Clara

560 130 176
                                    

Bel tanda kelas berakhir pun akhirnya berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel tanda kelas berakhir pun akhirnya berbunyi. Thank's, God! Aku menghembuskan nafas lega walaupun aku masih bersama dengan benda menjijikkan ini. Oh Tuhan. Aku merasa, setelah dua jam menempel di rok ku, something disgusting itu telah mengering dan mulai mengeras. Aku juga merasa khawatir apabila molekulnya mulai meresap menembus lapisan kain rok, kemungkinan akan terjadi hal buruk pada kulit pantatku. Aku harus segera membersihkannya.

Aku sudah membereskan buku-bukuku. Ranselku sudah kugenggam. Aku hanya perlu menunggu sampai kelas setengah kosong. Lalu setelah seluruh keberanianku terkumpul, aku pun segera berdiri dan berlari sekencang-kencangnya menuju kamar mandi. Aku berharap tidak ada yang melihat kondisiku ini. Aku malas apabila ada yang bertanya padaku karena ingin tahu. Aku malas menjawabnya.

Aku berlari menuju satu-satunya kamar mandi yang kutahu di sekolah ini. Tak ada waktu untuk berputar-putar gedung sekolah mencari kamar mandi yang lain. Untung sekolah sudah mulai sepi. Kupercepat langkahku supaya bisa cepat sampai di sana. Kuhembuskan nafas lega saat papan keterangan toilet wanita sudah terlihat di depan mataku.

Sesampainya di kamar mandi, aku segera masuk ke salah satu bilik. Syukurlah tidak ada siapa-siapa di situ. Kututup lalu kunci pintunya rapat-rapat. Setelah kupastikan aman, dengan penuh keberanian dan sedikit rasa jijik yang tersisa, aku pun menengok ke arah sisi belakang rok hitamku. Kuangkat rok itu sehingga aku bisa melihatnya lebih jelas. Entah formula apa yang terkandung di dalamnya, yang jelas cairan itu telah membuat bagian belakang black skirtku penuh dengan bercak putih.

Aku mengambil selang toilet dan kusiramkan airnya ke bagian rok yang bernoda. Aku tak perduli walau nantinya harus pulang dalam keadaan berbasah-basahan. Sambil menahan kesal bercampur marah aku mencoba menggosoknya. Noda putih itu tak kunjung hilang dengan air. Aku meletakkan kembali selang itu dan keluar dari bilik toilet dengan maksud mengambil sabun cair yang sekilas tadi ku lihat ada di atas sink. Mungkin akan lebih mudah hilang apabila dibantu sabun.

Namun betapa terkejutnya aku setelah sampai di luar bilik toilet. You know what? Segerombolan siswi berdiri di sana. Mereka semua menatapku tajam. Seolah memang sedang menungguiku. Kulihat ada empat atau lima orang di sana. Ada urusan apa mereka? Sekedar mengantri toilet atau memang sedang ingin menyampaikan sesuatu padaku. Yang jelas aku tak kenal mereka. Apa mungkin mereka teman sekelasku?

Kuamati wajah mereka satu per satu. Salah satu dari mereka berdiri paling depan. Badannya paling ramping, mukanya paling tirus. Kulitnya putih kemerahan seperti bayi. Yap! Dialah si gadis cepak yang beradu tatap denganku saat pelajaran Bahasa Perancis tadi. Baguslah ia yang datang lebih dulu padaku. Aku tak perlu capek-capek mencarinya. Sebetulnya aku juga punya beberapa hal untuk ditanyakan.

Melihatku yang keluar dari bilik toilet, ia melangkah perlahan ke arahku. Tangannya berlipat di depan dada. Rautnya tampak ramah yang dibuat-buat. Alisnya menyatu.

"Ada urusan sama saya?" Tanyaku. Kuusahakan nada pertanyaan itu terlontar dengan sedatar mungkin. Tanpa ada kesan sedang terintimidasi atau justru agresif dan sok menantang.

Untold Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang