Delapan

487 22 0
                                    

"Bahkan disaat orang disekitarku mulai tak mempedulikan ku, kau datang dengan segala cintamu"
-Vanessa Syavilla
***

Vanessa ikut membantu Bunda memasak untuk bocah bocah lucu dirumah itu. Ia akan disini seharian.

"Bun, hari ini kita berjemur?" tanya salah satu gadis cilik.

"Oh pasti dong nak, tapi kalian ditemani sama Kak Pian sama Kak Vanessa ya? Bunda mau ke pasar dulu" jawab Bunda dengan lembut seakan akan mereka semua adalah anak kandungnya.

"Yaudah ayooo!" ajak Alfi dengan semangatt.

Setelah sampai di taman yang lumayan luas, anak anak duduk menghadapi matahari pagi. Alfi dan Vanessa memilih duduk di salah satu bangku agak jauh dari anak anak agar mereka bisa melihat keseluruhan anak anak itu.

"Mereka lucu ya, Kak" kata Vanessa tanpa menghilangkan senyuman manis di wajahnya.

"Mereka cuma gamau melihatkan beban mereka, mereka kuat. Bahkan mungkin kita kalau menghadapi hal yang sama pasti bakal putus asa" ujar Alfi yang tak henti memandang wajah Vanessa.

"Mereka punya penyakit yang serius, tanpa orang tua. Dan mereka bahagia" sambung Alfi.

Vanessa memandangi anak anak itu, benar mereka memasang wajah ceria, walaupun mereka kurus, ada yang botak, ada juga yang sudah tak bisa berdiri.

"Kakak suka kesini?" tanya Vanessa.

"Suka, mereka udah gue anggap kayak adik gue." jawab Alfi.

"Kak, ada yang mimisan!" teriak salah satu bocah disana sambil berlari kearah Alfi dan Vanessa.

Alfi dan Vanessa langsung bangkit dan menghampiri anak anak itu. "Kita bawa ke rumah sakit aja" Alfi langsung menggendong anak itu.

***

Vanessa hanya terdiam dan memasang wajah pucat.

"Lo kenapa?" Alfi ternyata dari tadi memandangi ekspresi Vanessa.

"Anak tadi yang bukain kita pintu kak, dia yang paling semangat, sekarang dia gak sadarkan diri." jawab Vanessa menatap kosong ke lantai rumah sakit.

"Ini takdir, mereka dipilih Tuhan untuk menghadapi cobaan ini karena mereka kuat. Lo tenang dulu, lo harus ngasih semangat ke mereka" Alfi mencoba menenangkan Vanessa.

"Kalau mereka dikasih pilihan, mungkin mereka juga mau sembuh. Mereka cuma butuh kita yang ngasih semangat. Makanya lo yang selalu semangat jangan pernah sedih, karna banyak orang yang mau lo bahagiain" sambung Alfi.

Vanessa mencerna kata kata Alfi. Benar, tak guna ia hanya menangis seperti tadi malam. Itu takdir yang harus ia hadapi. Ia punya banyak teman teman yang selalu dukung dia.

"Anda keluarga pasien?" tanya dokter yang tiba tiba keluar.

"Bukan dok. Saya yang bawa dia kesini. Gimana keadaannya dok?" Alfi berharap tidak ada hal buruk hari ini.

"Keadaannya semakin parah, mungkin harus dirawat beberapa hari sampai ia membaik" jawab dokter itu.

Alfi dan Vanessa hanya mengangguk. Mereka duduk dan melihat bocah tadi dibawa ke ruang inapnya.

Alfi menarik tangan Vanessa dan menatap Vanessa terus. Alfi mengangguk tanda untuk menguatkan Vanessa. Vanessa ikut berjalan kemana arah anak itu dibawa.

Setelah sampai dikamar, tak ada pembicaraan satu pun.

"Gue jemput anak anak sama bunda dulu ya? Biar gak sepi. Lo tunggu disini sebentar" Alfi membuka pembicaraan.

Vanessa hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Alfi meninggalkan Vanessa dan anak itu.

Tak berapa lama setelah Alfi pergi, anak itu sadar.

"Kak Pasa?" panggil anak itu saat melihat wajah Vanessa.

"Iya dek? Kenapa? Ada yang sakit? Mau dipanggilin dokter?" tanya Vanessa dengan khawatir.

Gadis cilik itu tersenyum lalu menggeleng. "Panggil aku Bunga aja kak" kata anak itu.

"Bunga gak papa?" Vanesaa meyakinkan.

Bunga kembali tersenyum seakan akan tidak ada beban apa pun dihidupnya.

"Bunga gak papa kok Kak Pasa. Bunga cuma lemas. Bunga seneng ditemanin Kak Pasa disini. Kalo sama Kak Pian pasti dijahilin mulu." Bunga dari tadi memasang wajah ceria seperti yang Vanessa lihat pertama kali.

Vanessa terharu melihat semangatnya gadis itu. Ia meneteskan air matanya namun langsung segera dihapus oleh Bunga.

"Kakak gak boleh nangis, aku kuat kok. Aku gak mau buat orang disekitar aku sedih. Aku mau liat semuanya tersenyum" Vanessa tersenyum mendengar kalimat gadis itu. Vanessa langsung memeluk Bunga dengan lembut.

"Andai aja mama papa ada disini" bisik Bunga. Kata kata itu didengar oleh Vanessa. Vanessa hanya tersenyum. Didalam hatinya ia berjanji akan membantu gadis ini menemukan orang tuanya.

"Bunda dataaang" sapa bunda langsung memeluk Bunga. Bunga sangat ceria.

"Kamu gak papa kan nak?" tanya Bunda.

"Gak papa bun, kan aku ditemanin Kak Pasa."jawab Bunga sambil melirik Vanessa.

Vanessa tersenyum dan menjauh dari Bunga. Ia membiarkan gadis itu bersama bundanya. Ia memilih duduk disamping Alfi.

"Jadi lo mau pulang?" bisik Alfi karena tak ingin merusak suasana Bunda dan Bunga.

Vanessa mengangguk. Ia ingin pulang, tapi tak sekarang.

***

Pendek ya?

Sorry typo.

-achryni

VanessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang