Aku selalu bertanya-tanya kapan tepatnya terakhir kali aku menikmati hidup. Usiaku sudah memasuki 28 tahun hari ini. Tapi semenjak usia 17 tahun, aku tidak pernah benar-benar merasa senang dengan hidupku.
Walaupun begitu, aku juga tidak mau mati muda. Masih banyak yang ingin kulakukan. Sekalipun hidupku jelek, masih ada hal yang sangat ingin aku lakukan.
Hari ini adalah hari Sabtu, yang artinya hari di mana semua orang berpergian ke luar untuk mencari kesenangan. Dan sesuatu yang menguntungkan untukku dalam menikmati hari ulang tahunku. Paling tidak Ebisu atau Pein, akan sedikit kesulitan mencariku diantara kerumunan orang.
Aku bahkan sudah mengecat rambutku dengan cat rambut sekali pakai warna coklat karamel. Warna umum yang dimiliki perempuan di Tokyo. Aku yakin mereka tidak akan bisa menemukanku. Karena aku butuh alkohol saat ini. Sudah nyaris seminggu--karena harus mengonsumsi obat--aku tidak minum minuman kesayanganku itu.
Memakai tank top putih dan celana jeans warna beige aku langsung menyambar jaket kulitku untuk pergi keluar. Tampilan ini sangat tidak mencolok tetapi masih tetap dalam gayaku. Ebisu ataupun Pein, aku yakin mereka tidak akan bisa mengacaukan my damn birthday full of drink milikku.
Aku tidak suka hari ulang tahun ku karena semenjak aku berulang tahun hidupku semakin sial. Tapi aku tidak juga akan melewatkan hari sialan ini tanpa melakukan apapun. Paling tidak, rutinitas tiap tahunku adalah meningkatkan rekor sadar akan alkohol. Terdengar idiot memang, mengingat beberapa waktu lalu aku ingin mengurangi dosis alkohol dalam tubuh.
Well, rutinitas adalah rutinitas. Aku yang menciptakan aturan itu tentang hari ulang tahun sialan ini, jadi aku harus melakukannya.
Tertawa pelan aku mengambil kacamata hitam yang berada di atas lemari dekat pintu sebelum menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Sekalipun ruangan ini bobrok, isi dalam kamarku bahkan bisa membayar biaya sewa selama 3 tahun. Jadi, menguncinya rapat-rapat adalah pilihan sangat tepat.
"Saki!" Sai melambaikan tangannya satu kali begitu aku memasuki bar dan berjalan menghampirinya. Sedikit heran dia bisa mengenaliku walaupun aku sudah mengecat rambutku.
Aku melihat sekeliling dan menemukan bahwa pelanggan di sini sudah banyak seperti sedia kala. Tampaknya masalah nona Tsunade sudah terselesaikan. "Kau terlihat, tidak pink." Sai berkata lagi begitu aku sudah di depan mejanya.
"Hai, Sai." Aku balas menyapanya, mengabaikan kalimat terakhirnya sembari meletakan tas tangan milikku di atas meja. "Aku minta vodka." Kataku lagi.
"Satu gelas vodka pesananmu." Sai menyodorkannya padaku yang kuterima dengan senyum lebar. "Dan ini satu gelas lain gratis untuk my bestie 28 tahun di depanku."
Aku tertawa mendengarnya dan menerimanya dengan senang hati. "Aku tidak tahu kalau kau ternyata mengetahui bahwa aku bertambah penderitaan hari ini."
Sai meringis mendengarku sedikit mengumpat hari ulang tahunku di akhir kalimat. Tapi dia tidak berkomentar lebih lanjut yang membuatku cukup senang. Aku tidak butuh kuliah umum untuk hari terkutuk ini.
"Omong-omong, aku tidak melihat the blonde bitch disini. Dimana dia?"
"Dia pacarku, oke? Jadi berhenti menjelek-jelekkan dia dan berharap aku tidak akan membelanya, sekalipun kau temanku lebih dulu." Sai memelototiku sambil meracik beberapa minuman untuk pelanggan yang lain.
Aku tertawa lagi dan menggeleng tidak menyetujui perkataanya. "Sai, asal kau tahu... Tidak ada teman dalam hidupku." Aku meminum gelas pertama hingga tandas dan menatapnya lagi. "Aku serius mengatakan ini Sai." Kataku lagi sambil mengedipkan sebelah mataku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny to Meet You [SasuSaku] ✔
FanfictionSatu kesalahan besar yang pernah dilakukan oleh Sasuke membuatnya dihantui rasa bersalah pada tetangga masa kecilnya. Tetangganya tidak lagi sama seperti dulu, tidak ada senyuman manis, tidak ada lagi canda tawa, dan tidak akan pernah ada lagi Sakur...