“Manoban ayo makan!” Jiho mencolek lengan Lisa, tetapi gadis itu tak bergerak dari tempatnya. Kepalanya ditaruh di atas meja sementara tangannya terjatuh di sisi tubuhnya. “Ah, dia mulai lagi.” Desah Jiho karena melihat keadaan Lisa yang lemas gadis itu sebentar lagi pasti akan mengeluh.
“Aku tak bersemangat untuk makan. Tinggalkan saja aku. Kehidupan ini terlalu membosankan hingga aku kehilangan semangat.”
Jiho mengusap wajahnya, kenapa sahabatnya sangat menyedihkan begini? Jiho menghela napas kemudian menarik kerah belakang Lisa, memaksa gadis itu berdiri meski tanpa semangat. “Jangan banyak bicara dan makan saja.”
Lisa tak membalas hanya membiarkan tubuhnya ditarik oleh Jiho begitu saja. “Yya, Kim Jiho biarkan aku berjalan sendiri.” Kata Lisa, tangannya memukul tangan Jiho yang menarik kerah bajunya membuat dirinya berjalan mundur. Jiho melepaskan tangannya sementara Lisa menyamakan langkahnya dengan gadis itu. “Aku akan senang jika mereka memiliki daging.”
Lihat siapa yang berbicara dengan sangat bahagia sekarang? Jiho menggeleng tak percaya, entah Lisa memiliki dua kepribadian atau tak memiliki akal sehat lagu. “Nah, lihat siapa yang senang membicarakan daging sekarang.”
Lisa malah menutup telinganya dengan sengaja, berpura-pura tak mendengar apa yang Jiho katakan. Hal itu membuat Jiho kehilangan kesabaran dan menendang bokongnya. “Dasar Manoban menyebalkan!”
“Yya!” Teriak Lisa, tak terima sementara Jiho sudah lari terlebih dahulu menghindari Lalihulk.
••
“Jiho, duluan aja ke kelasnya. Aku mau ke kamar mandi.” Jiho tak membalas, hanya membuat bentuk O dengan jarinya.
Kamar mandi lantai satu itu kalau lagi istirahat pasti ramai, jadi Lisa berjalan menuju lantai dua. Kamar mandi di lantai dua keseringan sepi karena lokasinya di pojok dan dekat gudang. Tapi kalau udah kebelet, ya lanjut aja. Tebakan Lisa benar, kamar mandinya sangat sepi. Gadis itu cepat-cepat menuntaskan urusannya, ya walau Lisa pemberani tetap saja sendirian di kamar mandi menyeramkan juga.
Lisa merapikan rambutnya sebentar kemudian berjalan keluar. Kelas Lisa 1-4 berada di lantai tiga dan harus melewati ruang musik dan seni. Biasanya sih tidak ada orang di ruang musik, tapi kali ini Lisa mendengar suara piano. Indah sekali.
Nadanya sederhana, tetapi bukan lagu yang pernah Lisa dengar. Kemungkinan itu lagu ciptaan sendiri. Langkah kaki Lisa membawanya mendekati ruang musik. Lisa mengintip, mendapati seorang lelaki tengah memainkan grand piano. Bahkan dari belakang saja tampak mempesona. Sosoknya yang duduk tegap dan cahaya matahari membuatnya bersinar. Melihat itu membuat jantung Lisa berdetak cepat.
Langkahnya mendekat secara perlahan dan tanpa suara. Ketika Lisa hanya berjarak beberapa langkah dari sosok berambut cokelat itu tanpa sadar Lisa bertepuk tangan, terpesona. Pertama dengan nada yang dibuat oleh jemarinya dan semakin terpesona ketika si pemain piano menoleh. Lisa bersumpah di kelasnya tidak ada yang setampan sosok di depannya.
"Jackpot." Lirih Lisa tanpa sadar membuat lelaki di hadapannya menatap Lisa bingung. Lisa langsung tersenyun lebar dan mengulurkan tangannya. "Namaku Lalisa Manoban kelas 1-4 dan sunbae harus mengingatnya."
"Ah? Ye?" Balas lelaki itu bingung.
Lisa langsung mengambil posisi dan duduk di samping sunbae itu dengan nyaman. Ia menatapnya lurus pada sosok yang menatapnya penuh tanya. "Jadi, aku harus memanggil sunbae apa? Love? Sayang? Aegiya?"
Dengan cepat lelaki itu menggeleng. "Minhyun, hanya Minhyun."
Lisa terkekeh melihat daun telinga Minhyun yang memerah. "Hanya Minyun? Aku baru tahu di Korea ada marga Hanya."
"Bukan, margaku Hwang. Maksudku- ah, sudahlah." Minhyun menatap tuts piano di depannya.
Ah, sunbae satu ini menggemaskan sekali. "Sunbae, mainkan lagu yang tadi."
"Wae?" Satu alis Minhyun naik. Minhyun hanya take memiliki cukup alasan untuk mengabulkan permintaan Lisa.
"Karena aku suka." Jawab Lisa lurus ke mata Minhyun. "Aku suka lagu tadi, aku juga suka sunbae. Sunbae terlihat-"
Minhyun bangun dengan buru-buru dan langsung keluar dari ruang musik. "Ah! Why???" Kesalnya sambil menghentakkan kaki. "Sunbae aku belum tahu kau kelas berapa!"
Minhyun tak mengindahkan teriakan Lisa karena untuk saat ini keadaan jantungnya lebih penting.
••
hayo bacanya jangan diskip karena meski terlihat sama tapi tak serupa dengan versi another heartbreak story
-amel
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Sunbae! [Selesai]
FanfictionIn which Lalisa want attention from her crush, Minhyun. © 2018