Aku tidak tahu apa yang membuatmu berubah begitu banyak. Sikapmu, perlakuanmu padaku, bahkan senyuman itu. Semua tak sehangat tiga tahun yang lalu ketika kau menyatakan cintamu padaku. Aku hanya bisa berharap semoga ketakutan terbesarku tidak menjadi kenyataan.
Main CastBlackpink's Kim Jisoo.
Exo's Oh Sehun.
Genre: Sad, Angst, Romance, Hurt/Comfort
Storyline by me
______________________________________
"Kenapa tidak dimakan?" Jisoo melambatkan kunyahannya ketika mendapati bahwa pria di depannya sama sekali belum menyentuh sup yang ia buat "Apa tidak enak?" Jisoo meletakan sendok nya dan menatap pria itu serius "Sehun-ah, ini sudah malam kau harus makan kalau ti-"
"Aku tidak lapar." Potong pria itu bahkan sebelum Jisoo menyelesaikan ucapannya. Jisoo meringis ketika mendengar ucapan dingin itu ditunjukan padanya, belum sempat ia berucap lagi. Sehun telah meninggalkan Jisoo di meja makan itu sendirian dalam keheningan.
Suara bedebum keras pintu yang ditutup, menyentak Jisoo yang tidak dapat lagi menyembunyikan air matanya. Perlahan namun pasti, satu persatu bulir air mata membasahi pipi tembamnya. Seiring dengan isakannya yang kian menyesakan dada. Terdengar sebuah gumaman "Kau telah banyak berubah Oh Sehun."
Aku tidak tahu apa yang membuatmu berubah begitu banyak. Sikapmu, perlakuanmu padaku, bahkan senyuman itu. Semua tak sehangat tiga tahun yang lalu ketika kau menyatakan cintamu padaku. Aku hanya bisa berharap semoga ketakutan terbesarku tidak menjadi kenyataan.
Burung gereja dengan suaranya yang merdu memecah keheningan malam yang telah berganti menjadi pagi, dimana Matahari dengan cahaya terangnya menggantikan peran Bulan yang sudah selesai menjalankan tugas.
Kim Jisoo mengucek matanya dan menguap kecil ketika menyadari pagi telah datang. Ia terdiam sebentar -khas orang yang baru bangun tidur, sebelum kemudian melompat riang dari tempat tidur dan berlari kecil menuju kamar mandi yang satu ruangan dengan kamar tidurnya. Ia mencuci muka dan menggosok gigi sambil memandang kaca yang memantulkan wajah cantiknya. Jisoo tersenyum dan mengepalkan satu tangan di samping wajah untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri "Semangat Jisoo."
Setelah menyelesaikan ritual paginya, Jisoo segera pergi ke dapur untuk memasak sarapan. Ia mengambil empat lembar roti, mengoleskan nya dengan mentega sebelum memanggangnya. Jisoo tersenyum lebar, setidaknya untuk pagi ini saja ia berharap Sehun mau memakan makanan yang ia masak. Mengingat kemarin Sehun belum memakan apapun. Tiba-tiba peristiwa tadi malam melintas di pikiriannya dan membuat dada nya berdenyut perih. Matanya mulai memanas, tapi ia berusaha untuk tidak menangis. Ia tidak boleh menangis terus-terusan hanya karena Sehun berlaku dingin kepadanya. Mungkin saja pria itu lelah menghadapi masalah di perusahaan keluarganya.
Jisoo menyusun sarapan di meja makan, lalu bersiap untuk memanggil Sehun. Ia menoleh dan melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul enam lebih dua puluh lima menit, Jisoo mengernyit heran. Tapi kemudian ia menggeleng, mungkin Sehun masih bersiap di kamarnya. Ia berjalan menuju kamar Sehun yang terletak di samping kamarnya. Lalu mengetuk pintu itu pelan.
"Sehun-ah. Apa kau sudah selesai?"
Hening, tidak ada jawaban. Jisoo kembali mengetuk pintu kamar. Tapi kali ini sedikit lebih keras.
"Sehun-ah. Ayo sarapan bersamaku."
Krietttt...
"eh tidak dikunci." Pintu itu terbuka sedikit, reflek ia memegang gagang pintu dan berpikir apakah harus membukanya atau tidak, ia takut jika ia membukanya tiba-tiba Sehun akan marah. Tapi Jisoo menyingkirkan pikiran itu jauh-jauh, tidak mungkin Sehun akan marah karena dulu ia sering melakukannya. Jisoo tersenyum miris, ya dulu ketika hubungannya dan Sehun masih baik-baik saja.