"Aku tahu senja itu indah, tapi kini malam lebih menjanjikan"
***
Kim kini tengah berada dalam perjalanan pulang. Matanya fokus ke jalanan, tapi pikirannya terpecah kemana-mana. Dia menghela napas.
"Hufft.. Syukur deh ditunjukin kebenarannya sekarang"
Kim tersenyum. Dia mencoba berfikir positif pada masalah ini. Toh, dia beruntung kan bisa tahu kebohongan yang disembunyikan sahabat dan pacarnya. Eh, mantan pacar maksudnya.
Kim membelokkan mobilnya menuju mall terdekat yang dia temukan. Memang begini lah kebiasaannya, jika ada hal hal yang membebani pikirannya, dia pun melampiaskannya lewat permainan. Apalagi kalau bukan timezone.
Setelah memarkirkan mobilnya, Kim langsung menuju lantai paling atas. Kim pun memulai memainkan game basket disana. Tapi baru saja menggesek kartunya, pemberitahuan bahwa poinnya habis membuatnya meringis. Bagaimana bisa dia lupa mengisi poin di kartunya?
Tak mau berlama-lama, Kim pun langsung pergi ke tempat pengisian poin di timezone tersebut.
"Mau isi berapa, mbak?"
"Seratus ribu aja, mbak"
Karyawati itu tersenyum dan langsung mengisi poin di kartu Kim dengan cekatan. Lalu dia mengembalikan kartunya.
"Tunggu sebentar ya, mbak"
Kim merogoh kantong seragamnya. Tapi tidak menemukan uang seratus ribu disana. Yang ada hanya uang dua puluh ribu.
Dia menepuk jidatnya. Sepertinya dia meninggalkan uangnya di dalam mobil. Dia tersenyum canggung pada karyawati itu.
"Maaf, mbak. Kayaknya uang saya keting-, "
"Saya yang bayar"
Kim dapat melihat sebuah tangan menggenggam ATM terjulur di samping wajahnya. Kim pun langsung menoleh ke belakang.
Kim mengernyitkan dahinya. Lalu dia kembali menoleh ke depan saat sang karyawati menyerahkan kartu ATM pada pria itu. Setelah mengucapkan terima kasih Kim pun pergi mengejar pria yang sudah lebih dulu beranjak tanpa menghiraukannya.
"Eh, btw makasih ya"
Pria itu tak bergeming sedikitpun. Hanya fokus pada perjalanannya menuju sebuah mesin game di sana.
Kim hanya bisa menatap punggungnya sambil sesekali mengerutkan keningnya.
"Eheemm, Kak Bagas.. makasih yaa", Kim mencoba lagi sambil menoel-noel bahu pria itu.
"Ya, sama-sama", pria itu menjawab sekenanya sambil terus fokus pada game perang -entah apa namanya- yang sedang dimainkannya.
"Boleh minta nomer rekening ga?"
Pria itu tak menjawab, benar-benar fokus pada permainan di depannya.
Ini orang bisu kali yaak
"Permisi.. Masih idup kan ya?", Kim mencoba lagi sambil menggoyangkan tangan kanannya di depan wajah pria itu.
GAME OVER! YOU LOST!
Pria itu menatap kesal pada Kim. Merasa Kim sangat mengganggu mood bermainnya saat itu.
"Ga usah. Lo pergi aja, gue ga mau diganggu", sahutnya dengan suara datar yang lebih terdengar mengancam.
Ni orang kenapa dah. Gue kan cuma mau balikin uangnya.
Tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya di kemudian hari. Kim pun beranjak pergi dari sana. Mood nya bermain pun sudah hilang karena disambut ketus oleh seseorang yang dianggapnya tampan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Into The Sky
Fiksi Remaja"Lo kayak langit tau gak? " Gadis itu berkata sambil menatap langit, di atap sekolah yang sepi. Cowok yang duduk di sebelahnya langsung menoleh. "Iya, lo misterius. Kadang ditutupin awan di siang hari, kadang penuh bintang di malam hari, kadang ju...