Di Balik Lagu Lihat Kebunku

1.6K 302 23
                                    

Lihat kebunku penuh dengan bunga

Aku senang dengan taman bunga di rumahku. Terutama karena hanya ini satu-satunya tempat untukku melepas penat. Ya, sebagai seorang dokter di desa terpencil. Aku cukup bosan jika hanya mengurus pasien dan segala macam penyakit dari para penghuninya.

Aku mau bebas. Menikmati udara segar dengan hanya bertemankan bunga-bunga di sekitar.

Ada yang putih dan ada yang merah

Hanya kedua warna itu yang aku miliki di taman bungaku. Bukan kenapa-kenapa. Bagiku, merah adalah warna paling romantis dan menggoda. Sedangkan putih adalah warna suci namun kaku tidak berdosa.

Apalagi sebagai dokter aku selalu melihat keduanya. Merah dari darah manusia dan putih dari tulang di dalamnya. Itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagiku.

Setiap hari kusiram semua

Setiap sore aku melakukannya. Menyirami tanamanku yang tumbuh subur dan merambat pada media tanam yang unik. Bukan kayu. Bukan pula batang besi.

Media-media tanam ini bahkan bisa kubentuk menyerupai manusia yang sedang menari. Atau, jalan-jalan.

Oh ya, sudahkah aku bilang sesuatu pada kalian? Bahwa aku adalah dokter yang sedang kabur dari kejaran orang-orang rumah sakit.

Aku tak mengerti, kenapa memakai tubuh manusia untuk dijadikan tempat bertanam itu dilarang. Aku 'kan, hanya mendaur ulang.

Mendaur mayat. Atau...

...yang masih hidup sekali pun.

Whuo! Ada satu manusia yang bergerak. Aku segera ke salah satu sudut taman dan mengamati gadis mungil kurus dekil yang terikat di sebuah pancang kayu. Tubuhnya kurus berbalut sulur-sulur hijau.

Mulutnya kulakban agar tak bersuara. Air matanya becucuran saat melihat kedatanganku. Bagus! Siapa tahu kau bisa membantuku menyirami tanaman-tanaman ini.

"Bunga-bungaku belum menyatu dengan tubuhmu. Sabar ya, sebentar lagi kau akan menjadi indah dan kupajang di tengah taman."

Tapi ekspresi gadis itu justru jatuh menjadi lebih takut dari sebelumnya. Ini 'kan berita bagus. Ah, aku tak peduli. Langsung kuambil pisau serta gunting taman. Dengan sarung tangan yang terpasang. Aku mencungkil sedikit demi sedikit daging di bahu dan pahanya.

Gadis itu mengejang. Merintih perih namun tertahan. Dan aku sangat menikmati suara kesakitan. Apalagi saat aku sedang menyayat kulit di lehernya.

Kutaburi benih di setiap lubang di tubuhnya, memberi pupuk lalu menyiraminya. Merah dari darahnya bersatu dengan kulitnya yang putih pucat.

Gadis itu sudah tak bergerak. Dan kedua matanya terbuka lebar membelalak. Ah, tempat yang bagus.

Aku pun mengambil gunting taman dan mencongkel kedua matanya. Sempurna, ini tempat yang pas untuk bunga merahku. Sekarang pekerjaanku sudah selesai. Tinggal tunggu bunga-bungaku tumbuh dan menutupi seluruh tubuh medianya.

Dan tamanku akan menjadi taman kesayangan yang kuimpikan.

Mawar melati semuanya indah.



Sila dukung pengarang dengan memberikan vote dan komentar^^

Atas perhatiannya, terima kasih

Boneka Kayu untuk Cinderella [Kumcer] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang