Did I Reach Him? [Kim Jisoo and Park Chanyeol]

1.4K 111 24
                                    

Hanafk || Park Chanyeol - Kim Jisoo || Hurt/Comfort || Rate T+





⚫ 20 Agustus 20xx

Aku menatap intens wajahnya, bahkan saat tidur sekalipun ia tetap terlihat tampan dan meskipun 10 tahun telah berlalu sejak kali pertama kami bertemu, aku menyadari bahwa tidak banyak yang berubah dari wajahnya, malah semakin tampan dengan rahang kokoh dan guratan yang mempertegas usianya. Park Chanyeol yang dulu selalu aku lindungi, kini telah berubah menjadi Pria dewasa.

Tanganku terulur menyisir lembut rambutnya, Chanyeol sangat suka jika aku melakukan hal ini, biasanya setiap ia pulang kemari ia akan memintaku untuk mengelus kepalanya seraya memelukku. Tapi kemarin malam, ia tidak mengatakan apapun dan langsung pergi tidur. Jujur aku sedikit kecewa, namun aku yakin itu terjadi karena Chanyeol sangat lelah.

Chanyeol ku yang malang, terlalu banyak tanggung jawab yang mesti ia pikul. Seandainya ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya.
Kelopak matanya mengerjap sebelum perlahan terbuka, memperlihatkan sepasang manik yang selalu berhasil menahan atensiku. Sudut bibirku tertarik “Selamat pagi.” Sapaku riang.

Sayangnya, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.







⚫ 17 september 20xx

Helaan napas kembali keluar dari mulutku, begitu banyak tempat di rumah ini yang harus aku dan Chanyeol bersihkan dan itu benar-benar menguras tenaga kami. Aku meneliti kertas dalam genggaman, hampir semua tempat sudah dibersihkan kecuali kamar tidur dan garasi. Hah, entah mengapa rumah ini mendadak terasa luas.

“Yeolli, bagaimana kalau kau membersihkan garasi sementara aku akan membersihkan kamar.”

“Huh, tidak usah dibersihkan ya? Aku lelah.” Gumamnya seraya berjalan ke arah sofa lantas merebahkan tubuhnya dengan poisisi tengkurap.

Aku berkacak pinggang dan memukul bokongnya “Jangan malas! Cepat bangun.” Tanganku menarik kaosnya setelah tidak melihat tanda-tanda Chanyeol akan bangun “Park Chayeol ayo—KYAA!”

Aku spontan berteriak saat Chanyeol menarik tubuhku. Sekarang, ia menghimpit tubuhku dan tersenyum lebar “Aku akan bergerak kalau kau menciumku.”

Mataku melotot “Tidak ada ciuman selagi garasi belum kau bersihkan titik!” ucapku lalu mendorong dadanya agar aku dapat pergi.

Cup.

“Sekarang aku merasa lebih bersemangat Jisoo-ya, terima kasih atas kecupannya!” Teriak Chayeol, ia buru-buru pergi menuju garasi. Mungkin karena takut aku akan marah.

Tapi mana bisa aku marah padanya.

Aku tertawa geli karena tingkahnya, buncahan kebahagiaan seakan memenuhi setiap sudut rongga hatiku dan  apabila ada yang bertanya kapan kiranya saat yang paling membuat ku bahagia, dengan senang hati aku akan menjawab semua  saat dimana aku dan Chanyeol menghabiskan waktu bersama.
Namun senyumku luntur saat melihat selembar foto seorang wanita dewasa terselip di bawah tumpukan pakaian Chanyeol.

Dan aku mengenal sosok itu, amat sangat mengenalnya.







⚫25 Oktober 20xx

Ini adalah ulang tahun pertamaku tanpa kehadiran Chanyeol.

Mataku lagi-lagi melirik jam yang menempel di dinding, sudah jam satu dini hari dan ulang tahunku sudah terlewat, padahal aku sangat berharap ulang tahunku kemarin dapat kami rayakan dengan suka hati sama seperti tahun-tahun yang telah lalu, lagipula Chanyeol  sudah berjanji untuk mengajakku makan malam di luar. Meskipun kehadirannya pun sudah cukup  untukku.

Tanganku meraih ponsel untuk.menghubungi Chanyeol, tapi anehnya panggilanku selalu di reject oleh Chanyeol. Hal buruk mulai menghantui pikiranku dan itu membuatku takut, apa terjadi sesuatu pada Chanyeolku? Namun panggilan balik dari Chanyeol beberapa saat kemudian membuatku sedikit dapat bernapas lega. Segera aku menerima panggilan itu.

“Jangan tunggu aku karena aku tidak akan ke sana, aku sedang menemani Irene di rumah sakit.”

Lalu panggilan terputus tanpa memberikanku  kesempatan berbicara. Bahkan ia tidak mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Dadaku mulai terasa sesak, napasku tercekat dan sangat sulit bagiku untuk menelan ludah. Aku menggigit bibir lantas tersenyum miris, ya seharusnya aku tahu diri dan meneteskan air mata sama sekali tak pantas untuk ku lakukan. Akhir-akhir ini sepertinya aku bertindak terlalu serakah.

Aku menyalakan lilin ulang tahun di atas kue yang ku buat sendiri –kesukaan Chanyeol dan meniupnya perlahan lalu bertepuk tangan. Aku sudah terbiasa sendiri dan ku rasa tidak masalah jika kali ini aku sendirian lagi.

Pandanganku jatuh pada kotak kecil yang awalnya ingin ku berikan pada Chanyeol dan reflek tanganku bergerak menyentuh perut.

Park Chanyeol, mengapa rasanya kau begitu jauh?





⚫ 30 November 20xx

Aku memgeratkan genggamanku pada tas kecil yang ku bawa. Setelah memikirkannya matang-matang aku yakin betul bahwa tindakanku kali ini benar dan harusnya sudah ku lakukan bertahun-tahun yang lalu. Aku menekan bel beberapa kali sebelum seorang wanita cantik membukakan pintu untukku.

“YA! KIM JISOO APA INI BENAR-BENAR KAU?!” teriaknya histeris “KAU BANYAK BERUBAH, SEKARANG KAU TERLIHAT JAUH LEBIH CANTIK.” Kemudian ia memelukku erat dan spontan aku mendorongnya.

Ia terlihat kaget “Ada apa? Kau tidak rindu padaku ya?”

“Ahh bukan, perutku terasa sakit bila seseorang memelukku terlalu erat.” Aku menyelipkan helai rambutku gugup, aku sedikit menyesal karena membuat suasana menjadi canggung setelah sekian lama kami tidak bertemu.

Ia mengibas-ngibaskan tangan “Ya terserah kau saja lah. Ayo masuk, kita berbincang di dalam saja.” Ia menggiringku masuk ke dalam rumahnya “Tumben sekali kau datang kemari, aku rindu padamu tahu?!”

Aku tersenyum kecil “Aku juga Irene.”

Mata kami bersirobok dan dari gesturnya aku tahu bahwa ia kaget melihat keberadaanku. Aku tersenyum berusaha menenangkankannya lewat tatapan mata, bahwa aku tidak akan melakukan apapun yang dapat merusak hidupnya.

“Aku akan membuatkanmu minuman.”

“Tidak perlu.” Ucapku “Aku sedang buru-buru, aku kemari hanya untuk memberikan ini.” Aku memindahkan tas kecil yang ku bawa ke tangan Irene.

Irene membukanya dan kagum melihat isinya “Apa kau membuat kue ini sendiri? Lucu sekali, lihat Chanyeol-ah bentuknya seperti kaki-kaki bayi dan baju bayi.” Irene mendorong bahuku bercanda “Apa kau mengharapkan seorang keponakan dari kami Jisoo-ya?”

Aku masih tetap tersenyum dan mengangguk perlahan “Aku harap kalian bahagia.” Aku memeluk Irene, berusaha tidak menekan perutku pada tubuh Irene. Mataku kembali menatap Chanyeol yang berdiri kaku di belakang Irene “Aku mencintai kalian, sangat mencintai kalian dan saat aku pergi jauh, ku harap kalian tetap bahagia.”

Teruntuk kau, pria bodoh yang selalu berhasil mengacaukan orientasiku.

Terima kasih banyak atas waktu yang telah sudi kau luangkan.

Dan maafkan aku karena aku tak mampu bertahan.

Karena jujur, aku tak mampu lagi bertahan dalam afeksi semu yang kau berikan.

Mulai saat ini aku tidak akan lagi mengusik hidupmu. Berbahagialah dengan dirinya.

Tidak perlu memikirkanku, karena aku pun sudah bahagia dengan adanya salah satu bagian dirimu dalam hidupku.

Sekali lagi, terima kasih ... kau, sang bintang yang tak mampu ku raih.






















Jangan hujat hayati :(

Kim Jisoo Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang