Enam

521 20 1
                                    

"Tak banyak yang ku ingin kan, aku ingin selamanya bersama mu"
-Vanessa Syavilla
***

"Non Pane, bangun dong" kata Bi Ita sambil mengguncang tubuh dibalik selimut. Karena tak bangun, Bi Ita membuka selimutnya. Daaan ternyata isinya hanya guling yang diselimuti. "Kemana Non Pane?" ujar Bi ita dalam hati.

"Elah, Bi. Aku disini kali" kata Vanessa sudah siap dengan perlengkapan ke sekolah. Vanessa sengaja ingin membuat Bi Ita khawatir. Ia suka di khawatirin.

"Yaampun, Non. Bibi kira Non Pane diculik. Yaudah mari sarapan, Non." ajak Bi Ita.

"Oke Bibi ku sayaang" jawab Vanessa sambil tersenyum karena jebakannya berhasil.

"Besokkan hari Minggu, Bi. Aku mau nginap dirumah temen sih kalo jadi. Jadi Bi Ita gak usah nyariin aku kalo aku gak pulang ya." kata Vanessa sambil mencium tangan pembantunya itu. Vanessa mengambil kunci motor lalu bergegas kesekolah.

***

"Hai, Sa. Kata Kak Alfi dia mau balikin mobil lo tuh. Tapi gue lupa minta kuncinya, gue males" sambut Maura.

"Elah sama kakak sendiri juga. Yaudah gue ambil bentar" kata Vanessa.

Vanessa pergi keluar kelas menuju kelasnya Alfi. Saat ia bertanya, Alfi tidak ada di kelas. "Mungkin di kantin" kata Vanessa dalam hati. Namun hasilnya nihil, Alfi gaada dimanapun. Vanessa nyerah, ia balik ke kelas sebelum pelajaran dimulai.

"Kakak lo gaada" kata Vanessa.

"Serius? Tadi kami datang barengan lo tapi beda motor sih." jawab Maura.

"Yaudah chat dia aja" sambung Maura.

"Gue gapunya kontak dia bego." kata Vanessa sambil menjitak kepala Maura.

"Biarin aja deh, gue bisa pake motor kok" sambung Vanessa.

***

Ketika bel berbunyi, tak seperti biasanya, siswa banyak yang berlarian sedangkan siswi menunjukkan muka khawatir. Mereka kenapa? batin Vanessa.

Vanessa langsung menaiki motor dan bergegas keluar sekolah. Ternyata saat dia sudah agak jauh dari sekolah, ada segerombolan remaja membawa senjata tajam. Mereka saling melukai. "INI TAWURAN!" teriak Vanessa dalam hati karena ia tak kut untuk berteriak langsung.

Mata Vanessa tertuju pada siswa dengan baju yang sudah berdarah, luka dan memar sudah banyak di tubuhnya itu, dia Alfi. Vanessa terkejut melihat itu. Sontak ia langsung turun dari motor dan mendekati segerombolan orang itu. Alfi tidak melihat Vanessa. Vanessa langsung menarik tangan Alfi dan membawanya ke pohon yang ada di sana.

"Kakak kenapa gini sih?" Vanessa khawatir dan langsung mencari kotak obat obatan di motornya.

"Gue gak papa. Ahh sakit" kata Alfi yang kesakitan karena lagi diobatin Vanessa.

"Kakak diem aja, parah banget inii, kakak sih kenapa ikut yang gituan. Gimana kalo kakak sakit? Siapa yang susah? Orang tua kakak juga kan. Elah kak." omel Vanessa.

Mendengar omelan Vanessa membuat Alfi tersenyum. "Dia peduli sama gue" batin Alfi.

"Udah siap kak. Tuhkan kakak jadi jelek ada perban sana sini. Gak sayang banget sama diri sendiri." Vanessa masih mengomel.

VanessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang