Bab 18

1.1K 59 21
                                    

"Tidaklah seorang hamba menutup aib hamba yang lainnya di dunia. Melainkan Allah akan menutup aibnya di hari kiamat kelak"
(HR.Muslim 2590)

🌸🌸🌸

Hari Senin pun Tiba. Seperti biasa, kami menemukan Surat X di laci Syafi.

"Wio, Surat X," ucapnya sambil memberikanya kepadaku. Aku pun membukanya.

DWI SYAFITRI, KAU TIDAK PUNYA HAK UNTUK BERSAMA DITO!

"Hahaha," aku pun yang habis membacanya pun tertawa.

"Wio, kok malah tertawa sih?" ucap Syafi kesal.

"Habisnya lucu sih, hahaha," jawabku sambil kembali tertawa.

"Kok malah lucu," ucap Syafi heran.

"X itu punya hak apa sih, sampek beraninya ngelarang kamu. Omong aja cuman berani pakek surat X kok. Kalo berani ngomong langsung, nggak usah sembunyi-sembunyi," jelasku panjang lebar.

"Wooooo, keren kamu wik. Tumben bisa pinter gitu, biasanya kamu o'on," ucap Adian tiba-tiba sambil tepuk tangan.

"Kamu dari tadi Adian?" Tanyaku memastikan.

"Yoi," ucapnya santai.

Waduh, kok jadi malu ya. Perasaan tadi cuman ada Syafi, sekarang ada Adian juga ternyata.

"Aku keluar dulu ya," ucap Adian kemudian pergi.

"Kita di teror sama X menggunakan surat X. Maka kita juga akan meneror X dengan surat X juga," jelasku kemudian tersenyum penuh arti.

"Ih, ekspresimu kayak orang licik tau nggak," kritik Syafi. "Tapi gimana caranya meneror, kalo kita aja nggak tau siapa X itu."

"Aku sudah punya rencana. Tulis saja di surat X ini, nanti pasti X akan kemari dan membaca surat X yang kita kirimkan. Gimana, baguskan ideku?" Usulku.

"Wah, Brilliant kau Wio, nggak nyangka sahabatku yang paling o'on bisa punya ide seperti ini," ucap Syafi kagum.

Lah.. masih aja dipanggil o'on.

"Ayo kita jawab surat X nya," ucapku kemudian menulis sesuatu di surat itu.

SIAPA KAMU, APA MASALAHMU PADA KAMI, DAN APA HAK MU UNTUK MELARANGKU MENDEKATI DITO?

"Keren...semoga saja siX menjawabnya," ucap Syafi. Aku pun mengangguk.

*****

Kring...kring...
Bel istirahat pun berbunyi. Aku, Syafi dan Dani sedang berjalan menuju kantin.

Eh...kayaknya belum pernah liat orang itu di sekolah ini, apa dia anak baru ya?

"Eh...itu anak baru ya. Kok sampek pada diikuti para perempuan gitu sih," ucap Syafi heran

"Emangnya dia sekeren apa sih?" Tanya Dani

"Eh, kok laki-laki tadi hilang dadakan ya?" tanyaku heran karena yang kulihat hanya para perempuan yang kebingungan mencari laki-laki itu.

Cepet banget ilangnya. Jangan-jangan dia...

"Astaghfirullah, nggak mungkin," ucapku tiba-tiba.

"Kamu kenapa?" Tanya Syafi dan Dani bersamaan.

"Assalamualaikum semuanya," ucap seseorang yang membuat kami ber tiga terkejut.

"Waalaikumsalam, kamu? Ngapain disini?" tanyaku.

"Sssssttt, jangan berisik. Nanti para perempuan itu tau kalo aku disini," ucapnya.

"Eh...tenyata tadi itu kamu to," ucap Syafi, "kok bisa ya, kamu yang kayak gitu bisa di ikuti banyak perempuan kayak tadi?"

"Karena aku ini Tampan," ucapnya santai sambil menyisir rambutnya menggunakan tangannya.

"Biasa aja," ucapku dan Syafi bersamaan. Aku melihat Dani yang memperhatikannya tanpa berkedip.

"Dani," panggilku. Tidak ada respon.

"Dani!" panggilku lebih keras.

"Apa kau pangeran?" Tanya Dani kepada laki laki itu yang membuat Aku dan Syafi terkejut.

"Ternyata Dani sama aja kayak yang lain," gerutuku.

"Bukan, aku bukan pangeran. Aku cuman manusia biasa", jawab laki'laki itu kepada Dani.

"Kau ini tampan sekali, bahkan boy band aja kalah sama kamu," ucap Dani yang masih tidak sadar.

"Woi, jangan samakan dia dengan boy band. Dia itu nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan boy band!" omel Syafi yang membuat Dani tersadar.

"Apa?" Tanya Dani.

"Astaghfirullah, ternyata baru sadar ni anak," ucap Syafi pasrah.

*****

Kami pun berjalan menuju meja kantin yang sudah di tempati 3 TAR (Dito, Ali, Rizki).

"Assalamualaikum, maaf telat," ucapku kemudian duduk di tempat biasanya.

"Waalaikumsalam, lama banget sih kalian. Ini siapa e?" Tanya Dito sambil menunjuk ke arah laki-laki yang bersama dengan kami tadi.

"Perkenalkan, namaku Zaidan Abil, panggil aja Abil," ucap Abil memperkenalkan dirinya.

"Oooo, hai aku Pramudito. Panggil aja Dito," ucap Dito.

"Aku Muhammad Ali, panggil aja Ali. Kamu murid baru ya?" Tanya Ali.

"Iya," jawab Abil.

"Pindahan dari mana?" Tanya Dito.

"Jakarta," jawabnya.

"Wah...berarti jauh dong," ucap Ali.

"Eh Sapi, o'on. Si Dani kesambet apaan tu? Dari tadi ngeliatin Abil terus," tanya Rizki bingung.

"Abil kok ganteng banget sih," ucap Dani yang kembali tidak sadar.

Aku bisa melihat wajah Rizki yang merah karena marah.

"Mohon maaf mengganganggu waktu kalian. Saya permisi dulu. Assalamualaikum," pamit Abil.

"Waalaikumsalam," jawab kami semua. Dani pun juga berdiri mau mengikuti Abil pergi.

"Dani, mau kemana kamu?" Tanya Rizki yang masih emosi.

"Ikut," jawab Dani.

"Nggak boleh, duduk!" perintah Rizki.

"Ih...Rizki kok gitu sih," rengek Dani.

"Biarin! Untuk seminggu, nggak ada yang mau tak traktir!" ucap Rizki yang membuat kami semua terkejut.

"Lah, kok gitu sih?" protes kami semua.

"Bodo amat!" ucapnya cuek.

Kami semua pun menatap tajam Dani.

"Maaf ya, hehehe," ucap Dani sambil tersenyum pasrah.

*****

Jazakumullah Khairan Katsiran

Assalamualaikum Sahabatku [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang