Chapter 2

447 63 5
                                    

[Author PoV]

Perlahan mafu membuka matanya. Sesekali ia mengerjapkan mata, berusaha mengumpulkan kembali seluruh kesadarannya. Cahaya lampu memancarkan cahaya tipisnya. Dilihatnya ruangan yang nampak kosong. Hanya ada dia yang terikat dengan tali bersama kursi yang didudukinya dan sebuah meja serta sebuah kursi tepat di seberang. Ruangan itu tidak memiliki celah. Temboknya mengkilap seperti logam. Disamping kanan terdapat satu pasang kaca. Sepertinya itu adalah kaca dua arah. Dan ruangan kedap suara ini sudah pasti adalah ruangan interogasi. Kantor polisi, itulah pikiran pertama mafu setelah menyadari tempat ini.

Pintu logam terbuka perlahan, menghasilkan suara berderit kecil. Muncul seorang pemuda bersurai navy dari balik pintu. Pemuda itu menggunakan setelan jas hitam dan celana senada, serta kemeja merah. Dasi hitam menggantung di kerah lehernya. Ia menutup kembali pintu itu perlahan. Suara tapakan sepatu menggema di seluruh ruangan mengisi keheningan di dalamnya. Pemuda itu meraih kursi di seberang mafu dan duduk sejajar dengannya. Mata dingin nan tajam menatap mafu lamat-lamat. Membuat mafu merinding seketika.

[Soraru PoV]

Aku melihat kembali data yang telah diberikan anak buahku. Ya, data itu berisi informasi mengenai orang yang sedang bersamaku sekarang. Kuperhatikan orang yang sejak tadi melemparkan tatapan kesal kepadaku. Merasa tidak nyaman, aku segera memulai interogasinya.

"Anda Mafumafu..kan? Baiklah tuan mafu, kau harus menjawab semua pertanyaanku."ucapku dengan tegas,"apa yang kau lakukan di pesta itu? Dan apa tujuanmu membunuh David Zhuan?"sambungku sembari menatap matanya.

"Siapa kau? Dan dimana aku? Bagaimana kau bisa menangkapku!?"

"Aku tidak memerintahkan kau untuk bertanya. Apa tujuanmu sebenarnya?"

Mafu mengembangkan senyuman liciknya,"itu bukan urusanmu. Karena itu adalah sesuatu yang amat spesial. Kalau kau ikut campur, maka kau akan berakhir seperti David bodoh itu.."

"Hmm..sudah kuduga kau mengincar serum itu. Huft..benda sialan,"aku menghela nafas kasar menatap botol kaca di tanganku.

"Kau? Bagaimana kau mendapatkan itu!!?"

"Mudah saja. Aku tidak sebodoh dirimu yang tidak menyadari pergerakan aneh pada pelayan. Jangan remehkan siapapun ketika melakukan misi, bahkan orang yang tidak penting sekalipun seperti pelayan. Karena musuh bisa berada dimana saja."ucapku tenang dan penuh penekanan.

"Tch..jadi kau memanfaatkanku? Keparat!"

"Seorang agen harus bisa memanfaatkan keadaan sekitar. Termasuk target dan musuhnya. Karena mereka semua adalah pion terbaik untuk melaksanakan sebuah rencana,"Mafu terlihat sangat kesal kepadaku. Matanya menatap tajam tepat kearah mataku. Intimidasi lewat tatapan mata, itu sudah biasa bagiku."Jadi kau adalah suruhan ketua Razer untuk mengambil serum itu kan. Rupanya dia sangat tertarik dengan kekuatan bodoh yang dihasilkan oleh benda sialan itu."

"Sejauh mana kau tahu, sialan!!?"

"Tenang saja, aku tidak tahu banyak.."Mafu hanya berdecih pelan."Bagaimana kalau kau membantuku?"sambungku kemudian.

"Hah!? Membantu polisi bodoh sepertimu? Aku tidak sudi!"

"Aku bukan polisi,"

"Persetan dengan itu! Percuma kau memohon, aku tidak akan membantumu sama sekali."

"Kau tidak punya pilihan. Aku sudah menduga kau menolaknya. Akan tetapi, walaupun kau menolaknya kau akan tetap rugi,"aku menyipitkan mata, berusaha terlihat lebih serius."Aku telah memasang pelacak di tubuhmu. Itu artinya jika kau kembali ke markasmu untuk memberikan serum ini, maka kau telah menyerahkan Razer kepadaku. Kau tidak akan menemukan pelacaknya, jadi percuma kau mencari."Mafu berhenti meneliti sekitar tubuhnya setelah mendengar perkataan Soraru dan berdecih pelan.

"Dan jika kau bersedia membantuku untuk menangkap Razer, maka seluruh riwayat kejahatanmu akan di reset. Dan apabila kau menolak, terpaksa aku akan menyerahkanmu kepada pemerintah. Dan dilihat dari kejahatan yang kerja kau lakukan, kau dipastikan akan diberi hukuman mati. Aku telah menyiapkan segala informasi penting tentangmu. Termasuk kejahatan yang kau lakukan ketika kau berusia 10 tahun,"mata Mafu membulat seketika mengingat kejadian yang pernah dia alami.

Aku tidak boleh mati sekarang. Aku harus membunuh pembunuh itu, batin Mafu dalam hati.

"Jadi bagaimana pilihanmu? Itu adalah tawaran yang bagus bukan?"

Mafu terlihat berpikir sebentar,"Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kau harus menjamin diriku!"

"Tenang saja. Selama kau tidak jauh-jauh dariku, kau akan aman."

Senyumku sedikit mengembang. Rencanaku berhasil satu persatu. Dan sebentar lagi aku akan berhasil melenyapkan Razer.

#Loser#


[Author PoV]

Seorang pemuda tengah duduk di kursinya sembari meneguk wine ditangannya. Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu. Pemuda itu memerintahkan orang yang mengetuk untuk masuk. Kemudian seseorang masuk dari balik pintu. Orang itu membungkuk sebentar, dan mengangkat wajahnya untuk berbicara.

"Tuan, Mafu telah tertangkap. Bagaimana tuan?"

"Biarkan saja dia, toh dia pasti akan kembali tanpa bantuanku. Kalau memang dia beruntung dia akan kembali dengan sendirinya, kalau memang dia mati aku tidak peduli. Yang pasti dia sudah tidak diperlukan lagi. Segera panggilkan K untuk kembali ke Jepang, aku mempunyai tugas untuknya."pemuda itu menyeringai puas.

"Baik, Luz-sama.."pemuda itu membungkuk pelan, kemudian beranjak dari ruangan.

LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang