"...kan sadar dalam berapa jam?"
"...tuh dari mobil .... Fatal kan?"
"Tangan kiri... Rasa terkilir... Baik..."
Suara-suara di sekelilingku mulai terdengar semakin jelas. Aku tidak tahu berapa lama aku tidak sadarkan diri, yang kuingat terakhir kali hanyalah umpatan dari Naruto dan wajahnya yanh ketakutan saat membopongku.
Aku bahkan tidak ingat bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini. Entah ini rumah sakit atau hanya sebuah ruangan dengan dinding berwarna putih, entahlah.
"Engh~" aku melenguh pelan untuk membuat orang-orang menyadari bahwa aku sudah siuman.
Benar saja, kepala pirang langsung terlihat dalam radius pandanganku sesaat setelah aku bersuara, disusul dengan kepala lainnya yang aku tidak kenal.
"Saki!" Pekiknya tertahan. Dari nada suaranya aku dapat mengenali rasa kelegaan yang sangat. Naruto pasti panik sekali sedari tadi.
"Nona Haruno, namaku Hatake Kakashi. Apa Anda dapat mengingat kenapa Anda bisa berada di sini?" Pemilik kepala asing itu bertanya padaku sambil memasang stetoskop di telinganya. Dia menanti jawabanku dengan sabar.
Aku mengangguk, tapi sedetik kemudian aku kembali meringis. Tampaknya leher ku bermasalah, rasanya sakit sekali saat aku mencoba mengherankan kepala.
"Kepala Anda terbentur cukup keras dan leher Anda mengalami cidera yang untungnya tidak fatal." Kakashi memberikan penjelasan padaku. "Akan kupanggil suster untuk menambah dosis pereda nyeri saat jam konsumsi obatmu. Untuk sementara, istirahatlah dulu dan jangan terlalu banyak bergerak."
Aku mengangguk pelan dan pasrah. Diam adalah kebalikan dari sifatku. Aku tidak bisa diam saja di satu tempat, dan luka-luka sialan ini sungguh membuatku membencinya. Aku mengutuk diri yang tidak berpikir panjang dengan lompat dari mobil Naruto.
Aku bisa saja menjerit keras-keras atau mencubit pinggangnya lagi, tapi bodohnya aku malah memilih lompat dari mobil.
Great!
Tubuhku lecet, memar di mana-mana, sakit berkepanjangan, dan yang lebih parah adalah diam di tempat.
"Aku tahu kau kesal karena disuruh istirahat." Naruto mulai bersuara kembali. Dia menarik salah satu kursi yang ada dan duduk di samping kanan tempat tidurku.
Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena leherku yang cidera. Jadi aku hanya akan mendengarkan celotehannya.
"Kau benar-benar tidak terduga, Saki. Benar-benar..."
"Gila." Aku melanjutkan perkataan Naruto.
Naruto tertawa pelan dan mengusap jemariku yang terbalut perban. "Tadinya aku akan bilang sulit ditebak tapi kau sendiri yang mengatakan gila."
Aku mendengus mendengarnya. "Gila memang sepadan dengan apa yang kulakukan. Kau harus tahu bahwa aku bahkan menyesal kenapa harus melompat dari mobilmu."
Naruto tertawa lagi mendengar pengakuanku.
"Omong-omong sudah berapa lama aku tidak sadar?"
"Um, kalau aku tidak salah ingat hanya lima jam. Bukan waktu yang lama." Jawabnya.
Aku menghitung dalam hati, kalau sudah lima jam berlalu, maka sekarang kira-kira pukul tiga subuh.
Naruto menemaniku selama itu? Sungguh kemajuan yang baik. Biasanya dia tidak akan bisa untuk tidak tidur. Butuh waktu lama untuk membuat Naruto terjaga di malam hari.
"Bukan aku yang menemanimu selama itu, Saki." Seperti bisa membaca apa yang aku pikirkan Naruto menjelaskan.
"Kau tahu sendiri kan, bahwa aku agak kesulitan sadar pada malam hari, entah kutukan siapa yang bekerja padaku hingga aku seperti ini." Dia mengutuki dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny to Meet You [SasuSaku] ✔
FanfictionSatu kesalahan besar yang pernah dilakukan oleh Sasuke membuatnya dihantui rasa bersalah pada tetangga masa kecilnya. Tetangganya tidak lagi sama seperti dulu, tidak ada senyuman manis, tidak ada lagi canda tawa, dan tidak akan pernah ada lagi Sakur...