Dugg..
Dugg..
Dugg..
Suara pantulan bola terdengar dari area lapangan basket yang terletak di belakang kelas XAkuntansi, tepatnya area kekuasaan anak kelas sebelas. Dimana seluruh kelasnya dari berbagai jurusan berhadapan langsung dengan lapangan Basket.
Tapi itu tidak jadi masalah buat Kaka dan Dante, lantaran sikapnya yang mudah bergaul dan akrab pada orang lain membuatnya banyak mengenal dan dikenal kalangan Senior baik kelas sebelas maupun kelas duabelas dalam waktu terbilang singkat. Apalagi kalangan para gadis-gadis yang ada di sekolah, jangan ditanyakan!
Dan disini 'lah Kaka dan Dante berada sekarang. Ditengah lapangan basket sambil bertanding One on One, dimana Kaka sedang berlari mendribbel bola dan Dante terus mengejar menghalangi pergerakan Kaka namun shot, masuk. Kaka kegirangan melihat shotting terakhirnya berhasil masuk yang artinya Dante kalah darinya. Walaupun hanya pertandingan iseng-iseng saja namun ini benar-benar suatu kebanggaan untuk Kaka, memenangkan pertandingan melawan Dante yang notabene nya senior dalam olahraga basket dengan kata lain, Dante telah lama menggeluti olahraga ini. Beda hal nya dengan dia yang selama ini hanya menjadikan basket hobby semata.
Sambil terus memantul kan bola ke lantai Kaka tersenyum menatap Dante, namun senyumnya lebih seperti senyum licik.
"Gue menang!" Ucapnya menaik turunkan alis. "Sesuai perjanjian, let's go!" Sambil mengalungkan tangan ke leher Dante, Kaka tersenyum bahagia sedangkan Dante malah sebaliknya.
Yang bisa Dante lakukan sekarang hanya pasrah mengingat ucapannya yang sudah mengajak Kaka taruhan basket dengan peraturan siapa yang paling banyak mencetak poin maka bebas meminta apa saja dari lawan yang kalah, dan inilah akhirnya. Dante merasa menyesal lantaran memandang remeh Kaka sebelum pertandingan.
***
Kantin kali ini tidak begitu ramai, entah karna faktor tanggal tua, jadi uang saku siswa-siswi menipis atau karena faktor mereka lebih senang makan di kelas. Padahal sudah ditetapkan peraturan dilarang makan di dalam kelas tapi tetap saja dilanggar. Sepertinya memang susah menghilangkan kalimat "peraturan dibuat untuk dilanggar" dari benak manusia. Tapi kali ini Kaka dan Dante lebih memilih menuruti peraturan dengan makan di kantin.
"Bu ... nasi goreng jumbo satu porsi, minumnya jus alpukat sama es teh manis satu yah!" Teriak Kaka pada Bu kantin sambil mendarat kan bokongnya pada kursi kayu yang berbentuk persegi panjang.
Dante menelan salivanya paksa sambil menarik kursi dan ikut duduk di hadapan Kaka. Setelah itu ia merogoh dompet yang terletak di saku celana seragamnya dan mengecek uang tunai yang berada dalam dompetnya. Sedetik kemudian Dante menghela nafas lega, "masih ada seratus ribu, semoga cukup." gumamnya sambil memasukkan dompetnya kembali ke kantong celana seragamnya.
Kaka melirik Dante sekilas lalu diam-diam terkikik, sebenarnya ia tidak tega memperlakukan Dante seperti ini, tapi salahnya sendiri mengajaknya taruhan pakai meremehkannya segala di awal pertandingan jadi mengerjainya sedikit tidak papalah yah?!
Melihat Dante sudah memasukan kembali dompetnya ke dalam saku celana Kaka bersuara. "Dan, mau pesan apa?"
Dante tersentak kaget. "Hah? Em ... bakso aja deh!" Ucapnya spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
Teen Fiction"Saat masa remajaku harus menjadi korban, atas kerasnya hidup yang tak main-main." - Kaka Maulanaskara . . . . . . . Bismillah, Ini Cerita pertama jadi mohon maaf jika masih banyak kesalahan dan typo, soalnya baru belajar.