Hari ini Irene mendapati hidupnya kembali sial.
Ia berjalan lunglai ke taman belakang kampus yang cukup sepi. Seperti biasa, ia tidak terlalu memperhatikan dunia disekitarnya, hingga seseorang mengikutinya dari belakang diam-diam.
Lalu Irene memilih duduk dibawah pohon besar, dan ia baru menyadari Seulgi menghampirinya dengan tersenyum.
"Hhhhh.." Irene mendesah, sepertinya Seulgi serius untuk mengajaknya berteman.
Ia heran, memangnya wajahnya itu sedang menunjukkan ingin ditemani ya? Batinnya.
Setelah Seulgi ikut duduk disamping Irene, Seulgi memperhatikan wajah Irene yang lesu sejak dikelas tadi.
"Gwenchanha?" Seulgi bertanya.
"Ne, kau sengaja mengikutiku ya?"
Seulgi hanya terkekeh konyol, Irene memutar matanya malas.
"Apa kelas prof Jung membuatmu kesusahan? Kau sangat tidak bersemangat tadi dikelas" tanya Seulgi.
Diam-diam Irene mendesahkan nafasnya lagi dengan sikap Seulgi yang menurut Irene benar-benar membuatnya tidak ada pilihan lain selain ingin menceritakannya.
Ya, Irene benar-benar butuh teman bercerita sekarang, ia akui itu.
"Ceritakan padaku, aku kan temanmu!" Tambah Seulgi bersemangat.
Irene tersenyum haru, baru kali ini ada yang benar-benar menganggapnya teman.
"Semalam, bos di tempat kerjaku, memecatku" ucap Irene setelah beberapa menit ia terdiam.
"Aku hanya menganggap hidup yang diberikan padaku ini sangatlah tidak adil, sepertinya aku akan berhenti kuliah, karena aku ingin fokus pada pekerjaan, aku tidak bisa membagi waktuku antara kuliah dan bekerja. Jadi, kau carilah chingu yang baru hm! Mian, kalau aku bukan teman yang baik untukmu" ungkap Irene. (Teman)
"Andwae!!! Kita baru kuliah belum ada sebulan, dan kau sudah menyerah. Aku akan membantumu, aku berjanji!" Seulgi merasa sedih mendengar cerita Irene.
"Aniyo.. aku tidak ingin merepotkan siapapun, termasuk kau Seulgi-ssi" kata Irene menolak halus. (Tidak perlu)
"Aku tidak merasa direpotkan, kita kan teman, teman itu saling membantu bukan?"
"Hajiman..." (Tapi..)
"Apa kau mempunyai ponsel? Aku belum tahu nomormu yang bisa kuhubungi" Seulgi memotong kalimat Irene.
Irene tidak menjawab, ia hanya menggeleng malu.
Ia memang tidak mempunyai ponsel, terakhir ia memegang ponsel dua bulan yang lalu, Irene berpikir ponsel tidak ada gunanya karena ia berpikir ia hidup sendiri, tidak ada yang perlu ia hubungi ataupun sebaliknya. Jadi, Irene akhirnya menjual ponselnya untuk menambah uang makannya sehari-hari.
Lalu, seulgi membuka tas nya dan mengambil diktat lalu menyobek sebuah kertas dan mengambil alat tulis, ia menuliskan sesuatu disana, setelah selesai lalu ia memberikan secarik kertas itu pada Irene.
"Datanglah ke alamat ini besok jam sepuluh pagi, aku akan menunggumu disana, besok kan kita tidak ada kuliah" ucap Seulgi masih bersemangat.
"Seulgi-ssi, kau ti-"
"Ah, sudah waktunya jeomsimsigsa. Kajja!!, aku akan mentraktirmu karena kau sudah dipecat dari pekerjaanmu" potong Irene cepat.
(Makan siang, ayo!!!)Irene mendelik sebal.
"Ya! Memangnya harus seperi itu?!" Tanyanya sebal dan mem-pout bibirnya.
Seulgi hanya tertawa.
"Tentu saja! Kita kan teman!" Jawabnya polos.
Sekali lagi Irene memutar bola matanya malas. Namun, ia akhirnya memilih bangkit karena Seulgi sudah menarik-narik tangannya untuk berdiri, Irene bingung sejak kapan Seulgi sudah berdiri pikirnya.
Sepanjang jalan mereka menuju kantin, Irene merasa canggung.
"Seulgi, gomawo hm" ucap Irene pelan. (Terimakasih)
Seulgi menoleh cepat, lantas ia memeluk Irene dari samping.
"Aniyo.. kita kan teman!" Katanya dengan tersenyum.
Irene kali ini ikut tersenyum dan membalas pelukan Seulgi dengan rangkulan.
"Ne, kita teman!" Balas Irene.
Seulgi berteriak girang mendengarnya, ini pertama kali Irene benar-benar menganggap bahwa mereka berteman. Akhirnya sepanjang jalan itu, Irene dan Seulgi saling bertukar cerita walaupun tetap saja suara Seulgi yang paling mendominasi.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY (on going)
FanfictionBae Irene sangat membenci Kim Taehyung, dan ia memiliki alasan sendiri untuk membencinya. Sampai akhirnya suatu hari ada perasaan aneh yang muncul dihatinya, membuat segala rencana yang sudah ia susun berantakan dan menjadikannya tak masuk akal. "Ak...