"Menurutmu apa Pein mungkin menemukanku di sini?" Aku bertanya pada Sasuke sambil meminum sekaleng soda di tangan kananku.
Tidak ada yang perlu dibicarakan mengenai hal kemarin. Karena aku masih mengingat dengan jelas kejadian-kejadian yang aku alami, perkataan tolol yang aku ucapkan, dan perasaan tidak nyaman yang aku rasakan. Jadi kuharap semua itu perlu aku singkirkan sejenak dari kepalaku.
Hari ini hanya akan aku gunakan untuk berbicara tentang Pein dan masalahnya dalam hidupku.Sasuke yang selesai berolahraga masih dengan celana training dan wajah sedikit memerah menyambar soda dingin dari tanganku dan menenggaknya sampai habis. Dia memilih duduk dengan seenaknya di sebelahku yang langsung saja kutendang tulang keringnya begitu dia duduk--sampai dia kembali berdiri dan duduk di tempat lain.
"Tidak selama kau mau duduk manis di dalam apartemenku dan biarkan aku beserta orang-orangku yang mengerjakan masalah Pein." Sasuke meraih handuk yang tergantung di atas treadmill untuk mengelap wajahnya. "Kami sedang mengumpulkan beberapa bukti mengenai surat tanah Haruno dan tentang kejadian waktu itu."
Oh
Aku terdiam begitu Sasuke menyinggung masalah itu. Ulang tahunku yang ketujuh belas, masa-masa kelam dalam hidupku.
"Aku sunggung minta maaf karena aku tidak mengatakan padamu bahwa aku akan kembali membawa masalah itu ke depan hukum." Sasuke meraih tanganku yang tidak sadar bergetar hebat dan menjadi dingin. Dia mengusapnya pelan dan menatap mataku yang memandang kosong ke depan.
Tidak lagi!
Aku berusaha menata hidupku, pergi jauh dari tempat sialan itu! Tidak peduli tentang tanah warisan keluarga Haruno, melupakan semua teman-temanku demi apa yang aku ingin miliki.
Demi sisa-sisa kewarasan dan harga diriku.
Aku bahkan ragu aku masih bisa berdiri jika hal itu dibawa ke permukaan lagi.
"Kau memang brengsek, Sasuke!"
Aku yang sudah mulai mencoba menata pikiranku kembali langsung menepis tangannya kasar dan berdiri dari sofa tempatku duduk tadi.
"Kau pikir apa yang kau coba gali lagi? Kau ingin mengatakan pada semua orang bahwa aku korban pemerkosaan yang sekarang berubah menjadi seorang pelacur haus kasih sayang!? Itu maumu, sialan?!"
"Bukan itu yang kuinginkan Sakura. Tidak akan ada yang menganggapmu seperti itu--"
Aku melempar vas bunga yang berada di atas meja ke samping tubuhnya untuk menghindarinya berjalan mendekat dan meraih tubuhku.
Pecahan kaca yang berserakan di sana cukup menghentikan Sasuke.
"BERHENTI DISANA SIALAN! AKU TIDAK MAU MASALAH ITU TERBAWA LAGI KE PERMUKAAN!" Aku mengatur napasku yang berpacu kencang dan dadaku yang mulai terasa sesak.
Perasaan tidak mengenakan itu kembali timbul. Sekelebat bayangan saat itu kembali muncul dalam bentuk titik-titik di dalam kepalaku.
Dan sungguh aku tidak mau mengalami depresi untuk hal ini kedua kalinya.
"Cukup sudah kedua orang tuaku, kedua orang tuamu, serta Pein sialan yang tahu tentang hal ini!" Aku mengatakannya sambil menjerit kencang.
Tidak lagi
Tidak boleh
Ini tidak boleh sampai ke publik
Oh brengsek, kepalaku berdenyut lebih kencang.
Aku mengusap pelipisku dengan kasar, mencoba mengentikan gambaran yang semakin banyak muncul.
Sialan! Ini tidak bisa berhenti!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny to Meet You [SasuSaku] ✔
FanfictionSatu kesalahan besar yang pernah dilakukan oleh Sasuke membuatnya dihantui rasa bersalah pada tetangga masa kecilnya. Tetangganya tidak lagi sama seperti dulu, tidak ada senyuman manis, tidak ada lagi canda tawa, dan tidak akan pernah ada lagi Sakur...