Pernahkah kau merasa sendiri di tengah keramaian?
Hahaha.. Apa iya gue bakal secepat itu nemuin penggantinya Arkan? Kan, bisa aja kali ini gue jomblonya lamaan dikit. Tapi tetep gue harus punya pacar lagi!
Kata kata Nancy tadi berhasil membuatku bertaruh dengan pikiranku sendiri. Entah apa yang membuat Nancy berpikir aku akan secepatnya punya pacar, apalagi dia meramalkan aku akan menggaet si "cogan" yang namanya saja aku belum tahu. Bayangkan saja..
Single milik Charlie Puth yang berjudul Attention menghiasi udara dingin di dalam mobilku. Ya, aku tengah berada di kemacetan kota Bandung yang menurutku sama saja dengan Jakarta.
Sekedar informasi, ini mobil memang sengaja dibeli untukku. Jujur, aku lebih memilih buat diantar jemput daripada punya mobil sendiri. Tapi karena alasan simple, yaitu orangtuaku sudah percaya dan berpikir lebih mahal kalau mempekerjakan supir. Jadinya, aku dipercayakan buat bawa mobil sendiri.
Akhirnya, aku sampai di rumahku ini. Setelah menempuh perjalanan 2 jam dari SMA Nusa Bakti.
Gak usah heran kenapa lama, itu gara gara macet. Harusnya sih kalau di jalanan cuma ada mobil gue, 30 menit udah nyampe kali.
Ku bunyikan klakson mobilku, pertanda aku ingin dibukakan gerbang. Mbok Ijah pun keluar, dan membukakan gerbang untukku.
Mbok Ijah memang sudah lama bekerja dengan keluarga kami. Dia udah kayak bagian dari keluargaku, bukan lagi sekedar pembantu.
Setelah memarkirkan mobil di garasi, akupun melangkah memasuki rumah. Sesudah sampai di dalam, aku langsung naik ke kamarku yang berada di lantai 2.
Rumahku ini terdiri dari 3 lantai, tapi lantai paling atas itu cuma kayak atap yang dimodifikasi untuk dijadikan tempat menyimpan barang. Ya, pokoknya gitulah..
Ku langkahkan kakiku dengan malas. Satu demi satu kujajaki anak tangga. Hingga akhirnya, aku sampai di depan sebuah ruangan yang pintunya terbuat dari kayu jati. Ini kamarku. Kubuka pintunya, aku masuk, dan langsung saja merebahkan diriku di kasur.
"Ya Tuhan, capek banget gue",kataku dengan desahan di akhirnya.
Tring..
"Siapa lagi sih?", sungutku geram.
From : Arkan
Kim, apa kabar? Lo baik-baik aja kan?
"Yaampun dewa, gue pikir apaan", kataku kesal
Tak kubalas pesan dari Arkan. Bukan karena aku sombong, tapi malas aja. Lagi badmood, dia nya malah tenang banget nanya kabar.
Gak peduli ah gue..
Ku tatap langit langit kamar. Mataku fokus memperhatikan hiasan disana. Angkasa. Aku sangat menyukainya, rasanya akan sangat tenang bila memandang hiasan ini.
Aku merasa seolah diajak melayang ke angkasa hanya dengan menatap hiasan ini.
Aku tak ingat siapa yang membuat hiasan ini dikamarku. Yang kuingat ini sudah ada lama sekali.
Mataku memberat, rasa kantuk dengan cepat menyerang. Tak perlu waktu lama, akupun memejamkan mata seraya mulai menyiapkan diri berselancar di dunia mimpi. Tempat ternyaman untuk mencipta dunia sempurna.
***
"Tok.. Tok.. Tok.. ", suara pintu kamar yang diketuk membangunkanku.
"Non, bangun non. Mari sarapan, mbok udah nyiapin sarapannya dibawah", terdengar suara wanita paruh baya.
