Fiksi Mini

2.5K 309 97
                                    

Apel

Putri Salju memakan apel yang diberikan si nenek tua. Kemudian ia terpekik kaget dan pingsan di tempat. Ia tercekik bukan karena apelnya beracun, tapi ada ulat yang menyembul dari bekas gigitannya.

Apel (2)

Putri salju memakan apel yang diberikan si nenek tua. Kemudian ia pingsan setelahnya. Saat diperiksa, ternyata apelnya mengandung sianida. Sang nenek langsung melapor ke komnas HAM karena dituduh sebagai tersangka.

Apel (3)

Nenek tua menyiapkan apel beracunnya, kali ini sesuai skenario. Tinggal mengetuk pintu dan menunggunya terbuka. Kemudian diberikan ke gadis cantik di dalamnya. Tapi sampai satu jam menunggu, ia tidak disambut juga. Akhirnya sang nenek menepuk jidat, ini kan musim panas. Putri Salju pasti mengungsi ke kutub utara.

Apel (4)

Nenek tua melihat kalender, pas musim dingin. Sekarang waktunya mengincar nyawa Putri Salju. Di depan pondok ia mengetuk pintu. Terbuka, seorang gadis muda berwajah pucat menyambutnya, tidak secantik bayangan si nenek tua kalau tidak salah.

"Mau apel? Manis lho."

Gadis itu memekik nyaring, "Hansel! Nenek sihir itu masih hidup."

"Cepat bakar dia, Gretel!"

Apel(?)

Putri Salju sedang jalan-jalan di pasar. Tanpa diduga, ia berpapasan dengan si nenek tua. Tapi nenek itu hanya tersenyum dan menyapanya. Heran, Putri Salju pun bertanya, "Nenek tidak menawariku apel lagi?"

"Untuk apa? Bisnis kacang polong lebih menguntungkan. Lihat, aku dapat seekor sapi."

Suara

Arni mendengar jeritan ngeri dari kamar mandinya. Ia pun ketakutan sambil meringkuk di dalam selimut. Peluh dingin membanjiri tubuhnya. Akhirnya, dengan sisa keberanian ia mengambil tongkat baseball. Menyalakan lampu kamar mandi, dan menemukan seorang gadis penuh darah di bak mandinya.

"Belum mati juga, dasar!"

Lukisan

Tak ada yang salah dengan memiliki lukisan. Apalagi yang indah dan sedap dipandang. Yang salah adalah, ketika kau menatap lukisannya, orang di dalam gambar itu berkedip ke arahmu.

Jangan Pergi

Aku sangat mencintaimu. Kau segalanya bagiku. Tanpamu, aku bukanlah apa-apa. Aku takut bila suatu hari kau pergi dari sisiku. Karenanya, kupatahkan kedua kakimu hidup-hidup.

Nina Bobo

"Nina bobo

Oo Nina bobo

Kalau tidak bobo, digigit nyamuk."

Ibu mengelus lembut rambutku. Aku meringkuk dalam selimut. Suaranya masih terdengar seperti dahulu. Padahal Ibu sudah meninggal setahun yang lalu.

Pemakaman

Banjir melanda Kampung Anu. Serta merta seluruh warganya mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Para mayat berteriak di dalam kubur, bahu-membahu mereka membongkar makam masing-masing. "Keluargaku sudah tidak peduli padaku."

Saat gerombolan mayat itu sibuk menggulung kain kafan dan membawa nisan ke atas bukit, keluarga mereka ketakutan dan akhirnya menggantikan posisi mereka.

Kembang Desa

Cantiknya seperti bunga dan manis wajahnya seperti kembang gula. Sayang bau badannya seperti kembang pasir.

Kembang Gula

Ia memang manis, makanannya pun yang manis-manis. Lihatlah, ada goa hitam di antara gigi serinnya sekarang.

Lebih Manis

Seorang pedagang gula mengalami kebangkrutan. Ia pikir berjualan saat kampanye berlangsung akan menguntungkannya. Ternyata, gulanya kalah manis dengan janji-janji para calon gubernur.

Gatal

Tadi malam, nyamuk mencium pipiku.

Ulangan

Bu Ila sadar, saat ulangan seluruh muridnya jadi lebih sering menguap, bersin, batuk dan menggaruk badan sambil melebarkan dua-tiga jari. Kadang mendesis. Mungkin besok dia harus memanggil orang pintar untuk mengusir siluman ular di kelasnya.

Ulangan (2)

"Zaza!"

Gadis itu tidak menoleh sama sekali.

"Zaza! Psst! Hei, noleh dong."

Ia tetap bergeming. Mati-matian sudah belajar, enak saja mau minta jawaban. Nilai harus diperjuangkan dengan usaha sendiri.

"Zaza! Woy!!" Sebuah penghapus menghantam kepalanya.

Kesal. Zaza menoleh ke belakang "Apa sih?!" Lalu diam. Ia sadar tempat duduknya adalah deretan terakhir.

Ulangan (3)

Tono melempar kertas ke Mita. Mita membuka pesan tersebut, "1-20, plis." Lagi-lagi, Mita mendesah, kemudian menuliskan jawaban. Hap! Dilempar lagi ke Tono yang menunggu sambil nyengir.

Kertas kedua, "21-40 dong." Sialan! Mita menulis sesuka hatinya. Dilempar lagi ke Tono. Kali ini gantian Mita yang nyengir, pasti nilainya jeblok.

Saat pembagian hasil ulangan, nilai Tono jauh lebih tinggi daripada Mita.

Ulangan (4)

Lola sangat percaya diri hari ini, ia sudah semalaman belajar matematika. Semua soal di buku paket dan PR telah dikerjakannya. Pasti nilainya akan sempurna nanti. Kemudian saat pembagian kertas soal, wajah Lola memucat seketika. Hari ini jadwalnya ternyata Kimia dan Seni Budaya.

32 Murid

Hari ini, Intan pindah ke kelas barunya. Dengan girang ia memperkenalkan dirinya di depan teman-teman baru, kemudian sang guru menunjuk bangku di sudut belakang tempat Intan akan duduk. Kebetulan, ada seorang gadis yang sibuk membaca di sana. "Hai," sapa Intan. Gadis itu terkejut dan buru-buru menyembunyikannya dengan senyum bahagia.

Istirahat, Intan langsung berkenalan dengan anak-anak lainnya. Tak lupa ia melambai ke arah teman sebangkunya yang berlalu ke luar kelas.

"Dadahin siapa?"

"Teman sebangkuku."

"Kelas kita kan ber-32 orang. Kamu duduk sama siapa?"

🎉 Kamu telah selesai membaca Boneka Kayu untuk Cinderella [Kumcer] [TAMAT] 🎉
Boneka Kayu untuk Cinderella [Kumcer] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang