Prolog

78 6 0
                                    

Di sepanjang jalan Hongdae itu masih ada beberapa titik yang ramai. Namun, ada seorang perempuan yang merasa sial dua kali lipat dalam sehari karena ia ditegur oleh bos tempatnya bekerja paruh waktu, kini ia mesti mendapati ban sepedenya bocor.

Yang ia lakukan hanyalah menggerutu di sepanjang jalan pulang sambil menenteng sepeda disampingnya.

Ia akhirnya mulai berjalan keluar dari keramaian. Ada kalanya ia merasa ingin hidup sendiri saja didunia, karena jika ia memang harus hidup bersama seseorang, sama saja rasanya jika akhirnya ia harus ditinggal pergi.

Perempuan itu tampak sibuk dengan pikirannya. Ia tidak mengetahui bahwa sekarang sudah ada tiga orang laki-laki dibelakangnya yang sudah mengikutinya sejak dua puluh menit yang lalu.

Tidak lama, ia merasa menenteng sepedanya itu terlalu berat, hingga akhirnya perempuan itu menoleh dan melihat salah satu dari tiga orang laki-laki yang sudah ada dihadapannya itu menahan bagian belakang sepedanya.

"Jenjang!! Padahal sebentar lagi sampai" keluhnya dalam hati. (Sial!)

Kini sepedanya sudah tak lagi dalam genggaman, salah seorang dari ketiga lelaki itu menarik dan menjatuhkan sepedanya begitu saja.

Perempuan itu mencoba berani untuk melawan, sempat matanya melirik sana sini untuk mencoba mencari bantuan.

Menyadari sang mangsa sudah tahu niatan mereka, ketiga laki-laki itu menyeringai begitu menyeramkan.

"Pergi, sebelum aku teriak!!" Teriaknya.

Namun seringaian ketiganya makin melebar, ketika mereka sadar bahwa tempat itu sudah cukup sepi dari keramaian.

Dan terjadilah, perempuan itu meronta sekuat tenaga saat mulutnya sudah dibekap oleh salah satu dari mereka, yang lainnya mencoba memegang kaki dan tangan perempuan itu karena masih mencoba melawan dengan menendangi mereka bertiga.

"Lepaskan dia." Ucapnya dingin.

Tiba-tiba seorang laki-laki lain muncul dan berdiri tidak jauh dari mereka berempat.

"Jangan ikut campur, berengsek!!" Bentak salah satu dari mereka yang memegang kaki si perempuan.

Lalu laki-laki itu menyeringai.

"Pergi, sebelum kutembak kalian. Kuhitung sampai tiga,"

Laki-laki itu merogoh sesuatu dari mantel hitamnya,

Dan ternyata ia benar-benar mengeluarkan sebuah pistol.

"Hana..."

Ketiganya saling bertukar pandang, mereka menang jumlah, namun kalah senjata.

"Du..."

Laki-laki yang membawa pistol sudah bersiap menarik pelatuk.

Saat mulutnya hendak terbuka untuk menghitung angka yang tersisa, ketiga laki-laki berandal itu lari pontang-panting menjauh sebelum salah satu yang membekap mulut si perempuan menjatuhkannya begitu saja.

Laki-laki itu mati-matian menahan tawa, ia lalu menembakkan pistolnya, namun tidak ada bunyi ledakkan yang terdengar, melainkan semprotan air dari lubang ujung senjata itu.

"Gibon geobjaeng-i, beraninya hanya dengan perempuan saja." (Dasar pengecut)

Ia lalu menengok pada perempuan yang kini bangun sambil memegang sikunya yang sudah berdarah karena membentur aspal.

"Ah, gwaenchanha?" Tanya laki-laki itu, raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang tulus. (apa kau tidak apa-apa?)

"Aku tidak akan mengucapkan terima kasih, lebih baik aku mati ditangan mereka, daripada diselamatkan olehmu." Balasnya tak kalah dingin dengan cuaca yang sudah memasuki musim dingin itu.

Laki-laki itu sedikit tersentak.

"Mwo?"

"Jangan pernah mucul dihadapanku lagi! Naneun neoleul silh-eo!" Tegas si perempuan. (Aku membencimu!)

Lalu tidak lama perempuan itu mengamit sepedanya dan meninggalkan laki-laki itu dengan langkah lebar-lebar.

Laki-laki itu hanya memperhatikannya dari belakang. Namun setelah jarak mereka cukup jauh, laki-laki itu tetap memutuskan untuk mengikuti perempuan itu diam-diam.

Setelah memastikan perempuan itu masuk kedalam tempat tinggalnya, lantas laki-laki itu bergeming, ia seperti belum ingin beranjak dari sana.

'Kali kedua... Kali kedua kau memperlakukanku seperti seorang bajingan yang hampir mencelakakan hidupmu, Bae Irene.' ungkapnya pelan, lebih mirip seperti bisikan.

Beberapa saat kemudian, ia mendongak dan menatap lampu menyala dari lantai empat, akhirnya laki-laki itu memutar langkahnya dan beranjak pergi dari sana.

♡♡♡

♡♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OUR STORY (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang