Saigo janai ka?

111 10 0
                                    

Hari-hari ku lewati dengan melihat mahluk-mahluk aneh di sekitarku. Terkadang aku juga bisa membaca cerita mereka yang benar-benar pilu dan sangat menyayat hati hingga terkadang aku bisa menangis mendengarnya.

"Ternyata kamu punya bakat berakting yang baik sehingga kelasmu menjadi pensi terbaik kemarin" ungkap Sakiko sambil memandangi sertifikat pensi terbaik yang ku pajang di meja belajarku.

Aku yang sedang membaca buku sambil tengkurap di tempat tidur hanya tersenyum.

"Bukan aku, tapi aku dan teman-teman sekelas yang melakukannya" sahutku sambil menoleh ke arah Sakiko.

Sakiko mendekat ke arahku lalu duduk di atas tempat tidurku.

"Bagaimana rasanya dapat melihat mereka?" tanyanya.

Pertanyaan itu membuatku tersenyum.

"Entahlah bagaimana. Dari dulu, aku penyuka film horor. Dan anehnya aku sangat ingin melihat monster-monster itu" jawabku sambil terkekeh. "Aku sangat bersyukur Tuhan memberiku kemampuan ini dan... mungkin juga lewat kamu Tuhan membalas keinginan ku"

Sakiko mengangguk mengerti. "Berarti, kamu dari dulu memang pengen ya, bisa melihat mereka yang memang tak terlihat"

"Hmmm... ya gak juga, sih" sahuku.

Sakiko tertawa kecil. ia mendekatiku dan duduk di atas tempat tidurku.

"Kau tahu? Sebenarnya itu semua adalah keturunan dari Buyutmu" ucap Sakiko yang membuatku terduduk karea kaget mendengar itu.

"Hah? Yang benar?!" seruku tidak percaya akan hal itu.

"Ya, benar" ucap Sakiko santai.

Aku benar-benar tidak percaya. Ternyata aku memiliki kemampuan ini karena keturunan dari Nenek dari Mama. Dan ternyata kemampuan itu juga turun ke mendian Nenekku.

"Kemampuan itu memang tidak terlalu terlihat di keluarga Mama mu. Bahkan yang bisa melihat hanya buyutmu dan Nenekmu. Sekarang, kamu lah yang meneruskan itu" jelas Sakiko sambil tersenyum.

Pantas saja, dulu ketika kecil Nenek sering melarangku bermain sembarangan. Alasannya tentu saja aku tidak mengerti, karena dulu aku masih belum tahu apa-apa. Ia selalu berkata 'Ada yang jahat'. Aku sebagai anak kecil hanya patuh saja padanya.

"Sekarang kamu yang punya, Ayumi. Kamu harus menggunakannya dengan baik dan kamu tidak boleh menyalah gunakannya, oke?" ucap Sakiko sambil tersenyum.

Aku mengangguk lalu memeluk erat tubuhnya yang kecil itu. "Terima kasih...." bisikku.

Ia mengangguk. "Kalau ada bahaya, kamu tinggal panggil namaku atau nama Seika aja, ya. Aku selalu disini kok" ucap Sakiko.

Giliran aku yang mengangguk.

Perlahan ia mulai menghilang dan tak terasa aku memeluk diriku sendiri. Aku melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku segera masuk ke dalam selimutku dan memiringkan tubuh ke kiri lalu terlelap.

...

"Hei, sebentar lagi musim dingin!" seru Rika girang saat kami berjalan ke kantin.

"Yaaaa! akhirnya liburan lagiii!!!" sahut Rena sambil jingkrak-jingkrak.

Kami semua menyambut datangnya musim dingin dengan bahagia.

"Eh, iya, berati sebentar lagi... suntik doooong? hayuuu.... suntik...." Yuki menakut-nakuti Kira yang sedang berjalan sambil membaca buku.

Kira yang matanya sudah mulai minus dan memakai kacamata itu hanya melirik Kira cuek.

"Apaan, sih?" tanyanya.

Sakiko (Done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang