Rianta || Kim Jongdae and Kim Jisoo as Bae Jisoo || Romance, Angst || G
Jarum penunjuk jam sebentar lagi akan mencapai pukul enam tepat, itu artinya penantianku sejak satu jam yang lalu akan berakhir. Bokongku sudah terasa panas karena duduk terus di kursi taman dan ku harap ia cepat datang. Hari ini tidak seperti hari biasa, taman yang biasanya lengang sekarang penuh dengan orang-orang dari berbagai kalangan dan usia. Anak-anak kecil tampak berlari-lari mengitari taman dengan es krim atau permen lolipop di tangan, para remaja sibuk bersama pasangan mereka, sementara para orang dewasa lebih tertarik mengamati hasil karya seni yang dipajang dan makanan serta barang-barang yang dijajakan.
Lampu-lampu gantung mulai menyala terang seiring kembalinya sang Mentari ke peraduan pelan-pelan. Tak hanya di area taman, rumah-rumah maupun jalanan pun dihias cantik dengan lampu dan pernak-pernik khas beragam warna. Semua sudah dipersiapkan dengan apik sejak beberapa hari yang lalu karena pada hari ini-31 Desember, kami akan merayakan berakhirnya tahun dan menyambut awal tahun yang baru.
Perayaan tahun baru di kota kecil kami sudah menjadi tradisi, hampir setiap akhir tahun kami selalu mengadakan festival untuk merayakan berakhirnya lika-liku penuh perjuangan selama satu tahun terakhir, tradisi yang pada akhirnya menarik kunjungan wisatawan ke kota kami.
Termasuk dia ... Kim Jongdae.
Satu-satunya alasan mengapa aku masih terdiam di sini, duduk tenang di antara orang-orang yang mulai menyesaki taman.
Aku kembali melihat jam besar, bersorak kecil ketika waktu sudah menunjukan pukul 6 petang. Aku langsung mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaannya. Tapi di antara sekian banyak orang yang berlalu-lalang di tempat ini, bahkan siluetnya pun tak bisa aku temukan. Aku menghembuskan napas kesal sebelum menegakkan tubuhku untuk memperluas jangkauan penglihatanku. Tetap saja, dia tidak ada. Sama seperti hari-hari sebelumnya mungkin dia hanya membual, aku rasa dia tidak akan pernah datang lagi.
Kembali aku harus menelan kekecewaan, padahal Jongdae sudah berjanji akan menemuiku. Belakangan ini Jongdae memang sering menghilang-entah kemana, Jongdae tidak mau membicarakan hal itu padaku. Saat aku hendak pulang, aku mendengar seseorang berbisik dan rasa dingin seketika menjalar mengisi seluruh ruang di tubuhku. Aku membalikan tubuh, terkejut saat tau kalau orang itu adalah Jongdae.
"Akhirnya kau datang." Suaraku tertahan oleh rasa bahagia, ternyata Jongdae tidak melupakan janjinya.
Ia tersenyum tipis "Tentu saja aku datang, aku kan sudah janji padamu. Tapi seperti biasa, kita hanya punya waktu hingga jam tujuh."
Aku mengangguk senang, satu jam sudah lebih dari cukup untuk menyalurkan seluruh rindu yang terpendam di hati. Aku mengeluarkan sebuah notes yang ku lipat di dalam saku, berisi seluruh kegiatan yang aku dan Jongdae akan lakukan selama satu jam ke depan. Semangatku begitu menggebu-gebu saat membuat daftar kegiatan, sehingga aku tidak sadar jika kertas itu sangat lecek sampai tulisannya memburam, tidak terbaca.
Jongdae menggeleng pelan "Bagaimana jika kita lakukan semuanya dengan spontan tanpa daftar jelekmu itu?" ucapnya saat melihatku sibuk menerawang kata di kertas tersebut.
"Tidak! aku mau semuanya tersusun rapi agar satu jam kita tidak terbuang sia-sia!"
"Dengarkan aku Bae Jisoo." Aku menatap mata Jongdae yang bersinar lembut "Terkadang hal-hal menarik dalam hidup kita justru hadir tanpa rencana. Seperti pertemuan pertama kita dibawah pohon maple. Kau ingat kan?"
Tawa halus meluncur dari mulutku "Apa kau kira aku akan melupakan itu semua? Aku bahkan masih ingat betapa cepatnya detak jantungku saat kau mendadak jatuh dari pohon maple, tepat di depan wajahku."
"Maka dari itu." Jongdae menadahkan tangan kanannya seakan menyambut tanganku "Maukah kau membuatku merasakan perasaan itu untuk kedua kalinya, saat dimana aku merasakan hatiku seolah berdetak kembali setelah sekian lama terasa mati. Hanya kau, aku dan rasa ini."
Kemudian, aku dan Jongdae menghabiskan waktu kami bersama layaknya pasangan lainnya. Memainkan beberapa wahana dan makan es krim di sepanjang jalan meskipun kadang beberapa orang mencibir kami dan menyebut kata 'gila.' Beruntung aku sudah terlalu kebal sehingga aku dapat dengan mudah mengabaikan mereka.
Kami juga menonton theatre yang ditampilkan di sebuah panggung oleh komunitas setempat. Hari ini mereka sedang melakoni drama Romeo dan Juliet, sangat kebetulan karena aku dan Jongdae bisa dikatakan memiliki nasib yang hampir sama dengan kisah romantis itu.
Tanganku memeluk erat tubuhku yang dilapisi oleh sweeter tebal, dari sudut mataku dapat kulihat ketertarikan Jongdae pada drama itu. Aku menegurnya "Kau menyukai drama Romeo dan Juliet ya?"
"Lumayan, dulu aku sering memainkan drama sejenis ini seraya bernyanyi."
"Hm ... seperti biasa kau mulai menyombong lagi, aku kan hanya bertanya kau menyukai drama ini atau tidak." Cibirku.
Dan suara tawa terdengar darinya.
Sampailah kami di bagian belakang taman yang sangat sepi, jauh berbeda dengan area depan yang penuh sesak oleh orang-orang. Mungkin karena cukup terpencil, banyak orang yang enggan melintasi tempat ini di malam hari, padahal pemandangannya di pagi hari sangatlah indah.
"Jongdae, kita mau ke mana?" Tanyaku saat melihat Jongdae terus berjalan menuju jembatan.
Namun Jongdae tidak menjawab sehingga hanya kebisuan yang menyelimuti kami berdua.Jongdae berhenti di tengah-tengah jembatan dan berdiri menghadap ke arahku yang menatapnya bingung "Sebentar lagi waktu akan berakhir Jisoo, aku akan pergi." Suara Jongdae terdengar lirih.
Aku tersenyum "Semua berjalan sangat cepat sehingga aku lupa sebentar lagi jam tujuh. Sampai jumpa! Ingatlah untuk mengunjungiku ne?"
"Aku akan pergi Jisoo." Jongdae memejamkan mata sejenak "Aku akan pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi untuk menemuimu." Ia membuka matanya perlahan.
Mulutku terbuka, aku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku "Tapi ... mengapa?"
"Tubuhku sudah ditemukan beberapa hari yang lalu dan sudah saatnya bagiku untuk pergi. Aku sudah tenang, tidak ada alasan lagi untukku menapakan kaki di Dunia."
"Apakah ... apakah aku bukan alasanmu untuk tetap tinggal?" mataku mulai berkaca-kaca, Jongdae tidak boleh meninggalkanku.
"Jisoo, aku-"
"Jika aku mati, apakah aku akan terus bersamamu?"
Jongdae menggeleng kuat "Jangan pernah melakukan hal yang membahayakan dirimu BAE JISOO-" Jongdae berteriak saat aku mulai memanjat pembatas jembatan. Ia berusaha meraihku, namun karena Jongdae hanyalah roh, dia tidak bisa melakukan kontak fisik denganku. Ia hanya mampu meraih udara kosong.
Aku menatap sungai yang mengalir deras di bawahku. Meskipun tidak sampai membeku, aku tahu betapa dingin dan dalamnya sungai itu. Jongdae berteriak memanggilku tapi aku tidak peduli. Aku hanya perlu melompat dan semuanya akan berakhir. Aku meneguk ludahku kasar dan bersiap untuk melompat, tapi tanganku langsung ditarik oleh seseorang.
Mataku membulat karena ternyata Jongdae dapat menyentuhku dan tubuhnya terasa sangat nyata saat diriku berada di pelukannya. Aku mengelus rahangnya lembut "Kenapa kau-"
"Ketika garis cakrawala sudah hampir sirna, aku mendapatkan satu kesempatan untuk menyelamatkan nyawamu." Jongdae mengecup dahiku lalu kembali berkata "Jangan pernah melakukan hal bodoh seperti itu, aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi."
Aku tidak bisa membendung air mataku, tanganku memeluk erat tubuhnya "Aku senantiasa akan selalu menunggumu Kim Jongdae karena aku tau kau tidak pernah mengingkari janjimu." Ucapku.
Sebelum akhirnya udara senja memudarkan tubuhnya perlahan.
*Kataware-Doki: Kataware-doki adalah waktu perbatasan menjelang malam hari., merupakan sebuah waktu dimana dua atau lebih dimensi yang berbeda dipertemukan dalam satu ruang dan waktu.
FIN.
A/N
Ini ff temen aku dan aku udah minta izin ke dia buat di post wkwk