"Iya, mbok. Ini udah bangun kok. Bentar lagi aku turun", sahutku.
Aku yang sudah dalam posisi duduk, langsung saja turun dari kasur bertema panda kesukaanku dan menuju toilet yang letaknya di dalam kamar.
Setelah cuci muka, akupun turun. Aku berjalan menuruni tangga, dan langsung ke dapur yang ada di lantai dasar.
Aku membuka lemari di atas wastafel, mengambil gelas dan mengisinya dengan air es di freezer.
"Non, tadi mama nelpon tuh, tapi mbok bilangnya non masih tidur", kata Mbok Ijah selagi aku minum.
"Oh, tumben", jawabku setelah menenggak setengah gelas air es itu.
"Nanti aku telpon balik deh, Mbok", kataku sambil berlalu menuju kamar.
Sampai di kamar aku langsung mengambil ponselku. Ku ketik "Mama" di pencarian kontak. Lalu ku klik tombol berbentuk telepon berwarna hijau dilayarnya.
"Halo?", sahut suara disana. Suara mama.
"Ada apa, Ma?", tanyaku tanpa basa basi. Aku tahu dia sibuk.
"Besok malem ada orang yang bakal dateng ke rumah, dia mau nginep selama beberapa bulan disana", kata Mama.
"Nginep disana? Maksudnya di rumah ini?", tanyaku heran.
"Ya iya lah, Kim sayang. Masa iya nginep di jalanan. Nanti aja ya Mama jelasin. Mama ada kerjaan nih", katanya.
"Tapi, Ma.. "
Tut.. Tut.. Tut
Sambungan terputus.
Apasih? Gak jelas ah. Siapa lagi yang mau dateng? Ah, bodo ah..
Ku lempar ponsel ke atas kasur. Aku termenung lama, entah apa yang membuatku termenung. Setelah sadar, aku mengacak acak rambut ku.
"Kacau", ucapku
Tak mau berdiam diri tak tentu di kamar ini sendirian. Entar kesambet lagi. Akupun mengambil jaket bomber yang ada di lemari dan turun ke bawah.
"Non, mau kemana?", tanya Mbok Ijah saat aku membuka pintu rumah.
"Ke mall, Mbok. Bosen dirumah", jawabku tanpa menoleh.
Ku hampiri mobil hitam yang terparkir di garasi.
Akupun melaju meninggalkan rumah.
Sesampainya di mall, aku langsung naik ke lantai tempat timezone berada.
Berhubung aku baru mengisi poin di kartu timezone milikku. Jadi, langsung saja aku bermain. Ku coba semua permainan, dari mulai mesin capit boneka, sampai dance. Semua ku coba.
Setelah merasa lelah. Yaiyalah coy, gue kagak istirahat noh pas maen.
Akupun pergi menuju Starbuck cafe. Ku langkahkan kaki ke meja yang ada di pojok sambil membawa Ice Americano bertuliskan nama gue. Jangan heran, kan tadi gue pesen dulu.
Disini rame, tapi gue ngerasa sepi..
"Hei, sendirian aja?", sebuah suara mengagetkanku yang tengah asik menatap ke jendela.
Aku terdiam, lebih tepatnya bingung. Lelaki ini..
"Kamu Darrel kan?", katanya lagi yang membuatku tambah bingung.
"Hah? Kamu.. "
Haii readerss..
Maaf ya kalo gak seru, soalnya belakangan ini nge blank gitu
Tapi aku bakal usaha buat konsisten kok
Kalo penasaran sama si cogan dan tokoh baru ini, jangan lupa...Vote&Komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Into The Sky
Teen Fiction"Lo kayak langit tau gak? " Gadis itu berkata sambil menatap langit, di atap sekolah yang sepi. Cowok yang duduk di sebelahnya langsung menoleh. "Iya, lo misterius. Kadang ditutupin awan di siang hari, kadang penuh bintang di malam hari, kadang ju...