maksud nuduh, panik aja tadi," kata Hazel ke Ardian.
"Iya, santai. Ngomong-ngomong ini gue udah selesai," kata Ardian.
"Oh lo temannya Arsen? Gue Hazel," kata Hazel mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionKamu, seperti manekin yang hanya memperhatikan dari jauh. Aku, seperti alat potret yang berusaha mengabadikan kisah sendu. Kamu membawa serpihanku, dan aku membawa kepinganmu. Bertemu dalam sebuah kisah cinta rumit yang sulit dijelaskan apa dan baga...