Empat

41 5 5
                                    

Mau bahagia? Maka ciptakanlah. Jangan hanya menunggu...

Wait, ini siapa? Kok tau nama kecil gue?

"Rell, jangan bengong dong. Muka lo udah jelek banget tuh",katanya lagi dengan nada mengejek.

Aku yang melamun lama pun sadar.

"Oh.. Emm.. Lo? Siapa? ",kataku terbata. Maklum bray, masih kaget gue

"Aelah, masa lo lupa sih? Kagak seru nih",katanya sok sedih. Lucu. Manis.

Ini cowok ditanya malah muter muter. Siapa gue ya? Kok gue lupa. Dari gaya nya yg modis banget ini, apa iya temen SMP gue. Gue aja kagak yakin.

"Yaampun, Rell. Gue Endra. Danendra, temen SD lo. Lupa lo sama gue? Tega amat lu, Rell", katanya setengah merajuk

Sumpah lucu abis. Mukanya itu loh, ditekuk makin nambah kelucuannya. Kacau dehh.. Hahaha

"What? Endra? Si buntelan kentut?", ucapku tak percaya.

Suaraku lumayan kuat, sehingga aku refleks menutup mulut dan melihat sekitar. Lumayan banyak yang menoleh ke arahku. Asli! Malu.

"Ampun deh, Rell. Kenceng banget suara lo. Kayak toa. Malu gue ini", katanya sambil tersenyum simpul. Sial. Manisnya.

"Lo kok jadi ganteng? Badan lo yang gede kayak buntelan kentut itu kemana?", tanyaku heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo kok jadi ganteng? Badan lo yang gede kayak buntelan kentut itu kemana?", tanyaku heran.

"Aelah, jangan panggil gue gitu lagi dong, Rell. Malu gue. Asli deh", katanya setengah memelas.

"Haha, iyaiya deh. Jadi lo kok bisa ganteng gini, En?",tanyaku ulang

"Iya dong, itu kan yang gue gendut pas SD. Seiring waktu gue nyadar lah, jadinya gue olahraga deh, biar gak jelek jelek amat", katanya sambil tertawa.

Masya Tuhan. Ketawanya dia lepas banget. Damai gue. Cobaan apalagi ini Tuhan, mengapa ciptaanmu ini begitu indah?

Oke fixed, gue jadi alay.

"Oh gitu. Eh, bukannya pas kelas 5 lo itu pindah ya? Tapi kok kita pada gak tau lo pindah kemana?", tanyaku

"Itu ya, gue pindah karena bokap gue pindah tugas ke Kalimantan, Rell", jawabnya.

"Kalimantan? Jauh juga ya. Terus, lo kesini lagi liburan gitu?", tanyaku lagi.

"Haha, bisa iya bisa enggak",katanya gantung, bikin gue kepo.

"Maksud lo? Yang jelas dong!", kataku sambil ngambek.

"Auu!!", teriakku tepat setelah tangan kanannya mencubit pipiku. Sakit.

"Sakit bego!",makiku sambil mengelus pipi kiriku.

"Salah lo lah, kenapa imut gitu kalo lagi ngambek", katanya sambil tertawa.

Aku memutar mata, malas mendengar gombalan kacangan seperti itu.

"Maksud gue itu. Iya, karena emang lagi masa masa libur. Terus nggak nya, ya karena bisa dibilang gue tinggal di kota ini, Rell. Jadi gue gak cuma liburan. Gitu lohh", jelasnya panjang.

"Ohhhh.. ", kataku mengangguk sambil menggerakkan kepala untuk minum Ice Americano yang sampai mengeluarkan keringat karena dikacangin.

"Rell, gue duluan ya. Ada urusan", katanya sambil berdiri.

"Oh, oke. Hati hati ya", ucapku berat seolah tak ingin dia berlalu.

Diapun pergi. Dan aku kembali menatap keluar jendela kaca.

"Eh, gue minta ID Line lo", kata seseorang

Gue menoleh, dan dia balik lagi ternyata. Dia menyerahkan ponselnya padaku.

Kuambil ponselnya, lalu ku ketik ID Line ku.

"Nih..", ucapku seraya menyerahkan ponsel

"Oke deh, bye Darrell",katanya sebelum benar benar berlalu.

Aku kembali melihat keluar jendela, dan menghabiskan minuman di tanganku. Tak peduli dengan keramaian ini. Tak berpengaruh.

***

Aku sedang berada di tepi kolam renang. Tenang, dirumahku. Ke celupkan kaki ku kedalam air. Merasakan dinginnya air di malam hari.

Ponselku yang berada tepat di sampingku bergetar. Ku ambil agar aku bisa melihat dengan jelas.

3 Pesan Baru

Kubuka satu persatu

From : Nancy

Hei, Kim. Nonton yuk. Gue lagi males dirumah. Tapi lo yang traktir ya. Gue lagi bokek, nih.

Apasih, gakpenting ini orang. Taunya manfaatin doang.

Ku abaikan pesannya.
Pesan selanjutnya.

From : Arkan

Kim? Lo ada waktu gak sabtu ini? Gue mau ngajak lo dinner. Ada yang mau gue bilang.

Hadehh, gak nyerah nyerah juga nih cowok. Udah putus juga.

Ku ketik balasan.

To : Arkan

Sabtu ini? Gaktau deh, liat nanti aja ya, Ar.

Send.

Gak lama, aku menepuk jidatku sendiri.

"Mati gue, ini kan artinya gue ngasih harapan ke dia. Aduh, mampus gue", kataku menyesal.

"Tapi manatau kan dia punya hal penting yang mau disampein. Yaudahlah ya",kataku kemudian.

Satu kata yang cocok. LABIL.

Kubuka 1 pesan yang tersisa. Dari..

Danendra Kei

Hei, Rell. Udah nyampe rumah? Baik baik aja kan? Sorry, ya. Tadi gue cepet banget baliknya. Ada urusan tadi. Jangan lupa makan malem ya. Bye, Darling. Eh, Maksudnya Darrel.

"Idih, apaan sih. Modus", kataku sambil tersenyum

Ku ketik balasan.

To : Danendra

Sok typo lo buntel. Gue baik baik kok. Iya, gue bakal makan. Jangan bawel ngapa. Lo juga ya.

Send.

Ku letakkan kembali ponselku di tepi kolam.

Aku menengadah, menatap langit hitam yang terasa hampa. Tak ditemani sang bulan maupun bintang.

"Hai, malam? Apa kau merindukan siang?", gumamku.

Tanpa kusadari, malam itu seseorang pun menatap langit yang sama denganku.

"Apa mungkin kau akan bertemu siang? Malam yang sendu", kata seseorang di tempat yang berbeda.

To be continue..

Hai, readerss..
Gimana? Belum dapet maknanya?
Kalo gitu ikutin terus kisahnya ya.
Tenang aja, kalian pasti ngerti kok.
Jangan lupa ninggalin bintangnya yaa

Into The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang