I still feel everything when you are near. And it was just a quick "Hello," and you had to go.
(All These Years - Camila Cabello)
•••ALDEO
Gue baru melewati ruang piket untuk masuk ke koridor kelas X. Melewati beberapa anak baru yang masih pakai seragam SMP bergerak menuju lapangan sesuai intruksi dari pengurus OSIS yang akan menjadi pembimbing selama MPLS satu minggu ke depan.Sekarang langkah gue tertuju pada papan pengumuman yang ada di depan ruang kesiswaan. Dari kejauhan, gue udah tahu bahwa bahwa siswa yang berkerumun di papan pengumuman itu sedang melihat daftar kelas untuk Kelas XI dan XII yang katanya akan diacak agar suasana kelas dan teman menjadi baru kembali.
Dengan sabar gue menanti satu per satu siswa mundur dari papan pengumuman dan akhirnya bisa maju selangkah untuk mencari nama gue di daftar itu. Gue baru mau mengarahkan telunjuk ke beberapa kertas yang menempel di papan, namun sebuah dorongan dari belakang membuat kening gue kepentok papan.
Tiba-tiba gue di tarik ke belakang dan melihat Ojan ada di depan gue, menghalangi papan pengumuman.
"Gue punya kejutan," ujar Ojan semangat.
"Minta maaf dulu nggak lo?" Gue meringis sambil mengusap kening. Merasa nggak punya salah banget mukanya.
"Ya elah, gitu doang. Cowok lemah." Ojan memukul pundak gue sambil masih cengar-cengir. "Kita satu kelas lagi." Dia kelihatan senang banget. "Lo, gue, Sonson, sama Dito satu kelas lagi," lanjutnya.
"Najis, males amat gue," umpat gue.
Di samping kanan gue tiba-tiba aja ada Dito, yang entah sejak kapan nyerobot kerumunan. "Gue yakin pihak Kesiswaan nggak benar-benar memecah kelas jadi kelas baru," ujarnya."Iya. Gue juga lihat sekilas tadi," sahut Sonson yang ternyata ada di sebelah Dito. "Ini tuh kayak setengah dari kelas ganjil dipindahin ke kelas genap dan sebaliknya."
"Jadi kita beneran satu kelas lagi?" tanya gue yang entah pada siapa.
"Iyap!" Ojan menyahut. "Setengah dari kelas MIA 1 pindah ke MIA 2, begitu juga sebaliknya."
"Kita tetep ada di MIA 2." Dito memberitahu gue.
Gue baru aja mau keluar dari kerumunan, tapi Ojan menarik tas punggung gue dan bikin gue kembali ke tempat. "Kejutan gue ada lagi." Ojan menggeser posisinya agar nggak menghalangi papan pengumuman. "Lo lihat deh nomor absen 10 di kelas XI MIA 2."
Gue mendekatkan wajah ke arah papan pengumuman. Mengikuti perintah Ojan. "Elvina?" Gue melotot takjub melihat nama Elvina Nadira tertulis di sana. "Wih, kita satu kelas sama Elvina?" Wajah gue yang muram berubah jadi mesem-mesem saat tahu Elvina ada di kelas yang sama. Satu kelas sama gebetan itu kayaknya keberuntungan, karena bisa ngamplas setiap hari-eh, setiap jam pelajaran.
Dito menarik gue untuk keluar dari kerumunan, Ojan dan Sonson juga ikut jalan di belakang. "Lo sebaiknya jangan seneng dulu deh, Yo," ujarnya dengan gaya sok cool dan sok tebar pesona-kayak biasanya-sama adik kelas yang barusan lewat. "Kita juga tetap satu kelas sama Sandria."
"Eh, apaan?" Gue mendadak budeg, telinga kayak kemasukan tawon. Wajah gue yang tadi lagi senyam-senyum berubah syok.
"Dia ada di nomor absen 33. Coba lo cek lagi kalau nggak percaya." Sonson menyusul langkah gue.
"Mampus." Gimana bisa deketin cewek lain kalau tiap hari gue ada di ruangan yang sama dengan Sandria. Ya, mungkin dia bisa aja udah nggak peduli sama apa pun yang gue lakuin, tapi gue pasti akan merasa dibayang-bayangi. Ngeri gue bayanginnya.
Ojan yang mendengar respons histeris gue menyejajari langkah. "Mungkin aja ini tuh sama kayak konsep Yin dan Yang. Ketika dua sifat berlawanan bersatu, maka akan memberi kekuatan satu sama lain." Ojan meminta pendapat tentang pernyataannya barusan dengan menatap gue serius. "Jadikan ini sebuah kekuatan buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Kelas [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Sudah terbit dan bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku terdekat atau WA ke nomor : 0857 9702 3488] Aldeo punya mantan namanya Sandria. Sedangkan status Elvina itu gebetan. Kalau satu kelas sama mantan itu kesialan, dan satu kelas sama gebetan i...