"Assalamualaikum!" Ucapnya memutar ganggang pintu dan membukanya. Setelah itu membuka sepatu dan meletakkannya di rak' sepatu belakang pintu, tanpa menghiraukan apakah ada yang menjawab salamnya atau tidak.
Setelah itu berbalik, menuju kamarnya yang terletak di sudut ruangan dekat dapur.Rumahnya tidak luas, bahkan tidak bertingkat. Hanya memiliki teras, ruang tamu, 2 kamar, dan dapur mini. Sangat sederhana.
"Kakak udah pulang?" Reflek Kaka memberhentikan langkahnya, berbalik menatap seorang gadis kecil berumur lima tahun yang berjalan dari arah pintu masuk, dan kini berjalan menghampirinya sekaligus menyalami tangannya.
Kaka tersenyum. "Iya udah pulang. Kamu dari mana?" Tanyanya sambil berjongkok menyamakan tinggi adiknya dengan tinggi badannya.
"Dari rumah nenek," jawabnya sambil tersenyum.
Rumah Kaka dan rumah neneknya memang berdekatan hanya dipisahkan oleh tiga rumah, dari depan rumahnya.
"Ibu mana?" Tanya Kaka lagi.
"Ada dirumah nenek. Kata ibu kalau kakak udah pulang langsung makan, makanan nya udah disiapin, tinggal makan aja," jelas cahaya menatap wajah Kaka.
Yah, nama adik Kaka adalah cahaya, adik perempuan satu-satunya yang dia miliki.
Kaka mengangguk. Berdiri, menepuk pucuk kepala adiknya. "Iya. Kamu udah makan?"
Cahaya mengangguk sebagai jawaban.
Kaka tersenyum lagi. "Yaudah Kakak ganti baju dulu, baru makan."
Cahaya mengangguk lagi "Iya."
"Loh ... mau kemana lagi?" Tanya Kaka heran melihat adiknya berbalik, berlari menuju arah pintu rumahnya.
"Rumah nenek." Teriaknya, terus berlari tanpa menoleh.
Kaka menggeleng-gelengkan kepala, melanjutkan langkahnya menuju kamar, setelah melihat adiknya telah hilang dari pandangan matanya.
***
Malam semakin larut, Kaka berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya. Hingga tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Ka, buka pintunya dong ... Ayah mau masuk!" Teriaknya dari luar.
Kaka pura-pura tidak mendengar. Satu menit berselang, bukannya berhenti, pintu kamarnya malah semakin diketuk tanpa jeda. Dengan malas Kaka bangkit dari pembaringan, melangkah membuka pintu.
"Lama banget bukanya." Ucap sang Ayah, menyelonong masuk menghampiri lemari pakaian Kaka.
"Pinjam celana Jeans dong Ka," liriknya sebentar memandang Kaka yang berdiri di sampingnya dan berbalik melanjutkan kembali pencariannya.
"Apaan sih ... Yah! Nggak ... nggak!" Kaka berusaha menutup lemari pakaiannya, tapi tertahan oleh badan ayahnya yang sedikit tinggi darinya.
Kaka dan Ayahnya memiliki postur tubuh yang sama, hanya tingginya yang berbeda. Itupun hanya beda beberapa cm.
"Pelit amat. Sebentar doang kok!" Ucapnya sambil menarik satu celana jeans yang menurutnya cocok.
"Emang mau ke mana?" Tanya Kaka mengalah, melepaskan genggaman tangannya pada lemari dan bergeser satu langkah ke samping, membiarkan Ayahnya mengobrak-abrik lemarinya.
"Biasa! Nongkrong, sambil ngopi sama temen." Jawabnya enteng sambil mengenakan celana Jeans milik anaknya.
Kaka menghela nafas, ingin berbicara tapi percuma. Akhirnya ia memutuskan hanya mengamati ayahnya sampai urusannya selesai dan secepatnya keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
Teen Fiction"Saat masa remajaku harus menjadi korban, atas kerasnya hidup yang tak main-main." - Kaka Maulanaskara . . . . . . . Bismillah, Ini Cerita pertama jadi mohon maaf jika masih banyak kesalahan dan typo, soalnya baru belajar.