Yang Pertama

16.4K 856 80
                                    

Itu hari Jumat. Bangtan mengisi acara televisi nasional, mendatangi salah satu sekolah beruntung—menjadi tamu kejutan. Usia Jungkook saat itu tujuh belas tahun, tiga hari setelah ulang tahunnya.

Sejak pagi mood Jungkook hancur. Kakaknya menelefon, mengatakan bahwa Jungkook kalah taruhan dengan kakaknya (wajar saja, lelaki, taruhan setiap pertandingan bola). Dilanjut dengan pelatih menari mereka yang lagi-lagi merubah total koreografi untuk lagu baru mereka yang entah kapan dirilis. Ditambah dengan fakta Taehyung tidak memberikannya hadiah ulang tahun sama sekali, Jungkook jelas kesal.

"Jangan ketekuk gitu dong tuh muka. Sekali ketangkep kamera kan bisa kena bash," Yoongi menyikut Jungkook yang duduk di sampingnya. Mereka masih menunggu di tempat yang disediakan, masih ada empat puluh lima menit sebelum mereka masuk ke salah satu kelas.

Jungkook mengangkat bahunya cuek. "Peduli setan," jawabnya asal. Matanya memandang Taehyung yang baru saja selesai membantu manager Sejin membawakan kopi untuk PD acara itu. "Cih," gerutu Jungkook ketika matanya bertemu dengan mata Taehyung.

Taehyung lantas berjalan mendekat, sengaja menginjak kaki Yoongi agar lelaki itu pergi. "Kamu kenapa lagi? Seharian mukanya kesel gitu." Taehyung menyentuh tangan Jungkook, mengusapnya pelan.

"Oh jadi aku ga boleh kesel?"

Taehyung menghela nafas. Bicara dengan Jungkook akan sia-sia. Setiap kali Jungkook marah, ia baru bisa mengajak lelaki itu bicara setelah mood Jungkook sedikit membaik. Terkadang cepat, hitungan jam—atau bahkan menit—Taehyung sudah bisa mengajak Jungkook bicara. Namun dalam kasus kali ini, sepertinya Taehyung tak bisa berharap banyak.

Atau setidaknya itu yang ia kira hingga sebuah ide usil terbesit di benaknya. Dirinya lantas berlari meninggalkan Jungkook, bicara pada produser yang sedang meneguk kopinya. Dari jauh Jungkook hanya diam melihat tindakan Taehyung, terlalu kesal untuk peduli.

"Ikut aku sebentar yuk," bisik Taehyung sebelum mengambil pergelangan tangan Jungkook cepat.

Refleks Jungkook cepat, lantas menangkis tangan Taehyung. "Buat apa sih?" desis Jungkook sembari menatap Taehyung tajam.

Taehyung sudah menduga reaksi Jungkook, seratus persen akurat dengan permintaannya. Itu sebabnya ia langsung mengeluarkan teknik andalannya yang selama ini tak pernah gagal memaksa Jungkook menurut.

Ia dengan sedikit kasar menarik lengan Jungkook, membuat lelaki yang tak menyangka dengan perlakuan itu tersentak dan berdiri. Secepat kilat tangan Taehyung mencengkram bokong lelaki di depannya itu, membuat Jungkook melenguh tertahan.

"Hyung—"

"Masih mau melawanku?" Taehyung bertanya dengan suara yang direndahkan, meremas tangannya lebih kencang lagi.

Biasanya Jungkook akan menggeleng, namun kali ini ia tak mau kalah. Taehyung kemudian menjilat daun telinga Jungkook, membuat bahu lelaki yang menerima perlakuan itu menegang.

"Masih mau melawanku?" Taehyung mengulang pertanyaannya dengan nada yang lebih mengintimidasi.

Jungkook yang terdesak menggeleng. Akan sangat berbahaya jika 'insiden' itu dilihat oleh orang lain. Ia tak punya pilihan, akhirnya hendak berjalan di belakang Taehyung. Entah kemana, Jungkook tak begitu peduli. Hanya ada satu hal di batinnya; Terserah Hyung mau ngomong apa, aku gak peduli. Pokoknya ngambek!

Terlalu sibuk dengan kemarahannya, Jungkook tak sadar dirinya sudah dibawa ke ruang mencuci. Entah dalam rangka apa sekolah mewah itu menyediakan ruang berisi empat mesin cuci besar. Mata Jungkook menelusuri ruangan itu. Senyap, sedikit remang (mungkin karena bohlam yang sedang terpasang sudah sekarat), dan aroma detergen menusuk hidungnya.

dosa taecup. + kth, jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang