Enam

43 4 0
                                    

"Karena sebenarnya lo gak lebih dari si munafik yang pernah berarti"

---
Mulai sekarang dan seterusnya, Author make sudut pandang orang ketiga, banyak alasan kenapa gitu. Happy reading..
---

Suasana di kelas XI IPS 3 saat ini sangat santai. Kenapa? Karena KBM belum aktif sepenuhnya.

Di pojok ruangan anak-anak cowok berkumpul, dengan 1 orang yang memegang gitar. Mereka bernyanyi ria, terkadang mencipta lirik baru guna menggoda anak cewek di sekitar mereka. Anak cewek kebanyakan membentuk klub "Rumpi No Secret" dan pastinya bercerita seputar berita hangat terbaru. Dan sebagian, lebih memilih menyendiri. Ada yang bermain ponsel sendirian. Ada yang baca novel sendirian. Bahkan tidur sambil memasang earphone sendirian.

"Eh, Gas. Darimana aja? "

Seru Gilang ketika melihat Bagas melangkah masuk ke kelas.

Bagas mengabaikan seruan Gilang lalu duduk di kursinya, kursi kedua dari depan pada barisan kedua dari pinggir, tepat di belakang Gilang.

"Eh, anoa. Gue dikacangin sama si monyet"

Gilang menepuk bahu Iqbal yang di sebelahnya.

"Apaan sih lo, mampus dah dikacangin. Makanya beli kacang noh sekali kali. Biar kalo dikacangin, lo bisa makan kacang"

Ini kok bahas kacang ya?

Gilang memutar matanya malas. Terkadang, eh ralat, Iqbal selalu saja tidak masuk akal.

Gilang berbalik ke belakang agar dapat berbicara dengan Bagas dengan leluasa.

"Lo kenapa, Nyet? Apa anak barunya gak ada yang bening? Jelek semua ya? Sabar ya,Nyet"

Gilang memasang muka sok sedih. Tapi itu tak sedikitpun menarik perhatian Bagas. Bahkan, Bagas tak menatapnya. Entah apa yang salah pada pikirannya saat ini. Tapi yang dia tahu, dia sedang malas untuk bercanda.

Bagas memilih diam, dan meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangannya sebagai bantal dan mukanya menghadap ke kanan.

"Aelah, anoa. Gue dikacangin lagi tuh. Sedih gue"

"Sabar ya, Babon. Semua indah pada waktunya"

Iqbal menganggukkan kepalanya seraya mengusap naik turun punggung Gilang.

Santi yang melewati mereka berdua menatap dengan jijik.

"Njirr, homo ihh"

"Apa sih, Bal"

Seolah baru tersadar, Gilang menjauh. Dan Iqbal sontak tergelak.

Bagas yang sekarang melihat pintu kelas dengan tatapan kosong, tak sadar lagi terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Entah itu Gilang dan Iqbal yang sedang berlelucon ria. Maupun gadis yang menatapnya sekilas sambil lewat di depan kelasnya.

***

"

Kim, lo liat kemana sih? "

Kim tersentak dan langsung menatap Nancy yang sedari tadi mengoceh.

"Kenapa? "

"Yaampun, lo gak dengar ya? "

Kim menggeleng.

"Yaudah, deh. Pokoknya nanti sore gue dateng ke rumah lo. Bye"

Baru selangkah, tangan Nancy sudah ditahan oleh Kim. Nancy menatapnya bingung.

Into The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang