Rambutnya pirang berwarna keemasan. Begitu mengilat bagai sinar mentari di kala petang. Wajahnya putih, mulus tak bernoda. Begitu pula dengan sepasang mata bulatnya berisi retina biru terang, hidung mancung, dan bibir mungil merah menawan.
Dulu, ia adalah seorang bangsawan. Putri keluarga petinggi yang derajatnya hanya satu tingkat di bawah keluarga kerajaan. Gaun berenda dengan rok lebar adalah pakaian kebangsaannya. Rambut yang disasak tinggi serta perhiasaan mahal di leher dan tangannya adalah pelengkap penampilannya. Gadis itu bernama, Cinderella.
Tapi kematian sang ibu mengubah segalanya. Di umur Cinderella yang ketuju hbelas. Ia dihadiahi duka oleh yang Maha Kuasa. Ibunya meninggal akibat sakit yang sudah lama diidapnya. Setelahnya, kegiatan Cinderella hanya merenung. Menatapi dunia dari dalam jendela kamarnya yang suram. Tak ada senyum. Ia bagai mawar yang perlahan layu ditelan waktu.
Sampai akhirnya, sang ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak dua. Cinderella mengangkat dagunya, menatap tiga perempuan yang telah menjadi ibu dan kakak-adik tirinya sekaligus. Ia tersenyum. Pertama kalinya, untuk kesekian kalinya, ia membayangkan keutuhan keluarga yang seperti dahulu lagi.
Cinderella maju, ketiga perempuan di depannya juga ikut maju. Bersama, mereka berpelukan dan saling mengakrabkan diri. Sampai yang paling tua di antaranya tersenyum tipis melihat kemewahan di sekitarnya.
Tak lama kemudian, duka yang lain datang. Ayah kandung Cinderella mendadak sakit. Dokter terlambat datang. Semua larut kembali dalam kesedihan yang menyesakkan. Tak hentinya Cinderella meraung berusaha memeluk tubuh kaku ayahnya agar arwahnya kembali.
Sang ayah dimakamkan persis di samping makam ibu Cinderella. Selesai upacara kematian tersebut, semua berubah. Berubah maksudnya ... segalanya.
Pirang rambut Cinderella memirau. Menjadi lesih bak dinding retak yang kusam. Kulit wajahnya tak lagi putih, namun kusam dengan debu serta daki bertebaran. Matanya tak cemerlang, hanya ada tatapan pasrah yang mengenaskan. Bibir tipisnya berubah kering dan rapuh seperti harapan yang selama ini digenggamnya.
Sekarang, ia adalah seorang wanita pelayan. Pakaian lusuh penuh tambalan adalah kain yang menutupi tubuhnya sehari-hari. Rambutnya digelung asal, kain pel serta pembersih debu adalah atribut yang selalu dipakainya.
Sepeninggal sang ayah, hidup Cinderella berubah 180 derajat. Ibu dan saudara tirinya langsung menguasai rumah dan seluruh harta warisan. Tak puas sampai di sana, mereka memperlakukan Cinderella selayaknya budak yang dibeli di pasar gelap dengan harga murah. Berharap, gadis itu akan membenci hidupnya dan segera bunuh diri. Jadi, seluruh harta keluarga Cinderella akan jatuh sepenuhnya ke tangan ketiga perempuan tersebut.
****
Dua tahun, Cinderella bertahan hidup seperti itu. Bila ada kenalan ayahnya datang dan menanyakan kabar Cinderella. Ibu tirinya hanya menjawab, "Anak itu saya sekolahkan di sekolah asrama yang jauh dari sini. Maklum, semenjak ditinggal pergi suamiku. Ia jadi pemurung. Ah, betapa malangnya Cinderella. Dia sudah kuanggap seperti anakku sendiri."
Lalu para tamu pun terenyuh dan bersimpati kepada perempuan tua tersebut. Mereka percaya Cinderella akan baik-baik saja selama ia memiliki ibu yang baik seperti itu. Tanpa pernah tahu, jika Cinderella menjerit minta tolong di ruang bawah tanah yang kedap suara. Sengaja dikurung agar rahasia busuk keluarga tirinya tak terkuak ke permukaan.
Dalam diam, pada tiap malam kelabu bersuasanakan kelam, Cinderella selalu berdoa agar suatu hari nanti ia dapat kembali bebas. Hidup tanpa tekanan dan penderitaan. Seperti dahulu. Saat keluarga kandungnya masih utuh. Dimana hanya ada kebahagiaan dan keriangan. Malam itu, Cinderella tertidur dalam air mata pengharapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boneka Kayu untuk Cinderella [Kumcer] [TAMAT]
Short StoryAku, Kamu bersama mengarungi Imajinasi dengan Cinderella ke negeri Mirror Mirror on the Wall berada. Dari sana, kita membeli oleh-oleh Boneka Kayu yang dipahat oleh seekor Peri Sial. Lapar, kita pun mengisi perut dengan mengudap Cap Cay Dhira. Semba...