Chapter 5

322 58 0
                                    

[ Mafu PoV ]

Setelah berhasil mendapatkan serum tersebut dan keluar dari rumah Soraru, aku segera menuju ke tempat pertemuan. Setelah melewati beberapa saat perjalanan, akhirnya aku sampai di Conh Hall. Tempat tersebut terletak di pinggir kota. Bangunan tersebut juga sudah lama tidak dipakai karena letaknya yang jauh dari pusat kota. Dulunya tempat ini adalah pusat perbelanjaan. Namun, sekarang hanyalah gedung tua yang sudah tidak berguna.

Setelah memarkirkan mobil yang kinaiki, aku keluar dari mobil dengan serum yang kubawa sejak tadi. Karena sekarang malam hari, suasana disini sangat sepi. Namun, aku tidak memperdulikan hal itu. Aku memasuki gedung itu dengan waspada. Gedung ini memiliki struktur bangunan yang cukup rumit. Tapi ada satu ruangan yang tepat berada di tengah gedung. Ruang tersebut aalah ruang kendali pusat. Akhirnya aku memutuskan untuk menuju ruang pusat itu. Setelah melewati beberapa menit yang penuh keheningan, aku sampai di ruangan itu. Sesampainya disana, aku menyelidiki sekitar. Berusaha mencari sosok yang ingin kutemui.

" Wah, wah..sepertinya misimu berhasil,"

Seorang pemuda dengan wajah yang tertutup Hoodie muncul dari balik kegelapan," siapa kau?"

" Tenang saja. Ini aku, Kain. Akulah yang telah membawamu kesini," ucapnya angkuh.

" Kain? Sejak kapan kau kembali? Bukankah kau berada disana hingga bulan depan?"

" Yah~ kupikir juga begitu, tapi dia memanggilku tiba-tiba untuk sebuah misi,"

" Misi?" Ucapku penasaran.

" Sudahlah! Aku kesini bukan untuk itu. Sekarang tunjukkan, dimana serumnya?" Ujarnya berusaha mengalihkan topik.

Tanpa pikir panjang, aku menyerahkan sebuah botol kaca kecil yang berisi suatu cairan kepada Kain," kerja bagus! Sekarang ayo kita urus bocah tengik itu,"

" Bocah?" Pandangan Kain tertuju pada salah satu lemari besi yang berada tidak jauh dari sana.

Kain mendekati lemari itu, dan membukanya perlahan." Percuma kau sembunyi.."

Seorang anak perempuan terlihat meringkuk ketakutan. Wajahnya erlihat pucat dan tangannya bergetar. "Apa yang dia lakukan disini?"

Pandanganku kemudian eralih pada benda berkilau yang menggantung di lehernya," i-itu.."

" Simbol keluarga Zhuan," lanjut Kain kemudian.

" Apa yang dia lakukan disini?"

" Mungkin dia sedang mencari informasi,"

" Mencari informasi?" Ucapku tidak paham.

" Ya, sepertinya dia mengikutimu sejak tadi. Kupikir dia tidak akan pergi sejauh ini jadi kubiarkan, tapi ternyata di punya nyali juga."

" A-apa!?"

" Pembunuh bayaran sepertimu tidak menyadari keberadaan seorang anak kecil? Sungguh payah.." Kain mendekati anak itu perlahan.

" Kira-kira apa yang harus kulakukan untuk cecunguk kecil ini?" Kain membelai rambut anak itu seraya tersenyum lembut. Senyuman yang lembut namun berbahaya.

" A-apa yang kau lakukan? Kau tidak boleh membunuhnya! Itu hanya akan membuat masalah, kau tahu!?" Setuju geram.

" Apa salahnya membunuh saksi? Dia sudah mengikutimu sejak tadi dan mendengarkan percakapan kita. Kau mau dia membocorkan informasi dari kita?" Matanya menatapku dingin.

" T-tidak.."

" Kalau begitu, langsung saja." Kain meraih sebilah pisau dari balik jaketnya.

" T-tunggu!!" Namun terlambat. Pisau itu sudah menancap di dadanya.

Ia menjerit kesakitan, sementara Kain tersenyum puas. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki. Aku segera memeriksa dari celah ruangan. Beberapa laki-laki dewasa tangah berlari menuju ruangan yang kutempati.

" Gawat! Mereka datang! Sudah kubilang jangan bunuh dia!" Kain seketika bangkit dan menjauh dari anak malang tersebut.

Mafu kemudian mendekati mayat itu." Ugh, sial!" Mafu berusaha mengambil pisau yang menancap pada dada mayatnya.

" Apa yang kau lakukan?" Ujar Kain.

" Kita tidak boleh meninggalkan jejak bodoh!" Seru Mafu geram.

Mafu tidak menyadari seringai dan gumaman Kain selama ia berusaha mengambil pisau yang masih setia menancap," got you!" Gumam Kain lirih.

Beberapa saat kemudian akhirnya pisau tercabut," huft..akhirnya, ayo kita harus pergi sekarang!"

Namun, tidak ada respon dari siapapun." Kain?"

Mafu memalingkan wajahnya kebelakang, berusaha mencari keberadaan Kain. Namun hasilnya nihil. Dan tanpa aku sadari, orang-orang itu sudah sampai di ruangan ini. Mereka terdiam seketika setelah melihat mayat yang tergeletak di sampingku. Kemudian pandangan mereka beralih pada pisau yang ada di tanganku.

" Apa yang telah kau lakukan padanya!!" Ucap salah satu dari mereka.

" A-aku.." aku tidak sempat merespon sebelum mereka mulai menyerangku.

" SIALAN KAU!!" Mereka menyerangku secara bersamaan. Awalnya aku bisa menahan serangan mereka, namun setelah beberapa saat pertahananku mulai lemah.

" Sial," sebuah kapak hendak menerkamku sebelum akhirnya bergesekan dengan 2 bilah pedang pendek.

Orang berhoodie yang membawa pedang pendek itu kemudian menyerang balik mereka. Saat mereka mulai terjatuh, ia menarikku keluar dari ruangan itu. Saat itu aku terlalu panik, sehingga aku tidak melawan perlakuan orang tersebut. Aku berlari mengikuti langkah orang itu sambil sesekali melihat kebelakang, memastikan mereka mengejar kami atau tidak. Setelah beberapa saat mereka tidak terlihat, mereka akhirnya muncul di belakang kami. Dan kami tetap berlari entah kemana.

Setelah beberapa saat kemudian, sebuah jendela yang ukurannya lumayan besar terlihat di depan kami.
" Lompat dari jendela itu!" Perintah orang tersebut. Tanpa pikir panjang, aku langsung keluar melompati jendela itu.

Walaupun aku mendarat dengan tidak sempurna, aku berhasil mendarat dengan selamat karena letak jendela yang tidak terlalu tinggi. Orang-orang yang mengejarku hampir tiba di jendela itu dan hendak menyusul kami.

" HEY! JANGAN KABUR KALIAN! TUNG-"

" Menunduk!" Orang itu mendorong kepalaku agar menunduk ke bawah.

DUUAAARRR!

Kata-kata orang itu terpotong dengan sebuah suara letakan yang cukup besar. Ledakan itu berasal dari gedung. Dan ledakan lainnya mulai muncul, menghancurkan gedung tersebut seketika. Asap tebal berterbangan menyelimuti puing bangunan. Api menjulur keatas seiring terbakarnya gedung. Dan orang-orang yang mengejarku, sudah lenyap dimakan oleh ledakan api yang ganas.

Aku beralih pada orang yang telah menyelamatkanku tadi. Orang itu menghela nafas panjang sembari memasukkan kedua pedang pendeknya ke dalam sarungnya masing-masing.

" S-siapa kau?" Ucapku ragu-ragu.

Dia mengalihkan pandangannya padaku. Disingkirkannya Hoodie yang sejak tadi menutupi wajahnya. Seulas senyum tipis terpampang di wajahnya yang terpapar sinar bulan.

" Kau tidak apa-apa?" Ucapnya dengan suara sedingin malam.

Mataku membelalak tidak percaya melihat sosok yang tengah berdiri di hadapanku," k-kau!?"

LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang