Tiga

568 27 1
                                    

"Bahkan dalam diam pun aku akan menjagamu"
-Alfian Rezha Nugraha
***

Vanessa membuka pintu rumahnya. "Assalamualaikum." Namun tak ada jawaban. Vanessa berjalan menuju ruang tengah.

"Eh udah pulang sayang? Gimana sekolahnya nak?" sahut Ari, papanya Vanessa.

"Tumben peduli" jawab Vanessa sedikit malas.

"Kamu kok ngo-" kata ayahnya terputus karena ada telfon masuk dari kliennya.

"Kerja dulu baru ngurus anak"  kata Vanesaa dalam hati sambil tersenyum miris. Ia langsung berlari kekamar meninggalkan orang tuanya yang super sibuk itu. Mau tak mau, suka tak suka, ia harus menghadapi semuanya SENDIRIAN.

Sesampainya dikamar, Vanessa langsung menenggelamkan wajahnya ke bantal dan tanpa aba aba setetes air mata turun ke pipinya. Vanessa langsung menghapusnya, ia tak mau nangis, ia hanya butuh teman tempat ia mencurahkan segalanya.

***

Hari ke dua di sekolah, Vanessa pergi dengan semangat. Ia disambut oleh Bima dan Maura yang sudah datang lebih dulu.

"Lo duduk disini aja, Sa" kata Maura sambil menunjuk kursi disebelahnya. Vanessa mengangguk dan berjalan menuju kursinya.

"Hai Vanessa Syavilla" sapa cewek berambut panjang dengan make up yang mempercantik dirinya. Ia tersenyum licik, melihat itu Vanessa terkejut dan langsung melirik Bima yang daritadi menatap cewek itu dengan bingung.

Dia Tasya, orang yang selalu membenci Vanessa bahkan Vanessa pun tak tau kenapa Tasya sampai membencinya.

Tasya langsung berjalan menuju kursinya sambil menatap tajam ke arah Vanessa. "Dia siapa, Sa? Gitu banget" tanya Maura yang daritadi bingung melihat kelakuan kedua temannya yang terdiam.

"Dia itu teman SMP kami, dia selalu gasuka sama apapun yang dimiliki Vanessa" jelas Bima.

"Pantes pandangannya kayak gasuka sama Vanessa, kalo menurut gu-" kalimat Maura terputus karena ada guru yang datang, mungkin itu walikelas baru mereka.

***

Beberapa siswa langsung berlari keluar kelas saat bel pulang berbunyi. "Gue duluan ya, mau ngebantu nyokap" kata Bima menyusul siswa yang berlarian itu.

"Lo pulang bareng siapa, Ra?" tanya Vanessa.

"Sama kakak gue, yuk ah barengan ke parkirannya" kata Maura sambil menarik tangan Vanessa.

Mata Maura melirik ke seluruh penjuru parkiran, ia mencari kakaknya, Alfi. "Kaaaakk" teriak Maura sambil melambaikan tangannya ke arah Alfi.

"Kak ini Vanessa, temen baru aku. Vanessa ini kakak gue, Kak Alfi namanya." kata Maura.

Mereka berjabat tangan sambil menunjukkan senyum termanis mereka. "Kayak pernah liat mata sama senyumnya deh, tapi dimana?"  batin Alfi.

"Halo kak, aku Vanessa, teman sekelasnya Maura. Kakak ingat gak kakak pernah nolongin aku waktu nyari tempat acara pengenalan siswa baru ituloh kak, btw makasih ya kak" kata Vanessa sambil tersenyum manis lagi.

"Gue Alfi, iya santai aja" balas Alfi.

"Ih kakak kok gitu doang sih perkenalannya. Bilang kek 'gue Alfi kakaknya Maura adik gue paling cantik'" kata Maura sambil menunjukkan gaya seperti model profesional.

"Ada ada ajalo. Gue pulang duluan ya, Ra, Kak Alfi" pamit Vanessa sambil menaiki motornya dan meluncur ke tempat biasanya, rumah pohon.

"Cepet naik, gue ada urusan  lagi" kata Alfi menarik tangan adiknya itu. Dengan kesal Maura menaiki motor Alfi dan langsung meninggalkan sekolah.

***

Vanessa sedang memandangi keramaian kota sambil menulis suratnya.

Hari ini hari kedua gue sekolah, dan ternyata, Tasya satu sekolah sama gue bahkan sekelas. Gue takut hal dulu bakal terjadi lagi.

Oh iya kemarin papa negur gue ya walaupun akhirnya gue di abaikan karna kerjaannya -lagi.

Gue juga  ketemu kakak kelas yang bantuin gue waktu masa pengenalan siswa baru, ternyata dia kakaknya Maura, temen gue. 
Itu aja sih 

-VS

Vanessa langsung menempelkan suratnya itu di dinding rumah pohonnya. Lalu ia menuruni tangga dan berniat untuk pulang.

Di seberang sana ada yang memerhatikannya, dia Alfi.

"Vanessa? Jadi dia Vanessa?"  batin Alfi.

Vanessa bergegas pergi, dan Alfi langsung menaiki tangga. Ia langsung menemukan surat yang baru ditulis Vanessa dan langsung menbacanya. Ia tersenyum saat mengetahui Vanessa menceritakannya di suratnya."Gue seneng lo ceritain gue disalah satu suratlo"  kata Alfi dalam hati sambil melengkungkan sudut bibirnya.

***

Vanessa berangkat ke sekolah menggunakan mobilnya karena motornya. Ia berjalan menuju kelasnya disambut dengan pandangan tidak suka oleh Tasya.

Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, Vanessa izin ke toilet dan di susul oleh Tasya. Maura dan Bimo pun saling tatap dengan tatapan bingung.

Saat memasuki toilet tiba tiba pintu toilet terkunci dari luar. Vanessa tidak tau siapa yang mengunci pintu itu.

"Tolong! Pintu nya terkunci!" teriak Vanessa dari dalam. Namun hasilnya nihil, tak ada orang yang melewati toilet.

***

Alfi berjalan melewati koridor kelas 11, ia sedang malas belajar di kelas. Toh, gabakal ada yang masuk ke otak kalau lagi malas. Saat ia melewati toilet, ia mendengar teriakan dari dalam toilet wanita.

"Tolong!" teriak orang itu.

Vanessa?  batin Alfi

***

Sorry kalo ada typo hehe

-achryni

VanessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang