Hari Kemudian

435 105 129
                                    


Gerimis mengguyur kota Bandung keesokan paginya. Aku terlambat bangun namun sekarang aku sudah siap berangkat ke sekolah. Malam tadi, Tiara mengirimkan aku pesan bahwa hari ini ada jadwal pelajaran olah raga dan sebaiknya aku membawa kaus polos dan celana training supaya tetap bisa ikut. Ya, aku kan memang belum punya seragam olah raga. Tiara bilang, guru olah raga sekolah kami so handsome. I don't care about it, tapi karena aku rasa aku wajib mengikuti pelajaran olah raga, aku pun menyiapkan pakaian seperti pesan Tiara.

Hari ini pun aku memakai seragam baruku dari Tiara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini pun aku memakai seragam baruku dari Tiara. Seragam putih abu-abu biasa seperti yang dimiliki sekolah lain pada umumnya. Yang membuatnya berbeda adalah bordiran lambang yayasan sekolahku di lengan sebelah kanan. Juga pin bulat yang harus dipasang diujung kerah sebelah kiri.

Sesampai di depan rumah, aku dikejutkan oleh sebuah mobil sedan hitam yang telah terparkir rapi di depan rumah ku.

"Mobil siapa, ya? Udah sejam kayaknya di situ," ujar Mba Sari padaku sambil menyapu halaman. Biasanya saat pagi seperti ini, Mba Sari mengurus kebun peninggalan Nenek.

"Nggak tau, Mbak," jawabku pada Mba Sari, namun mataku sama sekali tidak beralih dari sedan hitam itu, "yaudah, Nadine berangkat dulu."

Saat aku berjalan sampai luar pagar, mobil itu membunyikan klakson. Aku menghampirinya. Kaca sampingnya terbuka. Aku bisa melihat jelas pengemudinya.

"Bayu? Eh maksud aku, Kak Bayu?" Aku terkejut sampai lupa bahwa di Indonesia para senior harus dipanggil dengan sebutan "Kak" yah, Tiara yang bilang.

"Selamat Pagi," kak Bayu tersenyum lebar padaku.

"Gimana bisa Kakak..." belum sempat aku melanjutkan.

"Udah, masuk dulu aja," tawar Kak Bayu dengan ramah dan lembut.

Sebenarnya aku hendak menolak, namun kurasakan gerimis semakin bertambah deras, mau tak mau aku masuk ke dalam mobil Kak Bayu. Sepertinya nggak lucu juga kalau aku harus basah kuyup sampai di sekolah. Namun satu hal yang masih mengganjal pikiranku, bagaimana bisa Kak Bayu tahu rumahku. Aku benar-benar penasaran. Dan sejak jam berapa mobil Kak Bayu ada di sini?

"Aku punya hadiah buat kamu," kata Kak Bayu saat aku sudah duduk rapi di sampingnya. Tangan Kak Bayu berusaha meraih sesuatu di balik punggungnya.

"Red rose?" Aku terkejut. "For me?"

Oh my god! Konyol. Sungguh konyol. Baru pertama kali aku menerima perlakuan seperti ini. Bukannya senang atau tersipu, tapi sejujurnya aku terkejut. Ini terlalu berlebihan.

"Cuma hadiah kecil, terima ya," ujar Kak Bayu. Tangannya masih terulur. Aku bingung untuk menerimanya atau tidak. Aku tak tahu bagaimana seharusnya reaksi cewek di Indonesia ketika menerima hal seperti ini sambil memperhitungkan etika dan kesopanan. Karena jujur saja bagi aku, yang notabene adalah remaja dari negara yang punya budaya berbeda, ini konyol dan sedikit menjijikan.

Untold Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang