Sembilan

452 20 0
                                    

"Bangun, Sa" bisik Alfi. Ya, mereka masih di rumah sakit. Bunga pun sudah tidur.

"Kenapa, Kak?' Vanessa mengucek matanya dan melihat sekitar.

"Lo belum pulang dari semalam" kata Alfi.

"Pulang yuk?" sambung Alfi.

Vanessa langsung menoleh ke Alfi. Ia tak mau pulang. "Loh kok pulang sih kak? Aku kan masih mau nemenin Bunga" jawab Vanessa dengan muka cemberut.

"Nanti orang yang dirumah lo khawatir" Alfi tak mau Vanessa terus disini. Ia takut orang tua Vanessa khawatir.

Vanessa hanya tersenyum miris. Ia menyandarkan bahunya ke sofa tempat ia duduk.

"Yaudah kalau lo gak mau, makan siang dulu yuk?" ajak Alfi.

Vanessa mengangguk dan berjalan menghampiri Bunda. "Bunda mau makan apa?" tanya Vanessa.

"Terserah aja deh" kata Bunda.

Vanessa mengangguk, langsung izin pergi dan mencium punggung tangan Bunda. Begitu juga dengan Alfi.

Vanessa dan Alfi berjalan keluar ruang rawat Bunga.

"Gue mau buat lo seneng, eh malah dapat kejadian kayak gini" kata Alfi dengan kecewa.

"Elah gak papa kali kak,  aku seneng kok, makasih ya kak" jawab Vanessa sambil tersenyum kepada Alfi.

***

"Haiii!" sapa Vanessa dengan penuh semangat. Namun yang disapa hanya terdiam.

"Elah woii! Kalian kenapa sih?" tanya Vanessa sambil mengguncang bahu Bima dan Maura.

"Hari ini hari senin bego, upacara, mau ulangan matematika. Sial bener." jawab Bima dengan lesu.

"Kakak gue kemaren seharian gaada dirumah lagi, gimana mau belajar coba?" Maura membolak balikkan buku dengan muka cemberut.

Vanessa tersenyum. "Elah cuma gitu doang, yuk ah siap siap upacara, ntar abis upacara kita belahar bareng. Kan ulangannya jam terakhir." kata Vanessa sambil berdiri menunggu temannya bersiap siap

***

Seperti biasa, Alfi tak pernah mau ikut upacara.

"Hari ini lo kemana bro?" tanya salah satu teman Alfi, Aldo namanya.

"Ke rooftop aja deh, lo ikut?" jawab Alfi.

"Lo enak, lo pinter, guru mah gabakal percaya kalo lo cabut. Lah gue? Sekali cabut langsung ketauan" kata Aldo sambil menatap Alfi.

Alfi hanya terkekeh. Memang benar, guru hanya memantau murid murid yang tergolong nakal. Sedangkan Alfi, dia penuh dengan prestasi walaupun dia nakal pun guru tak menghukumnya.

"Yaudah lo harus belajar, biar pinter, bisa cabut deh. Gue pergi dulu, semangat upacaranya, Do" Alfi menyandangkan tasnya dan berjalan keluar kelas.

Rooftop sekolah itu jarang dihampiri orang. Bahkan tidak pernah. Karena itu, rooftop sekolah jadi tempat Alfi menenangkan pikiran dan tempat ia cabut.

Tangga menuju rooftop itu terletak di ujung sudut sekolah, didekat wc perempuan.

Disaat orang berjalan kelapangan, Alfi malah berlawan arah.

"Kaak!" teriak perempuan dihadapan Alfi, itu Maura.

"Mau kemana lo hah? Mau cabut kan lo? Gue bilangin mama loh" kata Maura.

"Rese banget sih lu. Ngapain upacara coba? Panas. Nanti kakak ganteng lo ini jadi item, lo mau?" jawab Alfi sambil memasang wajah jail.

Maura menggeleng cepat. Maura langsung meraih tangan Bima dan Vanessa agar ia menjauh dari kakak nyebelinnya itu.

Alfi tertawa dan langsung melanjutkan jalannya.

Setelah sampai di rooftop, Alfi tidak merokok, Alfi tak sama dengan siswa lainnya. Ia langsung duduk disudut tembok. Ia membuka buku pelajarannya hari ini dan mulai belajar. Hingga akhirnya ia tertidur sampai upacara selesai.

***

Waktu jam istirahat sudah tiba, Vanessa, Maura dan Bima langsung berjalan menuju kantin. Namun ada yang berbeda dari mereka. Mereka membawa buku!

Iya, mereka ingin belajar, namun mereka juga ingin makan. Hasilnya, mereka makan sambil belajar.

Mereka memilih tempat duduk didekat jendela dan langsung memesan pesanan. Vanessa langsung membuka bukunya.

"Gimana lo mau ngerti kalo lo cuma gitu doang" kata Vanessa melihat Maura yang dari tadi hanya membolak balikkan buku.

Maura menaikkan bahunya dan mengangkat kepalanya. "Kaaakk!" teriak Maura. Ia melihat Alfi, Alfi pun langsung menoleh dan berjalan ke arah mereka.

"Pada ngapain? Wahh adek gue belajarr, ini peristiwa langka permisaa" Alfi melihat buku diatas meja yang berserakan.

"Ajarin gue dong kak, gue gak ngerti." rengek Maura.

Alfi mengangguk dan langsung mengambil salah satu buku di atas meja.

"Sejak kapan tulisan lo jadi rapi gini dek?" tanya Alfi.

Maura langsung mengerucutkan bibirnya. "Itu buku Vanessa, bego" kata Maura.

Alfi langsung memandang ke arah Vanessa yang terkekeh melihat interaksi kakak beradik itu. Bima yang dari tadi melakukan hal yang sama pun ikut terkekeh.

"Ajarin aku juga dong, Kak" lata Vanessa.

"Gue juga ikut dong" sahut Bima.

"Yaudah cara cepat kalo ada tugas ini dikali ini blablabla" Alfi mulai mengajarkan adik kelasnya itu.

Alfi mengajar dengan penuh semangat, karena ada Vanessa disana. "Nahh udah siapp" kata Alfi.

"Kok gampang ya" Maura memasang wajah bingung.

Alfi langsung mengacak rambut adiknya itu. "Upah buat gue apa ni?' tanya Alfi.

"Elah pake upah segala, yaudah pesen makanan sana" kata Maura.

"Gue udah makan tadi. Gue maunya makan malam" sahut Alfi.

"Yaudah bareng gue aja." kata Vanessa. Ia juga ingin berterima kasih karena Alfi sudah membantunya kemarin.

Alfi tersenyum lebar. Ia senang, mungkin kalau tidak ada orang, ia sudah lompat lompat kegirangan.

"Oke nanti malam gue jemput lo, gue ke kelas dulu" kata Alfi langsung meninggalkan mereka bertiga.

***

VanessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang