1

2.4K 160 10
                                    

Author's POV

Brukkh!

"Aww!" Pekik seorang gadis yang baru saja terjatuh dari tempat tidurnya itu. Ia mengusap-usap pantat nya yang mendarat dengan kasarnya di lantai. Dengan mata masih setengah tertutup ia naik lagi ke tempat tidurnya lalu meringkuk di dalam selimut seakan tak terjadi apa-apa.

Namun sedetik kemudian ia membuka matanya dengan cepat.

"Sekolah! Kau harus sekolah Hwang!!" Setelah mengucapkan mantra pada dirinya sendiri, ia segera mendudukan tubuhnya. Merenggangkan tulang-tulangnya sebentar sebentar lalu bergegas ke kamar mandi.

Setelah urusan di kamar mandi selesai, ia memakai seragam, memoles bedak tipis di wajahnya, serta lip blam stroberry di bibirnya.

"Wanbyoke!" Ia memuji pantulan dirinya di cermin yang melekat di dinding kamarnya, tepat di samping pintu masuk kamarnya. Dengan latar belakang tempat tidurnya yang telah di tata rapi, Eunbi menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sambil tersenyum.

"Fighting!!" Ia memberi semangat pada dirinya di cermin. Ini selalu ia lakukan setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Entahlah, ini telah menjadi kebiasaan baginya. Berbicara dengan cermin bukanlah hal aneh bagi Eunbi.

- - - - -

Kyunggi High School

Eunbi menghentikan langkahnya sebentar di depan gerbang masuk sekolahnya. Sekolah tertua modern di Korea ini berada di Gangnam yang merupakan kawasan elit di Korea. Saling membanggakan kekayaan keluarga, berlomba-lomba memakai barang branded agar diakui sebagai yang terkaya, tercantik, dan terpopuler, dan jangan lupakan persaingan yang menurut Eunbi sangat konyol, yaitu persaingan untuk mendapatkan namja most wanted di sekolah adalah hal biasa di sekolah ini.

Tapi tidak dengan Eunbi. Masuk kesekolah ini sama seperti menelan obat pahit. Tidak suka, tidak enak, tapi tetap harus di telan. Meski ia muak dengan manusia bertopeng uang disekolah ini, mau tidak mau Eunbi merupakan bagian dari mereka. Eunbi tetaplah siswa sekolah ini.

"Hagyo annyeong! Bersahabatlah denganku tahun ini. Ku mohon.." ucap Eunbi pelan. Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam sekolah dengan uang sekolah perbulan yang tidak sedikit itu.

Eunbi berasal dari keluarga kaya. Orang tua nya adalah pengusaha besar dan berpengaruh di Korea. Semenjak kecil Eunbi tak pernah kekurangan apapun. Ia selalu mendapatkan apapun yang dia mau. Meski Eunbi memiliki segalanya, ia tidak ingin menggunakan itu semua sebagai tameng dirinya. Karena kekayaan itu tidak selamanya. Mereka hanya kesenangan fana yang bisa hilang kapan saja.

Ia menghembuskan nafasnya panjang sesaat setelah ia mendudukan dirinya di sebuah bangku yang baru saja ia labeli sebagai miliknya beberapa saat yang lalu.

"Hoy!"

"Ah kkamchagiya! Ya! Kau mau membuatku mati terkena serangan jantung!" Eunbi mengelus dadanya kasar sambil menatap kesal sahabatnya itu.

"Hehehehe suruh siapa kau tidak menyadari kehadiranku!" Gadis cantik dengan rambut ponytail itu tertawa lepas setelah berhasil mengagetkan Eunbi. Ia lalu bergerak untuk duduk di depan bangku Eunbi.

"Apa yang kau pikirkan eoh? Rankingmu?"

"Untuk apa aku memikirkannya Yuna-ya. Aku tidak ada niatan untuk memikirkannya. Tidak penting!" Jawab Eunbi acuh sambil mengalihkan wajahnya ke kiri menatap lapangan basket dari jendela kelasnya.

"Ya! Jangan begitu! Setidaknya kau harus berada di peringkat 100 besar tahun ini!" Omel gadis bermarga Choi itu. Ia adalah salah satu manusia yang Eunbi anggap normal disekolah ini.

IQ Doesn't Mean Anything! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang