2

203 38 72
                                    


Vanessa mempercepat langkah kakinya menuju gerbang sekolah. Sekolah masih sepi. Bukan karena Vanessa terlalu pagi datang ke sekolah melainkan karena langit yang mendung. Siapa yang akan menolak tetap bertahan di bawah selimut pada saat cuaca dingin? Vanessapun akan melakukan hal itu jika ia tidak merasa suram di rumahnya.

Vanessa lebih memilih pergi ke toilet dibanding dengan menaruh tasnya di kelas. Hanya ada beberapa siswa yang nampak berjalan di koridor.

"Mataku...," Vanessa mengerjap-ngerjapkan matanya di cermin wastafel. Ia membasuh mukanya sekali lagi. Ia tetap mengerjap-ngerjapkan matanya dan berharap mata sembabnya itu akan menghilang.

'Percuma saja,' batinnya.

Vanessa meniup poninya yang basah, lalu ia mengeluarkan smartphone kesayangannya mencoba mencari cara untuk menghilangkan mata sembabnya secara cepat.

Punya masalah dengan mata sembab? Yuk ikuti tips berikut ini!

1. Mentimun

Dengan menempelkan irisan mentimun ke matamu sela...

"Tips apa ini? Jelas saja aku tidak akan membawa mentimun ke sekolah!" Vanessa menggerutu sambil tetap mencari tips yang menurutnya benar-benar efektif.

Teng~ Teng~ Teng~

Lonceng tanda masuk kelas berbunyi. Sekolah sudah mulai ramai. Vanessa berjalan keluar toilet sambil tetap menatap layar smartphonenya.

5. Berhenti menangis!

Jadi kamu ingin mata sembabmu hil....

Vanessa mengeluarkan ekspresi dongkolnya. Ia mem-back laman tersebut, lalu mencoba mencari yang baru.

"Ini tips yang bagus!" tiba-tiba ia menjentikkan jarinya, memasukkan smartphonenya ke dalam tas, dan berjalan menuju kelasnya.

Langit semakin mendung. 'Hm, Gabriel tak akan datang ke sekolah.' Batinnya mengingat notabene buruk lelaki itu.

Tiba-tiba rintik air hujan mulai berjatuhan. Setetes demi setetes, hingga tetesan itu jatuh semakin banyak. Vanessa masih berjalan. Ia sama sekali tidak berniat untuk mempercepat langkahnya, lagipula kelasnya sudah dekat.

Bangkunya ada di pojok kanan depan. Dekat dengan jendela, pastinya. Tidak ada orang di kelasnya, kecuali Nao.

"Apa yang kau pikirkan?" Nao berjalan mendekati bangku Vanessa.

"Hm?"

"Aku suka ini!" Nao mengacungkan jempolnya sembari bergaya di depan Vanessa. Kaki menyilang, kedua tangan di belakang kepala, dan kepala menoleh ke kiri.

"Akhirnya kau mengikuti jejakku juga untuk menjadi seorang model!" Lelaki itu tetap percaya diri bergaya di depan Vanessa.

Vanessa terdiam.

"Jadi?? Ini tidak aneh??" Vanessa antusias, ia berdiri dari bangkunya sambil memukul meja.

"Jelas saja! Kau tinggal menambahkan beberapa aksesoris!" Nao juga semakin antusias. Ia menaiki meja tengah kelas, menggulung buku tulisnya sembari berteriak, "kau juga bisa, Vanessa!"

Vanessa mengikuti Nao, ia berdiri di atas bangku sambil berteriak tidak jelas.

"Apa-apaan kalian?"

'Ah? Suara itu?' Vanessa menoleh ke pintu kelas. Benar saja. Gabriel.

Gabriel menatap mereka datar. Nao bergegas turun dari meja, saking gesitnya ujung meja menusuk pinggangnya. Ia merintih memegang kepalanya.

Hening. Vanessa dan Gabriel menatap Nao. Tetap dengan posisi mereka, Vanessa diatas bangku dan Gabriel di depan pintu.

Is This Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang