13

714 112 7
                                    

Author's POV

"Iya paman aku baik-baik saja. Paman tak perlu mencemaskan ku."

"Lain kali paman dan bibi akan mengunjungimu."

"Tidak usah. Aku baik-baik saja. Paman aku ada urusan mendadak. Maaf."

Dan setelahnya Taehyung membuang handphonenya asal. Bayang-bayang masa lalu yang ia benci mulai kembali berdatangan di otaknya. Sekeras apapun Taehyung mencoba, Taehyung tetap tidak bisa melupakannya.

Ditambah suasana hatinya yang memang sudah buruk, Taehyung menjadi begitu marah pada dirinya sendiri. Ia membuang semua buku-bukunya, mengacak seluruh isi kamarnya dengan penuh emosi.

"Arghhhhh!!!"

Meja belajarnya berantakan. Tempat tidur pun mengalami hal yang sama. Semua barang-barang kini berserakan di lantai. Taehyung menggila.

Pyarr!

Suara itu berhasil menarik perhatian Taehyung. Sebuah pigura foto yang berharga baginya tak sengaja ikut menjadi bahan pelampiasannya. Pigura itu pecah berkeping-keping.

Taehyung berlutut dan memungut pigura tersebut. Ia mengeluarkan fotonya lalu menatapnya lama.

Dan isakan tangis pilu mulai terdengar di dalam kamar kosong itu. Seorang Taehyung yang terkenal dengan kepribadian yang dingin dan sombong itu kini menangis meraung-raung. Ia mendekap foto itu di dadanya. Darah yang mulai bercucuran dari ujung jarinya tak dihiraukannya. Bahkan mungkin ia tak merasakan apapun atas luka fisik yang ia miliki sekarang. Luka di hatinya lebih sakit dari luka goresan kaca di jarinya.

"Bogoshipda.." ucap Taehyung di sela tangisnya.

"Tae???" Gadis berstatus kekasihnya itu berlari menghampiri Taehyung. Tangis Taehyung berhenti begitu saja bersamaan dengan keterkejutannya melihat Momo datang tiba-tiba ke apartemennya. Dengan mata merah ia menatap Momo.

"Tae apa yang terjadi?? Ada apa denganmu??" Momo menarik tangan Taehyung untuk melihat lukanya. Ia melepaskan foto yang Taehyung pegang dan meletakkannya asal ke lantai. Taehyung sedikit tak terima foto yang ia anggap berharga 'diperlakukan seenaknya' seperti itu.

"Tunggu disini." Momo pergi meninggalkan Taehyung yang masih bingung dengan kehadiran kekasihnya. Pasalnya sejak Momo ke Korea, ia tak pernah mengajak Momo ke apartemennya. Taehyung yang selalu ke apartemen Momo, tidak pernah sebaliknya. Kecuali hari ini tentunya.

Tak lama Momo kembali dengan membawa kotak P3K. Ia mulai mengobati luka-luka pada jari Taehyung.

"Jangan menatap ku seperti itu. Aku tau apa yang ingin kau tanyakan." Ucap Momo sambil masih berfokus melilitkan perban di jari Taehyung.

"Cha! Selesai. Ayo duduk di sana." Momo menarik tangan Taehyung untuk duduk di sofa.

Akhirnya mereka berdua duduk di sofa hitam Taehyung. Taehyung masih terdiam. Ia merasa ada yang tidak beres dengan kekasihnya.

"Mian. Aku menyuruh orang untuk mengikutimu. Dan begitulah caraku mengetahui alamatmu. Umm.. gomawo sudah menggunakan tanggal ulang tahunku untuk password apartemenmu." Ucap Momo tanpa memandang ke arah Taehyung. Keduanya hanya menatap lurus ke depan.

"Taehyung-ah.."

"Aku akan kembali ke Jepang."

"Terimakasih untuk semuanya." Di akhir kalimat Momo akhirnya menatap Taehyung. Namun tak ada penyesalan di matanya. Ia tampak begitu santai. Tak ada kesedihan ataupun senyum di bibirnya.

"Wae?" Tanya Taehyung.

"Geunyang.. aku hanya ingin kembali."

"Kau bosan denganku?" Pandangan Taehyung mulai menyala sekarang. Lupakan Taehyung yang menangis menyedihkan tadi.

IQ Doesn't Mean Anything! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang